Kondisi Kejiwaan Anak Faktor-faktor Penyebab Munculnya Kekerasan

35 ini kurang lebih senada dengan sikap mengasuh ayah dan ibu yang sudah di bahas sebelumnya, menurut psikolog S. Supardi, secara teoritis terdapat tiga jenis pola asuh, yang pertama dominan otoriter, sikap orang tua dalam hal ini tidak bisa di bantah, anak harus patuh dan menurut penuh terhadap orang tua.

2.4.1 Kondisi Kejiwaan Anak

Berdasarkan pengamatan inamura, di dalam diri anak-anak yang melakukan kateinai boryoukuI terdapat beberapa konflik mental. Konflik-konflik tersebut dapat di simpulkan sebagai berikut: 1 Perasaan hancur dan kesadaran diri sebagai korban Pelaku merasa canggung dan serba salah. Mereka juga di penuhi oleh perasaan hancur, rasa cemas dan aseri atau rasa diburu-buru sehingga mereka tidak tahu apa yang sebaiknya di lakukan. Selain itu mereka berfikir bahwa “saya yang sekarang adalah korban” saya berada dalam kondisi yang menyedihkan dan sangat sengasara” mereka berfikir bahwa penyebab semua penderitaan ini adalah orang tua yang salah mengasuh. 2 Rasa benci terhadap orang tua Seperi yang telah di jelaskan di atas,pelaku sangat putus asamemandang diri sendiri, mereka berfikir bahwa semua ini adalah kesalahan orang tua. Mereka berkeyakinan Universitas Sumatera Utara 36 dengan sedikit berhalusinasi bahwa sumber dari malapetaka ini adalah orang tua sehingga mereka merasa wajar bila mereka benci kepada orang tua 3 Pembenaran akan kekerasan Para pelaku menganggap tindak kekerasan yang mereka lakukan adalah benar, oleh karena hal ini di dukung oleh peratusan secara psikologis yang menyatakan bahwa rasa benci kepada orang tua dan kesadaran diri sebagai korban sperti uraian di atas. 4 Tiadanya rasa takut akan dosa Pelaku tidak memiliki rasa takut akan dosa sehingga pada tahap mengkhawatirkan terhadap apa yang ia lakukan. Indikasi seperti ini menunjukkan bahwa esensi dari kateinai boryouku terletak pada usaha si anak untuk mengikatkan diri pada inosens pribadi yang sampai pada tahap berorienasi hanya kepada satu prinsipdan tidak mau mengubahnya sedikit pun. Dari sudut psikologis si anak, kebanyakan mereka merasakan frustasi dan kekecewaan dalam dirinya. Rasa frustasi yang di alami ini penyebab beragam kasus,misalnya pada kasus toko kyohi,bila hal ini berlajut, cukup lama, pelaku akan meresakan kecemasan dan aseri Universitas Sumatera Utara 37 atau rasa diburu-buru. Atau mungkin juga, mereka tetap pergi kesekolah, tetapi mereka tidak merasa puas dengan prestasi di sekolah, tidak percayadengan kemampuannya bisa mengikuti ujian. Ataupun, di sekolah mereka merasa dikucilkan oleh teman-temannya, menerima perlakuan ijime, dan sebagainya. Mereka menghadapi masalah- masalah seperti itu yang menyebabkan frustasi cukup dalam.pada akhirnya,oleh karena keccemasan dan keputus asa-an, di dalam diri mereka meningkat sifat ofensif. Sementara itu pada orang tua yang melihatkondisi anaknya seperti itu, merasa sangat khawatir dan berusaha keras untuk turun tangan dalam penyelesaian masalah toko kyohi ini. Mereka berusaha berbagai cara supaya si anak bisa terbebas dari masalah yang di hadapi. Cara-cara tersebut misalnya dengan mengundang guru walikelas ke rumah untuk berdiskusi, atau memanggilteman-temanya kerumah. Dengan kata lain, orang tua melakukan berbagai langkah yang di anggap memaksa si anak kembali ke sekolah. Akan tetapi lantas si anak bukannya meras tertolong dengan tindakan orang tua, melainkan merasa kesal kerena campur tangan orang tua dan akibatnya frustasi yang di alami semakin menjadi. Rasa frustasi tersebut muncul Karen mereka merasa terbebani Universitas Sumatera Utara 38 dengan harapan orang tua mereka. Mereka merasa gagal untuk memenuhi harapan tersebut. Akibanya, mereka merasa tidak tenang secara mental hingga pada suatu saat, kondisi mental yang tidak tenang tersebut meledak menjadi sebuah tindak kekerasan. Sebenarnya menurut inamura, langkah yang sebaiknya di ambil orang tua adalah tidak terlalu memaksakan anaknya untuk kembali kesekolah. Tindakan yang tergesa-gesa dan tanpa perhitungan akan semakin menambahburuk keadaan saja. Sebaiknya mereka membiarkan anak untuk sementara waktu, biarkan si aank istirahat secara mental, karena mereka sangat membutuhkannya. Jadi, dapat di simpulkan disini, dalam diri si anak itu awalnya mun cul rasa frustasi.hal ini kemudian didukung dengan sifat mereka yang oversensitive, senantiasa berkecil hati dan tidak percaya diri. Maka, walaupun sebenarnya masalahnya tidak besar, mereka memikirkan hal itu sebagai suatu hal yang besar dan penting sekali. Mereka menjadicemas yang berlebihan karenanya. Sementara itu orang tua tidak memahami hal tersebut, malah mereka memperburuk keadaan dengan usaha intervensi untuk menyelesaikan masalah yang di hadapi si anak. Pada umumnya esensi struktur masalah kateinai boryouku muncul dari latar belakng kondisi seperti ini. Universitas Sumatera Utara 39 Sementara itu, ada faktor yang lain di samping kondisi kejiwaan anak. Faktor tersebut adalah figure dan kedudukan orang tua dalam keluarga.

2.4.2 Figur dan Kedudukan Orang Tua dalam Keluarga