5.2.5 INFORMAN UTAMA III
Nama : RH
Tempattanggal Lahir : Medan, 24 April 1995
Usdia : 19 Tahun
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Kampung Keling
Agama : Islam
RH adalah anak sulung dari 2 bersaudara, berlatarbelakang dari keluarga yang harmonis. RH sudah menggunakan narkoba sejak SMP kelas 2. Narkoba yang pertama
sekali RH gunakan adalah ganja dan shabu-shabu. Awal perkenalan RH dengan narkoba dari teman bermainnya yang menawarkan shabu dengan gratis. Faktor lain yang
mendorong RH menggunakan narkoba adalah tempat tinggal yang remajanya rawan akan pemakai bahkan pengedar narkoba.
Narkoba yang pertama sekali dipakai RH adalah shabu-shabu, nenurut RH ia tidak terlalu suka memakai ganja, karena ganja sudah tidak berpengaruh apapun pada
tubuhnya. Untuk pemakaian shabu RH menggunakan botol minyak wangi sebagai bong untuk menghisap shabu tersebut. Karena sudah sering melihat langsung teman-
temannya, RH langsung mengerti cara menggunakan tanpa harus diajari terlebih dahulu. Sering keluar malam seperti dugem membuat RH jadi pakai obat-obatan pil inex. RH
juga menjelaskan bahwa: “Saya awalnya main ke diskotik karena di ajak teman. Dari situlah saya
mengenal pil inex, ekstasi dan itu sengaja digunakan agar dapat disko lebih lama. Pertama menggunakan saya telan 1 pil ekstasi, tapi lama-lama saya telan
Universitas Sumatera Utara
2 atau 3 pil biar semangat nafsu buat disko. Kesenangan saya kan habis efek shabu telan pi inex karena shabu dan inex itu cocok di pakai bersama”.
Lingkungan tempat tinggal RH memang rawan akan narkoba disana mayoritas pengedar narkoba. RH dan teman-temannya sering membuat masalah, sering mencuri
barang-barang milik tetangga. Ikut-ikut teman yang hobby merampok dan masuk dalam geng motor. Tetapi karena didaerah tempat tinggal RH itu memang sudah banyak
pemakai narkoba, sesama orangtua sudah merasa bisaa dan sudah tidak terlalu perduli dengan keributan yang sering terjadi dengan lingkungan sekitar mereka. Terlebih disana
banyak pengedar narkoba yang sulit sekali dimusnahkan, rantai pengguna narkoba dan pengedar narkoba sangat berkembang. Jika satu tertangkap polisi akan diteruskan
kembali oleh teman yang lain, begitulah seterusnya. Mengenai narkoba RH sudah tahu jelas bahayanya seperti apa, tetapi RH tidak
perduli karena merasa sangat menikmati narkoba tersebut. Tempat tongkrongan RH juga selalu dijalan airlannga, yang disana memang terdapat banyak pengguna dan pengedar
narkoba. Karena merasa masih bisa mengontrol diri dalam penggunaannya RH merasa pakai narkoba sama sekali tidak merugikan. Bagi RH narkoba yang dipakainya dibuat
sebagai penambah stamina tubuh dan tenaganya. Setelah memakai narkoba ia merasa tenaganya bertambah berkali lipat. Ketika sehabis pakai shabu RH juga merasa nafsu
makannya bertambah, dan pada waktu pakai shabu timbangan berat badannya juga ikut bertambah. Karena hal ini membuat RH semakin hari semakin terus memakai narkoba
dalam kesehariannya. RH mengenal narkoba pertama sekali dari temannya, waktu itu mereka
menghadiri acara ulang tahun teman perempuan mereka. Selesai acara ulangtahun RH
Universitas Sumatera Utara
tidak langsung pulang ke rumah karena diajak oleh temannya untuk menginap di kost- kostan temannya. Teman RH menunjukkan barang kepada RH berbentuk tepung yang
berwarna putih dan halus. RH bertanya tentang barang itu kepada teman-teman yang lain, lalu teman RH menjawabnya bahwa itu adalah shabu-shabu. RH hanya dibujuk
sekali saja oleh teman-teman mereka untuk mengkonsumsinya, RH langsung semangat untuk menggunakannya. Karena RH tertarik mendengar pengalaman temannya jika RH
mau mengkonsumsi barang itu, RH akan menjadi lebih baik lagi, lebih semangat lagi, dan segala beban pikiran akan hilang.
Pada tahun 2012 RH tertangkap basah oleh ibunya saat menggunakan shabu dengan teman-temannya di kamar. Ibu RH merasa heran karena RH dan tiga orang
temannya berada di dalam kamar berjam-jam, padahal waktu itu sudah waktunya jam makan siang. Berikut penuturan RH:
“Saat itu saya dan teman-teman tengah asik memakai shabu, sampai-sampai tidak sadar kalau ibu saya mengintip dari dari jendela luar kamar. Saya
ketakutan ibu saya marah besar dan mengusir teman-teman saya. Saya dihukum tidak boleh lagi keluar rumah dan dilarang bergaul dengan mereka. Saya
berbohong dengan mengatakan baru mau mencoba dan belum sempat memakainya, untung ibu saya percaya”.
RH sempat melakukan test urine di jawa di rumah sakit tempat istri pamanya bekerja. Hasil test urine RH waktu itu dinyatakan negatif, dan itu membuat RH sangat
senang sekali. RH sendiri bingung kenapa hasil test urine itu negatif, padahal tidak ada unsur kecurangan saat RH diperiksa. Ketakutan RH waktu itu jika benar dinyatakan
Universitas Sumatera Utara
positif, RH pasti langsung direhabilitasi saat itu juga di jawa. RH juga menjelaskan bahwa:
“Hasil test urine itu saya manfaatkan untuk menegaskan kembali kepada orangtua saya bahwa saya belum memakai narkoba. Orangtua saya sempat
meminta maaf karena telah merasa bersalah menuduh seperti itu, saya jadi merasa berdosa karena membohongi mereka, tapi kalau saya jujur saya pasti
direhabilitasi”.
Setelah kejadian itu RH sempat berhenti total dari narkoba selama 3 bulan penuh. Kegiatan sekolahnya kembali ia kerjakan dengan baik, RH mulai jarang keluar rumah
dan lebih dekat lagi dengan keluarganya. RH merasa ada kesempatan untuk dirinya bertobat karena hasil test urine waktu itu dinyatakan negatif. Tetapi kebisaaan itu hanya
berlangsung sebentar, RH tergoda kembali memakai narkoba. Berikut penuturan RH: ”Pacar saya itu punya abang pecandu narkoba, melihat ia sering menyabu
membuat saya jadi ingin menyabu juga. Kami sering bersama menyabu di kamar kostnya. Sebenarnya pacar saya itu marah lihat kami selalu menyabu, tetapi
tidak berani untuk marah ia hanya bisa melampiaskan kekesalannya dengan membanting pintu pergi meninggalkan kami. Saat kembalinya saya memakai
saya masuk ke dalam daftar pencarian orang karena terlibat dalam geng motor”.
RH sewaktu SMA pernah tinggal di rumah neneknya yang berada di daerah perumnas simalingkar, disana RH bergaulnya dengan preman-preman setempat dan
sering ikut aksi perampokan. RH suka konflik dan tawuran, karena badan RH waktu itu
Universitas Sumatera Utara
memar, neneknya melaporkan hal itu kepada orangtua RH. Orangtua RH datang dan memaksa RH untuk jujur kenapa badannya memar seperti itu, RH mengatakan hanya
perkelahian bisaa. Ayah RH menemukan pil ekstasi didalam saku celana RH, ayahnya sangat yakin kalau anaknya sudah terlibat kedalam narkoba mengingat kejadian di tahun
2013, RH hampir terlibat kedalam pemakaian shabu. RH jujur kalau dia benar memakai narkoba selama beberapa bulan ini katanya.
Mengetahui RH menggunakan narkoba, keluarga mencari informasi tempat rehabilitasi ketergantungan narkoba yang baik di daerah medan. Keluarga berinisiatif
untuk memasukkan RH ke Sibolangit Centre. Orangtuanya melakukan konseling langsung dengan konselor saat itu, konselor mengatakan keluarga tidak diperbolehkan
bertemu dengan anaknya selama 6 bulan. Jika ingin mengetahui perkembangan anak, orangtua hanya boleh berhubungan dengan konselor sebagai perantara antara anak
dengan orangtua. Karena peraturan itu orangtua RH kembali membawa RH pulang ke rumah karena merasa terlalu berat selama 6 bulan jauh dari keluarga. RH juga
menambahkan: “Seminggu kepulangan kami dari Sibolangit, orangtua saya berubah pikiran
karena sering melihat saya sakau meraka kembali membawa saya ke Sibolangit Centre untuk segera direhabilitasi. Tepatnya di bulan januari tahun 2014 saya
terdaftar menjadi binaan panti rehabilitasi ini. Selama seminggu saya menjalani pengisolasian yang rasanya seperti dipenjara. Dulu awal-awal saya diberi jamu
saya suka menolak karena rasanya kecut tetapi saya merasa ada perubahan pada tubuh saya, tidur saya jadi enak, saya jadi lebih napsu makan. Karena
sudah sering minum jamu akhirnya lidah saya menjadi terbisaa dengan rasa kecutnya”.
Universitas Sumatera Utara
RH sering mengeluh dalam menjalani rehabilitasinya, banyaknya peraturan membuat RH merasa stres. Selama ini kehidupan RH berada dalam kebebasan, dan tidak
aturan yang mengikatnya. Selama direhabilitasi RH setiap hari harus bangun pagi dan sholat subuh, itu sungguh sangat menyiksa RH. Lima bulan menjalani rehabilitasi, RH
mulai merasakan kenyamanann. RH mulai menikmatinya, dan tumbuh kesadaran dirinya kalau dia harus berhenti dari ketergantungan narkoba. RH mulai merasa termotivasi
tinggal di panti tersebut karena teman-temannya yang ada di panti berasal dari latarbelakang yang sama dengan dirinya, sama-sama korban dari penyalahgunaan
narkoba dan mereka semua sama-sama punya tujuan untuk bisa sembuh dari ketergantungan narkoba.
RH merasa sangat senang banyak perubahan dalam dirinya selama disana. RH telah lancar membaca Al’Quran, padahal selama hidupnya dia jarang sekali menyentuh
kitab suci itu. Kehidupan RH jadi lebih terarah, aktivitas sehari-harinya jadi lebih terkontrol. Bimbingan konselor yang selama ini ia dapatkan mampu diterapkan dalam
dirinya, emosinya juga lebih terarah dan tidak suka marah-marah lagi. Padahal dulu sebelum direhabilitasi, RH suka marah-marah tidak beralasan. Kesadaran akan bahaya
narkoba itu juga sangat dirasakan RH, dan ingin kembali menata masa depan yang cerah setelah pulih nanti.
RH berharap saat dia keluar dari Sibolangit Centre 3 bulan mendatang, keluarganya dapat menerima kembali dirinya seperti apa adanya dan tidak menaruh
kecurigaan berlebihan kepada setiap kegiatan RH nanti. RH juga berencana akan menyelesaikan sekolahnya yang terbengkalai dengan pindah sekolah yang baru dengan
begitu ia akan jauh dari teman-teman disekolahnya yang sama-sama pemakai hal ini
Universitas Sumatera Utara
dilakukan agar RH tidak terjerumus kembalil ke dunia narkoba dan berharap kembali ke tengah-tengah masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
5.2.6 INFORMAN UTAMA IV