62
jika dilihat dalam jangka waktu yang lama dampaknya sangat baik. Selain menekankan norma-norma ini masyarakat jepang juga bekerja sama kepada setiap
agen-agen yang berhubungan dalam penanganan kateinai boryouku ini.
3.2.2 Norma Agama kepercayaan
Norma agama di jepang sangat sulit dijelaskan, sebagai mana kita ketahui bahwasanya masyarakat jepang banyak menganut bermacam-macam
agama. Namun jika membahas agama kita tahu bahwasanya sebuah agama mengajarkan hal yang baik untuk semua umatnya. Disini penulis tidak membahas
penting tidaknya sebuah agama dalam pandangan orang jepang melainkan, membahas nilai-nilai dan ajaran agama yang dapat mengurangi ataupun
menjegah terjadinya sebuah kekerasan yang di lakukan oleh anak-anak, remaja dan bahkan orang tua.
Sebagai sebuah contoh keterkaitan agama kepercayaan dalam penanganan kateinai bryouku adalah pada masyarakat Korea dan Taiwan yang
pengaruh ajaran konfusianismenya masi kental, masalah kateinai boryouku dan sejenisnya hampir tidak ditemukan. Salah satu ajaran yang masi kuat dan hidup
adalah penghormatan terhadap orang yang lebih tua dan kewajiban seorang anak untuk berbakti kepada orang tua. Jadi norma ajaran ini dapat menjadi kekuatan
penghalang, penghenti dan pengontrol untuk menghindari munculnya gejala penganiayaan anak terhadap orang tua.
Di jepang, di daerah Okinawa dimana ajaran konfusianisme masi kuat hidup dalam masyarakat. Masalah kateinai boryouku nyaris tidak di jumpai. Oleh
Universitas Sumatera Utara
63
karena itu dapat disimpulkan disini bahwasanya di dalam masyarakat yang masi menganut norma Agama kepercayaan yang kuat terhadap masalah
penghormatan terhadap orang tua, penganiayaan anak terhadap orang tua akan sulit timbul dan berkembang. Seperti yang kita ketahui tidak ada agama yang
mengajarkan hal buruk kepada umatnya, apapun agamanya pastinya ajarannya itu baik. Selanjutnya setelah refomasi pendidikan yang di lakukan di jepang, pihak
keagamaan juga ambil alih dalam pendidikan dan penyebaran ajarannya dalam sekolah-sekolah di jepang, sehingga pihak keagamaan juga kerja sama dengan
pemerintah dalam pendidikan moral anak sehingga di adakannya mata pelajaran keagamaan. Dengan adanya mata pelajaran ini juga dapat menekankan kepada
siswasiswi ajaran-ajaran agama di mana kita ketahui bahwasanya ajaran agaman mengajrakan ajaran yang baik, dan hal ini juga dapat menjadi pengontrol
siswasiswi dalam bertingkah laku. Selain mata pelajaran agama di sekolah, ada juga pembukaan sekolah
baru yang berdasarkan ajaran agama, sebagai contohnya di Indonesia banyak sekolah-sekolah berdasarkan ajaran agama-agama yang ada di Indonesia, sebagai
contoh nilai normanya adalah sekolah yang berdasarkan ajaran agama islam, dimana di sekolah ini siswa dan siswinya di ajarkan bertatakrama sesuai ajaran
agama islam, misalnya dalam berpakaian, setiap wanitanya menggunakan jilbab kesekolah dan bertingkah laku sesuai ajaran agama, sehingga hal ini menjadi
peran penting dalam pembentukan mental dan spiritualitas seorang anak. Dan begitu juga di jepang setiapsekolah yang berdasarkan agama akan mengajarkan
ajaran agama kepada setiap siswa-siswinya.
Universitas Sumatera Utara
64
Selain berkerja sama dengan pihak pemerintah, agama juga memiliki tempat-tempat beribadah, misalnya agama Kristen dan katolik di jepang yang
menerima umatnya untuk beribadah dalam gereja, sehingga gereja menjadi suatu tempat tujuan bagi setiap umatnya untuk melakukan ibadah terhadap tuhannya,
dan di gereja ini juga mereka menerima ajaran-ajaran agama sebagaimana yang kita ketahui semua ajaran norma-norma agama adalah baik. Norma yang baik
sudah jelas menjadi salah satu kekuatan dan pengontrol tingkah laku seorang anak ataupun orangtua sehingga menjadi penghalang muncul atau berkembangnya
kasus kateinai boryouku.
3.3 Usaha dalam Keluarga Rumah Tangga