5.2.2 Informan Kunci II : Konselor
Nama : Sanjaya Abidin
Jenis kelamin : Pria
Umur : 29 tahun
Alamat : Jl. Tilak no. 19, Medan.
Sanjaya Abidin adalah konselor yang bertugas untuk mengatur jalannya kegiatan residen dan konselor lainnya di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre.
Awal bertemunya Sanjaya dengan Pak Kamal adalah di salah satu seminar dimana saat itu Sanjaya merupakan pemberi materi sekaligus mantan pecandu narkoba yang sudah
lama pulih. Lalu Pak Kamal menawarkan Sanjaya untuk menjadi konselor di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre.
Tugas yang dilakukan konselor saat pertama kali bertemu dengan keluarga residen adalah menyelaraskan tujuan awal keluarga dalam merehabilitasi residen, memberikan
pengetahuan kepada keluarga residen sebagai modal bagi keluarga dalam menghadapi residen setelah selesai direhabilitasi, menciptakan nilai-nilai kekeluargaan antara sesama
keluarga yang mempunyai masalah pecandu narkoba dan memberi dukungan serta motivasi dalam proses pemulihan.
Sedangkan bagi residen yang sedang direhabilitasi para konselor akan menerapkan adanya peraturan untuk tidak boleh membahas tentang narkoba selama masa rehabilitasi
dan apabila tertangkap membicarakan narkoba, maka akan diberikan sanksi. Berikut penuturan Bapak Sanjaya:
Universitas Sumatera Utara
“Disini kebisaaan yang dibuat selama di Sibolangit Centre berlaku untuk semua residen tidak terkecuali, semua punya aturan yang harus mereka
jalankan. Mereka akan diberikan hukuman seperti membersihkan taman, halaman, mengepel, dsb apabila tertangkap basah seperti membicarakan
narkoba, atau menyimpan rokok didalam saku mereka bukan pada jam istirahat yang kita izinkan”.
Dalam masa penyembuhan, konselor akan memberikan banyak sekali ilmu kepada residen guna mencegah relaps kambuh. Ilmu yang diberikan adalah seputar
pencegahan kekambuhan seperti pengetahuan adiksi mulai dari jenis-jenis narkoba sampai efek yang ditimbukan serta dampaknya, cara pencegahan relaps kambuh
seperti tidak berkumpul dengan lingkungan narkoba kembali, proses pemulihan seperti pola makan, pola tidur, dan lain-lain. Keterbukaan tentang ketergantungan, contohnya
saat residen merasa dirinya sedang ingin mengkonsumsi narkoba setelah selesai direhabilitasi, saat seperti ini keluarga harus membantu mengalihkan pikiran residen
pada hal-hal lain selain narkoba. Namun dalam prosesnya tidak semua keluarga peduli terhadap perkembangan
pemulihan residen di panti rehabilitasi. Untuk menanggulangi masalah seperti ini, menurut Bapak Sanjaya:
“Keluarga yang tidak perduli kepada residen terlihat dari caranya memantau, seperti seberapa sering keluarga bertamu dan menanyakan
perkembangannya. Untuk menanggulangi ini kami memberikan penjelasan tentang proses pemulihan serta efek dari kecanduan yang ditimbulkan
selama pengguna mengkonsumsi narkoba saat keluarga berkunjung ke
Universitas Sumatera Utara
Sibolangit Centre. Saya sebagai konselor juga memberikan layanan konseling kepada keluarga tentang pola pikir yang ada dalam keluarga,
sehingga cara berfikir mereka menjadi lebih terbuka untuk mau memahami kebutuhan residen setelah mereka bebas dari masa rehabilitasi”.
Proses penyembuhan residen tidak bergantung pada dirinya saja, tetapi keluarga juga sangat berperan penting. Keluarga sebagai salah satu bagian terpenting dalam
proses pemulihan residen terkadang tidak mengerti sepenuhnya mengenai proses rehabilitasi. Hal ini terbukti dari banyaknya keluarga yang ingin menarik anak walaupun
masa rehabilitasinya belum selesai. Maka sekali lagi konselor sebagai penjembatani antara keluarga dengan lembaga harus menjelaskan seberapa penting dukungan mereka
pada residen, melalui pertemuan keluarga tiap minggunya akan dibuat komitmen atau perjanjian untuk tidak mengeluarkan residen sebelum program selesai dilaksanakan.
Selain itu juga diyakinkan bahwa semua yang dilakukan itu adalah untuk masa depan residen ke arah yang lebih baik.
Pertemuan keluarga dengan residen setelah menjalani masa rehabilitasi selama enam 6 bulan dimaksudkan untuk memberi pelajaran kepada keluarga agar tidak
terlena terhadap perubahan sesaat atau tidak diizinkan untuk puas sesaat. Menurut Bapak Sanjaya:
“Kita mengumpulkan keluarga bertemu sebulan sekali bukan hanya untuk menonton video aktivitas residen saja, kita juga membekali keluarga dengan
ilmu pengetahuan supaya keluarga kuat dan siap secara mental saat residen sudah keluar dari rehabilitasi. Sehingga keluarga lebih mengenal ciri-ciri
Universitas Sumatera Utara
kekambuhan kembali apabila ada tanda-tanda yang mencurigakan dari si mantan pecandu tersebut.”
Dengan demikdian kesembuhan yang dicapai oleh residen tidak hanya sebatas masa rehabilitasi saja, melainkan setelah residen keluar dari panti rehabilitasi dan berkumpul
dengan keluarga serta beraktifitas di lingkungan sosialnya.
Universitas Sumatera Utara
5.2.3 INFORMAN UTAMA I