Usaha dalam Keluarga Rumah Tangga

64 Selain berkerja sama dengan pihak pemerintah, agama juga memiliki tempat-tempat beribadah, misalnya agama Kristen dan katolik di jepang yang menerima umatnya untuk beribadah dalam gereja, sehingga gereja menjadi suatu tempat tujuan bagi setiap umatnya untuk melakukan ibadah terhadap tuhannya, dan di gereja ini juga mereka menerima ajaran-ajaran agama sebagaimana yang kita ketahui semua ajaran norma-norma agama adalah baik. Norma yang baik sudah jelas menjadi salah satu kekuatan dan pengontrol tingkah laku seorang anak ataupun orangtua sehingga menjadi penghalang muncul atau berkembangnya kasus kateinai boryouku.

3.3 Usaha dalam Keluarga Rumah Tangga

Penangan dan pencegahan kateinai boryouku dalam keluarga tidak jauh berbeda dengan usaha yang di lakukan masyarakat, namun usaha dalam kelurga lebih mengutamakan nilai-nilai penghormatan terhadap orangtua dan nilai-nilai kasih sayang antar sesama anggota keluarga dan pengajaran ini lebih intensif. Dalam hal ini peran orang tua sangat besar, sebagaimana kita ketahui tugas orang tua adalah mendidik, mengajarkan kebudayaan dan norma-norma dalam masyarakat. Usaha yang dilakukan dalam pencegahan dan penanganan kateinai boryouku di dalam keluarga adalah: - Penekanan nilai norma-norma Penekanan norma-norma Omoiyari, Amae, On,Gimmu dan Giri. Dengan adanya norma-norma ini di dalam keluarga seorang anak Universitas Sumatera Utara 65 dapat mempelajari nilai-nilai norma yang baik dalam keluarga, sebagai mana kita ketahui tujuan dari norma ini adalah tau diri,bertanggung jawab, menjalin hubungan kasih sayang, peduli antar sesama. Sehingga dengan adanya peran konsep norma ini seorang anak dapat mengerti bahwasanya dia tidak sendiri, dia tau bahwasanya keluarga peduli terhadapnya. Maksud kata tidak sendiri disini adalah dia dapat menghadapi masalah yang di hadapi bersama dengan keluarganya sehingga rasa frustasi tidak di hadapi sendiri, sebagai mana rasa frustasi dapat menjadi pemicu penyimpangan- penyimpangan tingkah laku remaja. - Pertanggung jawaban Pertanggung jawaban yang di maksud disini adalah mengetahui posisi dan fungsi dalam keluarga, hal ini lebih di tujukan kepada ayahibu dimana seorang ayah atau ibu harus mempertanggung jawabkan posisi sebagai orang tua yang fungsinya sebagai kepala keluarga yang mendidik dan mempersatukan anggota keluarga. dengan adanya pertanggung jawaban ayahibu sebagai orang tua maka sebuah keluarga akan menjalin hubungan batin yang kuat. - Menjalin keharmonisan Keharmonisan dalam keluarga sangat diperlukan dalam menjalin hubungan yang baik antar sesama anggota keluarga. Maknakeharmonisan dalam keluarga ini memiliki arti bahwasanya Universitas Sumatera Utara 66 hubungan antar sesama anggota keluarga sangat dekat, tidak adanya rasa terpendam dan bahkan tidak adanya rahasia seorang anak terhadap orang tua, artinya seorang anak jujur dan mau bercerita tentang keluh kesal yang di hadapai di luar rumah tangga, sehingga mudah di atasi dan di mengerti. - Berkerja sama Maksud berkerja sama disini adalah melibatkan seluruh anggota keluarga dalam kegiatan maupun usaha dalam keluarga. Melibatkan anak dalam setiap kegiatan dengan sewajarnya di dalam rumah sehingga tidak muncul anggapan “tidak dianggap” sebagai mana kita ketahui kata “tidak dianggap” dapat menjadi salah satu pemicu munculnya sifat apatis yang tidak peduli terhadap sesuatu hal. Sifat apatis ini sangat berbahaya, sifat ini egois dan memiliki pola fikir tersendiri dan tidak ambil peduli dengan sekitar. - Memberikan pendidikan yang wajar tanpa adanya harapan yang berlebihan Pendidikan sangat penting bagi seorang anak. Terutama di Jepang pendidikan merupakan tolak ukur umum untuk setiap anak. semakin bagus sekolah yang ia dapatkan semakin dekat pula ia dengan kesuksesan. Orang tua juga memandang pendidikan anak yang menjadi gambaran masa depan seorang anak. Sebagai mana kita ketahui setiap orang tua mengharapkan yang terbaik untuk anaknya, Universitas Sumatera Utara 67 hingga akhirnya muncul pengharapan yang berlebihan terhadap anak. Dan pengharapan berlebihan ini yang dapat memicu terjadinya pertentangan keinginan orang tua dan anak, dan hal inilah yang memingkinkan terjadinya kateinai boryouku. Dengan adanya pendidikan seorang anak juga mendapatkan pembelajaran dari sekolah.sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwasanya di sekolah juga ada pendidikan keagamaan.selain dirumah ,di sekolah anak juga mendapatkan pendidikan moral. Sehingga moral ini dapat menjadi pencegah seorang anak berprilaku menyimpang, lain halnya pada anak yang mengidap kejiwaan. - Konseling Seperti yang di jelaskan di atas bahwasanya keluarga yang harmonis akan dapat mengetahui keluh kesal yang di alami seorang anak. Begitu juga dengan seorang anak yang mengalami gangguan kejiwaan. Dengan hubungan yang dekat, seorang ayah ataupun ibu dapat mengetahui kelainan dalam jiwa si anak. sehingga dapat dengan segera melakukan konseling terhadap pihak ahli, untuk mengatasinya. Karna kateinai boryouku tidak hanya di lakukan oleh anak yang sehat, melaikan anak yang mengidap kelainan jiwa juga sering melakukan kateinai boryouku. Universitas Sumatera Utara 68 - Pemasangan tombol darurat Sebagaimana guna tombol darurat ini merupakan program pemerintah, namun tidak berarti danpa persetujuan keluarga. Seperti namanya tombol darurat ini merupakan sebuah normor darurat untuk meminta pertolongan kepada pihak berwajib ataupun masyarakat sekitar. Sebagaimana telah di jelasakan di bab II bahwasanya kateinai boryouku juga dapat terjadi dalam rumah tangga yang biasa, yang dalam arti keluarga yang mencukupi tanpa adanya pertanda akan terjadinya kekerasan. Seperti halnya anak yang di kenal baik ternyata mengalami kateinai boryouku secara tiba-tiba. Untuk hal tersebutlah tombol ini berguna. tombol ini terhubung langsung kepada kantor polisi ataupun kantor pengaduan daerah terdekat rumah tangga yang terjadi kateinai boryouku. - Pengenalan terhadap agama Memperkenalkan agama terhadap anak dan terhadap seluruh anggota keluarga, seperti yang telah di jelaskan di atas norma agama juga menjadi senjata kuat dalam pencegahan kekerasan-kekerasan. Universitas Sumatera Utara 69 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan