69
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Segala bentuk kekerasan yang di lakukan anak adalah sebuah gambaran akan ketidak puasan seorang anak atau kurangnya perhatian dan
kepedulian keluarga terhadapnya. Dapat dilihat dari perkumpulan atau pun group anak-anak yang lebih sering berkumpul dengan teman-temannya di luar, di
bandingkan dengan keluarga sendiri. Mereka lebih merasa nyaman berada di luar bersama teman-temannya. Dan dari sini dapat kita kita lihat bahwasanya seorang
anak tidak lagi mengutamakan keluarga dalam bersosialisasi, namun tak selamanya juga keluarga dapat menjadi teman sosialisasi yang baik mislanya
keluarga yang orang tuanya tidak bertanggung jawab akan posisinya sebagai kepala keluarga.
Di jepang fenomena-fenomena kenakalan remaja sangat banyak, dimulai dari ijime, enjo kosai, kateinai boryouku, konai boryouku dan kenakalan-
kenakalan remaja lainnya. Kasus ini sudah menjadi hal yang biasa kita jumpai di jepang. Jika dilihat dari segala penyebab dari kenekalan remaja ini dapat di
simpulkan bahwasanya kekeluargaan jepang sangat rentan mengalami kateinai broyouku, hal ini di sebabkan dengan berbagai permasalahan-permasalahn dalam
keluarga, mulai dari kurangnya sosok ayahibu, pengharapan yang berlebihan dari orang tua, sampai kedalam faktor kejiwaan anak. Selain dari dalam keluarga itu
sendiri, penyebab kateinai boryouku juga dapat di sebabkan akan tekanan-tekanan dari luar, misalnya perlakuan ijime yang ia terima dari temannya. Namun dari
Universitas Sumatera Utara
70
semua penyebab-penyebab ini, yang menjadi acuan utama adalah peran orang tua dalam keluarga.
Michiyoshi Hayashi, penulis buku best seller berjudul fusei no fukken 1996 atau rehabilitas karakter ayah, mengemukakan secara kritis masalah peran
ayah yang memudar dalam sebuah keluraga. Selain hayashi, ada pendapat yang senada yang di kemukakan oleh
seorang professor dari universitas Keio Gijuku bernama Keigo Okonogi, dalam pendapatnya ini ia mengemukakan bahwasanya seorang ayah atau suami telah
hilang posisinya dalam keluarga, mereka telah kehilangan perannya dalam keluaraga. Mereka telah menjadi manusia kantoran super sibuk dan hampir tidak
punya waktu untuk keluarga. Walaupun secara fisik mereka ada. Dan begitu juga dengan peran seorang ibu, sang ibu juga yang telah
menjadi seorang yang paling dekat dengan anak, otomatis jalinan kasih sayang juga lebih kuat. Namun seorang ibu juga menjadi orang yang paling rentan
mendapatkan perlakuan kateinai boryouku. Seperti yang kita ketahui semua orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya, namun dengan pernyataan inilah
muncul sebuah pengharapan yang berlabihan, dimana tanpa meihat potensi si anak terlebih dahulu, sang ibu memberikan pengharapan yang berlebihan sehingg si
anak frustasi dengan perasaan ketidak mampuan ataupun merasa terpaksa. Seperti yang kita ketahui rasa frustasi merupakan gejala-gejala awal terjadinya kateinai
boryouku. Istilah kateinai boryouku mulai di pergunakan secara umum pada awal
tahun 1980-an. Pengertian yang terkandung di dalam terminology ini adalah
Universitas Sumatera Utara
71
kekerasan yang di lakukan oleh anak terhadap orang tuanya atau anggota keluarga yang lain, kekerasan ini dapat berupa kekerasan mencederai orang alain bahkan
sampai membunuh dan kebanyakan objek kekerasan adalah seorang ibu. Yang menjadi penyebab utama munculnya kekerasan oleh anak
terhadap orang tua ini, masi dalam berdasarkan penelitian inamura, terdapat pada sikap asuh orang tua sedikit bertolak belakang. Pada ibu harapan yang berlebihan
yang di bebankan kepada anak dan seorang ibu terlalu ikut campur dalam urusan dan masalah si anak. Sementara pada si ayah, anak meniali mereka terlalu lepas
tangan dan apatis pada masalah keluarga, terutama dalam hal pengasuhan anak. Dengan hilangnya peran seorang ayah dalam keluarga, maka seorang ibu akan
berusaha dalam menggantikan posisi itu sehingga tanpa di sadari seorang ibu terjatuh dalam intervensi yang besar dan cukup dirasakan menggangu oleh anak.
Kedua hal ini menjadi faktor penyebab yang dominan dan menonjol dalam kasus kateinai boryouku.
Adapun penanganan yang di lakukan adalah dari berbagai kalangan, kalangan pemerintah telah melancarkan program reformasi pendidikan manbusho,
pemfasilitasi keamanan di daerah-daerah, dapat berupa kantor polisi dan kantor pengaduan. Dan kemudian penangan yang di lakukan masayarakat adalah
penerapan budaya atau norma-norma yang seharusnya dimiliki orang jepang seperti, Omoiyari, Amae, On, Gimu, Giri. Dan kemudian penanganan yang di
lakukan keluarga. Penanganan ini tidak jauh berbeda dengan penangan dari masyarakat, namun disini lebih intensif dan penuh dengan rasa kasih sayang
dankepedulian. Sebagaimana arti dan fungsi setiap anggota keluarga.
Universitas Sumatera Utara
72
4.2 Saran