Pengantar Kesimpulan Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Pengantar

Pada bab ini data-data yang telah didapatkan akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif-kualitatif yang lebih mementingkan ketetapan dan kecukupan data, dimana data yang disajikan berupa deskripsi tentang peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari kehidupan seseorang dengan kata-katanya sendiri. Data-data yang didapatkan diperoleh peneliti dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dengan informan. Analisis data adalah upaya mengolah data menjadi informasi, sehingga karakteristik data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah- masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Untuk melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka peneliti mencoba menguraikan hasil wawancara dengan informan tentang data-data tersebut. Adapun informan yang peneliti wawancarai adalah informan kunci dan informan utama. Informan kunci terdiri atas Pimpinan dan Konselor Panti Rehabilitasi Sosial Al- Kamal Sibolangit Centre. Sedangkan informan utama terdiri 5 residen yang sedang menjalankan masa rehabilitasi di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre. Lokasi dari Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre ini terletak di jalan Medan Berastagi KM. 45 Desa Suka Makmur Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara

5.2 Hasil Temuan

5.2.1 Informan Kunci I : Pimpinan Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit

Centre Nama : H.M. Kamaluddin Lubis, SH. Jenis kelamin : Pria Umur : 74 tahun Alamat : Villa Polondia Indah A.1, Medan. H.M. Kamaluddin Lubis, SH. adalah pimpinan sekaligus pemilik Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre. Awal berdirinya panti rehabilitasi didasari oleh pengalaman pribadi anak laki-laki tunggal beliau yang merupakan salah satu korban penyalahgunaan narkoba. Berikut penuturan Bapak Kamal: “Saya terinspirasi mendirikan Pusat Rehabilitasi ini karena dampak dari zat psikotropika itu juga yang turut merengut nyama putera saya Baron sepuluh tahun lalu. Saat itu baron mengalami kerusakan system pompa jantung gagal jantung akibat terlalu banyak memakai narkoba. Sejak kematiannya saya berkeinginan kuat untuk bisa mengobati mereka yang mengalami nasib yang sama dengan anak saya”. Beliau menyusun visi dan misi dalam memerangi bahaya narkoba untuk mewujudkan cita-citanya. Hal pertama yang beliau lakukan yaitu dengan cara meyakinkan orang tua residen bahwa narkoba bukanlah aib keluarga, melainkan bencana nasional. Disamping itu keluarga juga harus terbuka dan tidak boleh menutup diri, karena bukan satu atau dua keluarga saja yang mengalami masalah narkoba. Sdiapa saja Universitas Sumatera Utara bisa mengalaminya dan bukan berarti keluarga yang mengalami adalah keluarga broken home, tetapi juga keluarga yang harmonis. Sedangkan sosialisasi Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre menurut penuturan Bapak Kamal: “Sebelum ada Sibolangit Centre, sayamembentuk LSMGAN, dimana tugasnya untuk memberikan penyuluhan tentang bahaya narkoba. Dari LSM itulahkemudian saya mendirikan panti rehabilitasi Sibolangit Centre. Orang-orang mulai mengenalSibolangit Centre karena kami mengizinkan kunjungan dari siapapun yang ingin tahu akan bahaya narkoba, lewat penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan kami juga mengenalkan tentang Sibolangit Centre ini. Dalam pelaksanaan kegiatan, Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre memiliki beberapa program yang disusun melalui rapat yayasan yaitu oleh pimpinan yang bekerjasama dengan semua bagian yang terlibat dalam panti rehabilitasi termasuk bagian keamanan, staf-staf maupun stakeholders yang telah berpengalaman, seperti mengikuti seminar-seminar atau pelatihan serta yang juga pernah menjalani rehabilitasi khusus bagi konselor. Program-program yang terdapat di Sibolangit Centre disusun dengan menggunakan standarisasi pemerintah atau BNN yang sudah ada bagi panti rehabilitasi narkoba yang kemudian ditambahkan dengan metode yang lembaga miliki. Program yang telah tersusun kemudian dua 2 tahun sekali akan dianalisa kekurangannya. Kemudian kekurangan tersebut akan diperbaiki dan disesuaikan dengan perkembangan sehingga program-program yang ada tidak monoton, melainkan fleksibel sesuai dengan kebutuhan residen. Universitas Sumatera Utara Dalam perekrutan staf, beliau tidak menggunakan cara resmi seperti penerimaan lowongan pekerjaan kebanyakan. Beliau menetapkan sendiri cara perekrutan pekerja Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre. Beliau bertemu dengan konselor saat diadakan pelatihan-pelatihan ataupun seminar-seminar narkoba. Sedangkan dokter dan psikolognya didatangkan dengan bekerjasama dengan fakultas kedokteran dan fakultas psikologi USU, dimana dokter datang 2 kali dalam seminggu untuk memeriksa kesehatan residen. Untuk ahli medis Sibolangit Centre bekerjasama dengan Puskesmas Sibolangit. Berkenaan dengan masalah residen, pengembangan case conferance antar ahli Sibolangit Centre di antaranya dibahas oleh konselor, dokter, psikolog dan ahli medis setiap 2 minggu sekali. Perkembangan residen kemudian diberitahukan kepada keluarga seminggu sekali pada saat pertemuan keluarga dan juga melalui telepon oleh project manager ataupun konselor. Bagi residen baru yang ingin direhabilitasi harus melakukan registrasi atau pendaftaran diri. Registrasi residen dapat dilakukan oleh keluarga melalui registrasi satu 1 pintu, maksudnya hanya dapat dilakukan di kantor yang ada di Medan. Keluarga yang datang dapat berkonsultasi terlebih dahulu dengan pihak Sibolangit Centre mengenai ketentuan dan persyaratan apa saja yang harus disetujui oleh pihak keluarga apabila hendak memasukan anaknya. Setelah berkonsultasi keluarga juga dapat melihat secara langsung bagaimana keadaan di panti rehabilitasi. Apabila keluarga sudah merasa cocok barulah menyelesaikan administrasi dan menyediakan barang-barang yang harus dibawa residen. Universitas Sumatera Utara Setelah 6 bulan rehabilitasi, sesuai program bisaanya keluarga akan bertemu dengan residen. Beberapa keluarga yang sudah bertemu bisaanya akan bermusuhan dengan Pak Kamal. Berikut penuturan Bapak Kamaludian: “Kebanyakan residen sering melaporkan hal-hal yang membuat dia dikeluarkan keluarganya dari Sibolangit Centre ini. Bahkan ada yang sampai membayar lunas sisa bayaran bulanan agar anaknya diizinkan keluar dari rehabilitasi. Ini dikarenakan residen yang sedang menjalani proses pemulihan melaporkan hal-hal yang mereka anggap seperti penyiksaan kepada keluarganya, tetapi ketika pihak kita memberikan penjelasan, barulah keluarga menerima kepercayaan kembali anaknya kita bina di Sibolangit Centre ini” Dalam proses penyembuhan residen, keluarga merupakan bagian terpenting untuk itu keterlibatan keluarga sangat diharapkan dan harus diusahakan semaksimal mungkin, baik saat sedang direhabilitasi maupun sudah selesai direhabilitasi. Di saat sedang dalam masa rehabilitasi keluarga harus aktif menanyakan sampai dimana perkembangan residen dan harus membekali diri dengan ilmu-ilmu yang telah diberikan oleh pihak lembaga, agar saat residen telah selesai menjalani masa rehabilitasi, keluarga dapat menyikapi keadaan residen dan mendukung penyembuhan residen baik secara fisik, psikis, spiritual, dan sosial ekonomi. Proses hubungan timbal balik seperti ini dilakukan antara residen dengan konselor, konselor dengan keluarga. Karena selama residen dibina di Sibolangit Centre keseharian aktivitas lebih banyak dipantau dan dibimbing konselor, segala keluhan yang dihadapi serta keluhan keluarga disampaikan melalui perantara konselor. Universitas Sumatera Utara

5.2.2 Informan Kunci II : Konselor

Nama : Sanjaya Abidin Jenis kelamin : Pria Umur : 29 tahun Alamat : Jl. Tilak no. 19, Medan. Sanjaya Abidin adalah konselor yang bertugas untuk mengatur jalannya kegiatan residen dan konselor lainnya di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre. Awal bertemunya Sanjaya dengan Pak Kamal adalah di salah satu seminar dimana saat itu Sanjaya merupakan pemberi materi sekaligus mantan pecandu narkoba yang sudah lama pulih. Lalu Pak Kamal menawarkan Sanjaya untuk menjadi konselor di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre. Tugas yang dilakukan konselor saat pertama kali bertemu dengan keluarga residen adalah menyelaraskan tujuan awal keluarga dalam merehabilitasi residen, memberikan pengetahuan kepada keluarga residen sebagai modal bagi keluarga dalam menghadapi residen setelah selesai direhabilitasi, menciptakan nilai-nilai kekeluargaan antara sesama keluarga yang mempunyai masalah pecandu narkoba dan memberi dukungan serta motivasi dalam proses pemulihan. Sedangkan bagi residen yang sedang direhabilitasi para konselor akan menerapkan adanya peraturan untuk tidak boleh membahas tentang narkoba selama masa rehabilitasi dan apabila tertangkap membicarakan narkoba, maka akan diberikan sanksi. Berikut penuturan Bapak Sanjaya: Universitas Sumatera Utara “Disini kebisaaan yang dibuat selama di Sibolangit Centre berlaku untuk semua residen tidak terkecuali, semua punya aturan yang harus mereka jalankan. Mereka akan diberikan hukuman seperti membersihkan taman, halaman, mengepel, dsb apabila tertangkap basah seperti membicarakan narkoba, atau menyimpan rokok didalam saku mereka bukan pada jam istirahat yang kita izinkan”. Dalam masa penyembuhan, konselor akan memberikan banyak sekali ilmu kepada residen guna mencegah relaps kambuh. Ilmu yang diberikan adalah seputar pencegahan kekambuhan seperti pengetahuan adiksi mulai dari jenis-jenis narkoba sampai efek yang ditimbukan serta dampaknya, cara pencegahan relaps kambuh seperti tidak berkumpul dengan lingkungan narkoba kembali, proses pemulihan seperti pola makan, pola tidur, dan lain-lain. Keterbukaan tentang ketergantungan, contohnya saat residen merasa dirinya sedang ingin mengkonsumsi narkoba setelah selesai direhabilitasi, saat seperti ini keluarga harus membantu mengalihkan pikiran residen pada hal-hal lain selain narkoba. Namun dalam prosesnya tidak semua keluarga peduli terhadap perkembangan pemulihan residen di panti rehabilitasi. Untuk menanggulangi masalah seperti ini, menurut Bapak Sanjaya: “Keluarga yang tidak perduli kepada residen terlihat dari caranya memantau, seperti seberapa sering keluarga bertamu dan menanyakan perkembangannya. Untuk menanggulangi ini kami memberikan penjelasan tentang proses pemulihan serta efek dari kecanduan yang ditimbulkan selama pengguna mengkonsumsi narkoba saat keluarga berkunjung ke Universitas Sumatera Utara Sibolangit Centre. Saya sebagai konselor juga memberikan layanan konseling kepada keluarga tentang pola pikir yang ada dalam keluarga, sehingga cara berfikir mereka menjadi lebih terbuka untuk mau memahami kebutuhan residen setelah mereka bebas dari masa rehabilitasi”. Proses penyembuhan residen tidak bergantung pada dirinya saja, tetapi keluarga juga sangat berperan penting. Keluarga sebagai salah satu bagian terpenting dalam proses pemulihan residen terkadang tidak mengerti sepenuhnya mengenai proses rehabilitasi. Hal ini terbukti dari banyaknya keluarga yang ingin menarik anak walaupun masa rehabilitasinya belum selesai. Maka sekali lagi konselor sebagai penjembatani antara keluarga dengan lembaga harus menjelaskan seberapa penting dukungan mereka pada residen, melalui pertemuan keluarga tiap minggunya akan dibuat komitmen atau perjanjian untuk tidak mengeluarkan residen sebelum program selesai dilaksanakan. Selain itu juga diyakinkan bahwa semua yang dilakukan itu adalah untuk masa depan residen ke arah yang lebih baik. Pertemuan keluarga dengan residen setelah menjalani masa rehabilitasi selama enam 6 bulan dimaksudkan untuk memberi pelajaran kepada keluarga agar tidak terlena terhadap perubahan sesaat atau tidak diizinkan untuk puas sesaat. Menurut Bapak Sanjaya: “Kita mengumpulkan keluarga bertemu sebulan sekali bukan hanya untuk menonton video aktivitas residen saja, kita juga membekali keluarga dengan ilmu pengetahuan supaya keluarga kuat dan siap secara mental saat residen sudah keluar dari rehabilitasi. Sehingga keluarga lebih mengenal ciri-ciri Universitas Sumatera Utara kekambuhan kembali apabila ada tanda-tanda yang mencurigakan dari si mantan pecandu tersebut.” Dengan demikdian kesembuhan yang dicapai oleh residen tidak hanya sebatas masa rehabilitasi saja, melainkan setelah residen keluar dari panti rehabilitasi dan berkumpul dengan keluarga serta beraktifitas di lingkungan sosialnya. Universitas Sumatera Utara

5.2.3 INFORMAN UTAMA I

Nama : FM Tempattanggal Lahir : Medan, 17 Maret 2008 Usia : 25 Tahun Pekerjaan : Mahasiswa Alamat : Medan Agama : Islam FM merupakan mahasiswa di salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di medan. Sehari-hari FM sangat aktif di kampusnya, tetapi dalam pergaulan FM memang sudah lama terlibat dengan narkoba. Awal masuk kuliah FM masih bisa mengontrol untuk penggunaan narkoba tetapi karena sudah candu berat, FM sulit mengontrol diri alhasil kuliahnya berantakan. FM mengaku kalau pergaulnnya sehari-hari dekat dengan anak-anak yang nakal seperti genk motor dan pelaku kriminal. Berikut penuturan FM: “Saya sudah menggunakan narkoba sejak kelas 2 SMP, dulunya saya sama sekali tidak merokok karena selalu ingat pesan orangtua kalau merokok itu merugikan diri sendiri. Tetapi teman-teman di sekolah saya dulu kebanyakan pemakai ganja, mereka sering menawarkan kepada saya, sekali dua kali saya tolak, tetapi lama kelamaan saya tidak tahan akhirnya saya pakai juga”. FM memakai narkoba dari SMP kelas 2, ia dahulunya anak yang pendiam dan menurut dengan perintah orangtuanya. Untuk merokok saja sama sekali tidak ada keinginan bagi FM, mengingat pesan orangtuanya merokok itu merugikan dirinya sendiri. Selama disekolah FM tidak terlalu banyak teman bisa dikatakan kurang Universitas Sumatera Utara pergaulan, jam pulang sekolah FM langsung pulang kerumah. Karena sifat penurut FM inilah yang membuat ibunya selalu memberikan apa saja yang diminta FM bahkan uang jajan yang berlebihan. Kelas 2 SMP muncul keinginan FM untuk lebih bergaul dengan teman-teman sekelasnya. Awalnya FM sama sekali tidak tahu kalau teman-teman dikelasnya sudah pada aktif menggunakan ganja. FM tidak menghiraukan teman-temannya yang suka bolos sekolah dan terlambat masuk ke kelas saat-saat mengikuti jam pelajaran. Akan tetapi lama kelamaan FM ikut terjerumus menggunakan narkoba. FM sengaja ikut teman sekelasnya untuk bolos satu mata pelajaran, karena ajakan temannya itu menggiurkan FM walaupun dia tahu kalau bolos jam pelajaran adalah menyalahi aturan sekolah, karena apabila ketahuan pihak sekolah pasti akan dihukum. FM mendapati teman sekelas dan seniornya sedang melinting ganja di kamar mandi. Saat itu FM hanya memandangi mereka saja, tetapi muncul keinginan yang kuat untuk ikut menghisap ganja tersebut melihat mereka begitu menikmatinya. Tetapi awal ditawarkan untuk menghisap FM masih menolak, takut ketahuan guru disekolah karena posisi saat itu adalah kamar mandi sekolah. Tawaran pertama ditolak FM walau masih memandangi merka menghisap ganja tersebut. Walau tahu itu salah tetapi FM tidak mau memberitahukan kepada guru-gurunya, FM malah takut teman-temannya dihukum kepala sekolah. FM juga takut kalau teman-temannya menghajarnya kalau mereka tahu informasi itu didapat dari FM yang melapor kepada pihak sekolah. FM juga menjelaskan bahwa: “Ada ketertarikan saat menyaksikan teman melinting ganja, terlebih ketika ganja itu dihisap, tampak mereka begitu menikmatnya. Tetapi waktu ditawarkan gratis dari mereka saya masih menolak ”. Universitas Sumatera Utara Mengenai narkoba, FM tahu kalau narkoba itu berbahaya dan mematikan. Pembelajaran dan info-info seperti itu dia dapatkan dari pelajaran bimbingan konseling di sekolahnya. Bahkan beberapa bulan sekali di sekolahnya diadakan penyuluhan dan seminar tentang bahaya narkoba. Karena tahu akan bahaya itulah membuat FM berpikir untuk menggunakannya, walaupun sering dibujuk teman-temannya. FM sama sekali tidak tergoda, hanya saja sudah terlalu sering bergaul dengan teman-teman pemakai. Berikut penuturan FM: ”Terlalu sering dibujuk, saya pun tidak tahan. Ganja itu dilinting oleh senior saya, dia katakan kalau saya tidak pakai ganja yang di tawarkannya, saya tidak gaul, banci dan bodoh. Karena ingin di anggap hebat seperti mereka, ganja yang dilinting bersama rokok itu akhirnya saya hisap juga”. Ganja itu diterima FM, dihisap beberapa kali dikamar mandi saat jam istirahat sekolahnya. Awalnya FM merasa pening, mual dan muntah-muntah. Teman-temannya tertawa saat melihat FM muntah-muntah, temannya mengejek kalau berhenti menghisap dianggap lemah sebagai anak laki-laki. Karena tidak ingin dianggap lemah FM berusaha keras untuk tidak muntah-muntah lagi sambil terus memaksa diri menghisap ganja itu sampai habis. Saat itu FM mendapat kepuasaan tersendiri dan menganggap dirinya hebat. Menurut pemaparan FM: “Efek dari ganja itu sebenarnya tidak enak, berat rasanya kepala saya sehabis pakai ganja, apalagi dulunya saya sama sekali tidak merokok terasa sekali pusing dan mualnya. Tapi tah mengapa terus ada keinginan kembali untuk menggunakannya, sehingga akhirnya saya candu akan ganja itu”. Universitas Sumatera Utara Efek ganja itu membuat FM ketagihan tidak segan-segan FM menemui teman- teman pengguna narkoba, hanya untuk mengkonsumsi narkoba bersama. Mereka secara bergantian masuk kedalam toilet dan menjaga agar teman yang melintas toilet tidak mengetahui aktivitas mereka didalam. Saat itu bagi FM tidak sulit untuk mendapatkan ganja, FM membeli langsung dari temannya yang sudah membawa lebih. Sejak masa candunya FM, dirinya mulai jarang masuk sekolah dan malas untuk mengikuti kegiatan- kegiatan sekolah. FM selalu menghabiskan waktu dengan pergi ke warnet sampai jam pulang sekolah. Pikiran FM sudah tidak adalagi sekolah, masa depan dan nasihat orangtuanya karena kepribadian dan mental FM mulai rusak. FM merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara, dan semua itu aktip dalam pengajian. Tidak ada kekurangan dalam keluarga FM, semuanya lebih dari cukup. Orangtua FM juga baik dan tidak otoriter mereka bisa dikatakan keluarga harmonis dan disegani oleh orang-orang disekelilingnya. Karena kepercayaan penuh dari orang tuanya membuat FM sama sekali tidak dicurigai keluarga, kalau dirinya sudah terjerumus ke dalam narkoba. Yang diketahui Orangtua FM jarang mau bergaul dan hanya sibuk untuk kegiatan-kegiatan positif saja. Untuk masalah teman-teman FM, ibunya tidak terlalu khawatir karena yang datang kerumah selalu anak-anak pengajian dekat rumahnya. Walau sudah sering memakai ganja, FM tidak banyak menunjukkan peerubahan dihadapan orangtuanya, jam pulang sekolah FM selalu tepat waktu sampai di rumah. Sehingga apapun tingkah laku FM di luar tidak membuat keluarganya menaruh curiga pada dirinya. Saat FM masuk SMA mereka sekeluarga pindah rumah karena alasan usaha yang dikelola kedua orangtuanya. Lingkungan tempat tinggal yang baru itu tergolong daerah Universitas Sumatera Utara rawan pemakai narkoba. Tidak ada perasaan takut bagi orangtua FM karena merasa pengaruh agama sudah sudah cukup menjadi pondasi ke empat anaknya agar tidak salah dalam pergaulan. Begitu sangat pintar FM menutupi diri dari keluarganya, bahkan ketika sudah masuk SMA pun, keluarga tidak ada yang tahu kalau FM sudah pakai narkoba. Lingkungan yang baru itulah FM mulai menggunakan shabu-shabu tepatnya pada tahun 2003, rasa penasaran dan ingin tahu yang berlebihan membuat FM mulai mencoba-coba untuk memakainya. FM menganggap dirinya sudah cukup dewasa untuk lebih mengetahui segala hal yang ingin di ketahuinya. FM merasa menggunakan narkoba ke seperti shabu akan menambah relasi dan jaringan yang lebih besar dengan teman sebayanya sehingga lebih gampang dan cepat bergaul dengan lingkungannya yang baru ia tempati. Kalau pertama menghisap ganja yang dilinting dengan rokok, FM merasa pening, keringat dingin, mual dan berujung muntah. Ketika menggunakan shabu- shabu FM merasa lebih percaya diri, semangat, dan selalu penuh perasaan gembira. Bagi FM memakai shabu-shabu merupakan perkerjaan yang paling asik dan merasa diri seperti terbang, lupa semua masalah apapun. Berikut penuturan FM: “Tepat pada tahun 2003 bulan juli, saya beralih ke shabu. Shabu itu dengan mudah sekali saya dapatkan dari teman yang tidak jauh dari rumah saya. Ternyata setelah saya rasakan shabu itu cukup membuat saya lebih rileks dan santai. Saya jadi suka senyum sendiri dan sama sekali merasa tidak punya beban hidup”. Setiap malam minggu FM mengadakan pesta minuman keras, dan mulai berteman langsung dengan para pegedar narkoba. Saat FM ingin menggunakan shabu- shabu, FM langsung menemui bandar dan membelinya sendiri tanpa perantara. FM Universitas Sumatera Utara merasa bebas dengan dirinya. Saat rumah kosong FM memakai shabu-shabu dikamar. Setelah selesai menyabu, bong yang dipakainya di susun rapi di dalam lemari di lipatan kain agar tidak diketahui oleh keluarganya. FM menggunakan shabu-shabu saat itu tidak terlalu berlebihan, dan bagi FM shabu itu cocok dengan dirinya karena tidak membuat badan FM menjadi kurus kering seperti kebanyakan pemakai shabu-shabu lainnya. Kebutuhan uang jajan untuk FM semakin bertambah, karena biaya untuk membeli shabu-shabu sangat mahal, shabu-shabu 1 gram seharga 1 juta rupiah, ½ gram seharga Rp. 500.000, ¼ gram Rp. 300.000. Sementara FM sudah mulai ketergantungan berat, kalau tidak pakai shabu-shabu FM merasa geraknya terbatas dan merasa tidak nyaman dengan dirinya sendiri. FM mulai lebih sering meminta uang pada orangtuanya dengan berdalih untuk keperluan sekolah. Berikut penuturan FM tentang dirinya: “Sejak SMA kelakuan saya banyak berubah, saya sering berbohong untuk masalah uang, saya juga suka mencuri uang ibu saya. Berapapun uang yang diberi kepada saya semua itu terasa kurang. Terlebih saya dan teman-teman mulai sering melakukan pesta shabu. Saya suka ikut taruhan bola dan judi, hasil judi itu saya pakai untuk membeli shabu”. Pernah suatu ketika FM hampir ketahuan ibunya malam itu tidak tidur dirumah. Ditanya terlalu jauh, FM berdalih ikut olahraga pagi dengan anak kampung sehingga sudah bangun saat subuh. Berbagai alasan dibuat oleh FM agar ibunya tidak curiga dan tidak telalu banyak dalam bertanya. Waktu itu bius dari shabu-shabu yang dipakai FM belum habis, sehingga untuk menghilangkan bius itu FM harus banyak bergerak. FM berkeringat secara berlebihan dan rasa semangat yang luar bisaa itu memaksa FM untuk berlari marathon keliling tempat tinggalnya pada waktu pukul 3 pagi. FM tidak merasa Universitas Sumatera Utara ada rasa kelelahan sama sekali dan tidak perduli apa yang akan dipikirkan oleh tetangga sekitar rumahnya melihat aksi FM yang keliling lari marathon subuh itu. Saat ketika bius itu habis barulah FM pulang kerumah dan kembali tidur untuk mengembalikan tenaga yang terkuras banyak. FM juga menambahkan: “Efek shabu ini cukup kontan, saya bisa tahan tidak tidur semalaman terus beraktivitas tanpa henti. Efek keringat dingin berlebihan itu membuat saya gelisah, karena itulah saya sanggup keliling kampung dengan marathon. Setelah bius shabu itu habis, saya pulang ke rumah dan bisa tidur seharian akibat perasaan lelah dari aktivitas yang saya kerjakan”. Tidak jarang FM menggadaikan barang berharga yang FM punya, kalau ada uang berlebih ditebus kembali oleh FM kalau tidak FM membiarkan tergadai begitu saja. FM semakin hari semakin boros, dan berapa pun uang yang diberikan selalu saja kurang, bahkan sudah tidak cukup lagi untuk membeli narkoba, mengingat dirinya menggunakan shabu-shabu dan shabu-shabu itu mahal. FM mengaku kalau dirinya sudah jarang memakai ganja, dia hanya tertarik untuk menggunakan shabu-shabu saja. FM merasa memakai shabu-shabu itu adalah pekerjaan yang santai tetapi efek yang dirasakan sangat luarbisaa nikmat. Walau sebenarnya saat efek bius itu belum hilang FM merasakan kelelahan yang sangat berlebih dan merasa paranoid berlebihan. Berbagai cara dilakukan FM agar masa SMA bisa selesai untuk masuk bangku perkuliahan. Ibunya sempat menaruh curiga, karena melihat jam tidur FM mulai berubah. Malam hari FM lebih sibuk main playstation, game online sampai larut malam. Sementara siang hari FM tidur seharian sampai malam hari. Ibu FM merasa ada yang Universitas Sumatera Utara salah dengan anaknya karena sudah terlalu sering kebisaaan FM itu terjadi dirumah. Jika ibunya bertanya mengenai perkuliahannya, FM memberi banyak alasan untuk meyakinkan ibunya. Ibunya juga kerap kali mendapat anaknya pulang pagi kerumah dengan alasan yang terkadang tidak masuk akal. Ibu FM sempat berpikir kalau FM sudah pakai narkoba karena uang jajan sebanyak apapun yang diberikan selalu saja kurang. Berikut penuturan FM: “Ibu saya sempat menaruh curiga, saya ditanyai kenapa siang hari bisa tidur seharian sementara malam hari sibuk main playstation. Saya menjawab santai seakan tidak ada yang saya tutupi, saya sebenarnya mulai takut tapi untung saat itu ibu saya percaya dengan alasan-alasan saya yang rasa juga terkadang itu semua yang diutarakan tidak masuk akal”. Fase diamana FM merasa mulai jenuh dan bosan dengan kebisaaan menggunakan shabu-shabu, FM ingin lepas, dan mau berhenti menggunakan narkoba. 11 tahun FM menutupi dari keluarganya bahwa ia adalah seorang pecandu narkoba. Terkadang FM merasa bersalah dan sangat berdosa karena menipu ibunya selama ini. Perasaan berhalusinasi yang berlebihan itu yang memaksa FM ingin pulih dan bebas dari narkoba. FM sering merasa dikejar-kejar polisi dan seperti ada bayangan setan yang ingin membunuhnya. Hal-hal seperti itulah yang memaksa FM jujur kepada ibunya bahwa FM telah menggunakan narkoba selama ini, dan FM mengaku pertama sekali mengenal narkoba sewaktu masih SMP. Berikut penjelasan FM: ”Saya sering berhalusinasi seperti dikejar-kejar polisi terkadang saya merasa saya di tindih setan padahal itu hanya bayangan. Saya mulai merasa tidak nyaman dengan kehidupan saya. Sehari-hari saya hanya dipenuhi dengan Universitas Sumatera Utara narkoba, uang saya seberapapun selalu kurang. Kuliah saya sudah lama saya tinggalkan, mau tidak mau terpaksa saya jujur kepada ibu saya kalau saya sudah 11 tahun pakai narkoba. Saya hanya berani jujur pada ibu saya, karena saya lebih dekat dengannya, kalau menceritakan kepada ayah saya takut kalau-kalau saya malah dihajar”. Mengetahui akan hal itu ibunya sangat depresi dan terpukul, Ibunya tidak percaya kalau FM sudah pakai ganja sejak SMP, selama ini tidak ada perubahan yang nyata dilakukan FM didepan ibunya. FM jujur kalau selama ini uang yang di minta setiap hari selalu dipakai untuk beli shabu-shabu, dan pesta minuman keras dengan teman-temannya sesama pengguna narkoba. FM jujur kepada ibunya ingin sembuh dan berhenti menggunakan narkoba, karena sudah merasa sangat mengganngu keadaan psikologis dirinya. Setelah mengetahui anaknya terjerumus kedalam narkoba, ibunya bercerita langsung kepada ayahnya. Ayah FM emosi saat mengetahui dan sempat memukul FM karena kesal selama ini diberi fasilitas tetapi tidak dipakai untuk hal yang berguna oleh FM. FM mengaku menyesal dan sangat ingin lepas dari narkoba. Kasih sayang keluarga tidak habis pada FM walau tahu FM sudah membohongi mereka selama bertahun-tahun, menghabiskan banyak uang untuk hal yang tidak berguna tetapi keluarga tetap ingin kesembuhan FM. Keluarga memutuskan untuk mengisolasikan FM ke tanjung pura tempat pengajian pamannya. Tetapi selama disana tidak ada perubahan malah semakin bertambah parah. FM akhirnya kembali ke rumah dan dipantau langsung aktivitas FM oleh keluarganya. Mereka berpikir kalau tidak bergaul lagi dengan temannya yang sesama pengguna FM akan berhenti pakai shabu- shabu. Berikut penuturan FM: Universitas Sumatera Utara “Keluarga memutuskan saya untuk tinggal di Tanjung Pura, disana ada tempat pengajian paman saya. Mungkin sudah terlalu mendarah daging efek narkoba ini di tubuh saya, disana saya malah sering buat masalah karena saya butuh shabu sementara uang saku saya sudah dibatasi, saya malah jadi mencuri barang-barang di rumah paman saya untuk menambah kekurangan uang saya untuk membeli shabu. Sempat saya dikurung dikamar beberapa hari, sampai pada akhirnya saya kembali dipulangkan ke orangtua saya, karena paman saya menolak keberadaan saya di rumahnya”. Bulan oktober 2013 FM ditangkap polisi, FM dan teman-temannya digrebek saat pesta narkoba waktu itu. Saat penggrebekan FM saat sedang memakai shabu-shabu, dan ada bukti shabu-shabu ditanganya. Saat penggrebekan terjadi mereka diamankan oleh kepala lingkungan di tempat tinggal FM, 2 orang kabur dalam penggrebekan itu dan 4 orang tertangkap, termasuk salah satu didalamnya adalah FM. Orangtua FM tahu akan kejaddian itu sehingga harus menebus FM agar tidak dibawa ke kantor polisi, dengan perjanjian damai ditempat. Tetangga FM memberi saran agar FM direhabilitasi untuk proses pemulihan FM. Karena kalau tidak direhabilitasi kecil kemungkinan untuk sembuh walau ada niat ingin sembuh sarannya. Akhirnya FM dibawa oleh abang dan ayahnya untuk di rehabilitasi di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre Sumatera Utara. Mengenai rehabilitasi tersebut diketahui oleh abang FM dari teman kerja sekantornya, karena dulunya juga ada sepupu dari teman sekantor abang FM yang di rehabilitasi disana, dan sekarang sudah pulih. Universitas Sumatera Utara FM direhabilitasi pada awal tahun 2014, waktu itu ibu FM tidak mau ikut menghantarnya, karena tidak tega kalau anaknya harus direhabilitasi dan jauh dari keluarga selama setahun. Terlebih peraturan panti selama 6 bulan residen tidak diperbolehkan untuk bertemu keluarga dengan alasan apapun. Pihak rehabilitasi memberi informasi kepada FM bahwa dengan rehabilitasi akan mempercepat proses pemulihannya, dan rehabilitasi itu tidak akan berlangsung lama. Hingga akhirnya FM mau direhabilitasi dan menyiapkan diri jauh dari keluarga. Berikut penuturan FM: “Bulan maret tahun 2014 saya di antar abang dan ayah saya ke Sibolangit Centre untuk direhabilitasi. Tetangga kami menyarankan agar saya segera direhabilitasi saja, saya menolak untuk tinggal di panti awalnya karena alasan jauh dari keluarga tetapi jujur saya berkeinginan untuk sembuh. Saya tidak sanggup melihat ibu saya terus menangis karena saya menolak direhabilitasi, saya terpaksa harus mau tinggal dipanti rehabilitasi ini demi kepulihan saya”. Awal rehabilitasi FM masuk dimasukkan ke ruang isolasi selama 8 hari, isolasi itu dirasakannya seperti dipenjara, terasing, kesepian. FM menangis menyesal mengingat semua kebohongan kepada keluarganya. FM merasa sangat sedih saat mengingat ibunya karena sudah membuat ibunya menangis sewaktu mendengar pengakuan FM tentang dirinya yang sudah lama memakai narkoba. FM merasakan kesakitan yang parah, menggigil karena sudah sama sekali tidak bisa memakai shabu- shabu lagi. Selama di isolasi FM harus dipastikan putus zat dengan narkoba. Setelah melewati proses isolasi dan dipastikan sudah pulih dari masa sakau, FM dipindahkan dari ruang isolasi tidur bersama di barak dengan teman yang sudah lebih dulu pulih dari ketergantungan narkoba.Semakin lama FM semakin sadar kalau selama ini dia menyiksa Universitas Sumatera Utara dirinya sendiri dengan narkoba, ia pun berjanji untuk tidak mengkonsumsi narkoba lagi setelah keluar dari rehabilitasi dan FM menceritakan keluhannya dengan konselor kalau ia sangat ingin menyelesaikan kuliahnya kembali setelah selesai masa rehabilitasi nanti. FM mengaku tiga bulan menjalani rehabilitasi, dirinya merasa jenuh dengan rutinitas yang di lakukan setiap hari. FM mulai rindu dengan keluarga dan masakan ibunya. Tetapi saat-saat titik kejenuhan itu memuncak konselor selalu memberi motivasi agar FM tetap betah untuk menyelesaikan proses rehabilitasinya, sampai FM dikatakan sanggup untuk kembali berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Konselor, selalu memberi semangat agar FM pulih, dan sanggup menolak apabila dibujuk kembali oleh teman-temannya nanti ketika keluar dari rehabilitasi. FM juga menjelaskan bahwa: “Selama saya di Sibolangit Centre ini, saya menjalani berbagai kegiatan yang ada di panti dengan metode therapeutic community yang di dampingi konselor, saya merasa mental saya sudah mulai tumbuh dengan baik sehingga saya mulai berfikir positif. Saya semakin sadar kalau selama ini saya hanya menyiksa diri saya dengan narkoba”. Kegiatan yang paling disukai oleh FM adalah kegiatan ibadah, disana FM mengingat semua kebisaaannya yang membuatnya ingin benar-benar pulih. Karena sewaktu belum masuk rehabilitasi dulu, FM tidak pernah lagi sholat, dan membaca kitab suci. Semenjak didalam panti FM semakin rajin beribadah dan lancar kembali membaca kitab suci Al-Qur’an. FM juga menambahkan: “Saya berharap setelah keluar dari Sibolangit Centre ini, keluarga masih menerima dengan tulus walaupun mereka tahu saya mantan pecandu narkoba. Saya mau membahagiakan orangtua dengan memperbaik semua kesalahan Universitas Sumatera Utara dimasa lalu supaya tidak terungkit lagi aib yang buruk dulu. Saya mau lanjut kuliah lagi, setelah di wisuda nanti niatnya ingin buka usaha saja sekalian meneruskan usaha perkebunan sawit keluarga. Semoga saja masih ada perempuan yang menerima saya untuk dinikahi walaupun dia tahu saya mantan pecandu”. Banyak kenanagan yang sulit dilupakan FM, dengan sesama temannya pengguna narkoba dulu. Banyak usaha yang sudah dilakukan, tetapi usaha tersebut semakin mengikat meraka dan sulit lepas dari narkoba. FM sering melibatkan hidupnya dengan konselor di panti, apa yang tidak dipahaminya, FM selalu bertanya dengan konselor ketika menjalani proses konseling. FM Lebih mampu menyikapi masalah dalam hidupnya dengan bantuan konselor yang selalu memberikan pengarahan kepadanya. Konselor selalu mengajak FM untuk mampu menggunakan pikiran yang positif setiap ada keluhan yang dirasakannya. Ada saat-saat tertentu yang diberikan oleh konselor panti untuk merenungi diri dengan kegiatan memancing disela-sela waktu yang ada. FM juga merasa dirinya lebih mandiri dan hidupnya ada perubahan. Universitas Sumatera Utara

5.2.4 INFORMAN UTAMA II

Nama : PR TempatTanggal Lahir : Siantar, 25 April 1983 Usia : 31 Tahun Pekerjaan : Pegawai Swasta Alamat : Medan Agama : Islam PR merupakan pegawai swasa yang bekerja di perusahaan perkebunan kelapa sawit. Sudah menikah selama 7 tahun dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki dari perkawinannya. Sekarang status PR adalah duda, PR berpisah dengan isterinya sewaktu berada direhabilitasi selama 2 bulan. Berikut penuturan PR tentang dirinya: “Saya pakai narkoba dari usia 14 tahun, saya mengenal narkoba dari teman sebaya yang sudah lebih dulu mengkonsumsi narkoba. Narkoba yang saya pakai pertama adalah shabu-shabu. Saya memang anak yang nakal, saya tidak suka berteman dengan anak-anak yang alim tidak ada ketertarikan bergaul dengan mereka”. Bermacam-macam narkoba yang digunakan PR, mulai dari ganja, shabu bahkan putaw. PR mudah sekali dipengaruhi oleh teman-temannya apa saja yang ditawarkan langsung dipakai tanpa memperdulikan dampak terburuk dari narkoba tersebut. PR tidak perduli biaya yang dikeluarkan untuk membeli narkoba itu demi mencapai kenikmatan. PR mengaku sempat berhenti menggunakan putaw pada tahun 2002 karena salah satu temanya pecandu mati overdosis didepan matanya. Hal itu membuat PR trauma untuk Universitas Sumatera Utara kembali menggunakan putaw dan sempat berhenti memakai narkoba, walau akhirnya kembali lagi menggunakan putaw pada tahun 2003. Saat itu tidak ada sedikit pun niat PR untuk berhenti menggunakan narkoba, bagi PR kebisaaan itu tidak merugikan, karena dirinya selalu terlihat aktif dan semangat setiap saat. Uang yang di pakai untuk membeli narkoba bisaa didapat PR dari judi, taruhan main billiard dan ikut bantu-bantu di bengkel temannya. Hasil gaji yang didapat, digunakan PR untuk mabuk-mabukan dan membeli narkoba. Hidup PR semakin parah jarang sekali pulang kerumah, dan setiap pulang kerumah selalu ada saja barang yang hilang dijual oleh PR. PR juga menjelaskan bahwa: “Saya paling benci diatur, melawan orangtua sudah hal yang bisaa bagi saya. Kalau permintaan saya tidak dituruti saya suka membanting apa saja yang ada di rumah”. Melihat perubahan sikap yang dilakukan PR di rumah membuat keluarga curiga, terlebih PR meminta uang yang sangat besar kepada ibunya dengan alasan untuk menganti motor karena sudah bosan dengan motor yang lama dia pakai. Uang itu sempat dicairkan oleh kedua orangtuanya, karena kalau tidak diberi PR suka mengancam ibunya dan itu membuat ibunya takut. Tetapi sudah sebulan berlalu motor itu belum juga kelihatan dirumah dan setiap ditanya PR selalu membuat alasan. Kecurigaan itu semakin menjadi, dan membuat ayah PR semakin memantau perkembangan PR. Berawal ditemukan dikantong celana PR shabu-shabu sewaktu ia pulang mabuk kerumah, dan dipaksa untuk jujur oleh ayahnya, PR masih membuat alasan yang tidak jelas. Ayah PR memutuskan untuk membawa PR kerumah sakit untuk test urine, ternyata PR positif menggunakan narkoba. Ayah PR memutuskan agar PR segera Universitas Sumatera Utara direhabilitasi karena tidak ingin anaknya semakin parah. PR saat itu berontak dan melawan ayahnya, tidak bersedia untuk direhabilitasi karena merasa dirinya sehat dan tidak punya masalah apapun. Awal rehabilitasi PR pertama adalah tahun 2005, dan karena tidak ada niat sembuh dari PR membuat proses rehabilitasi yang dijalaninya selama 6 bulan sia-sia. Sesudah keluar dari panti PR langsung menemui teman-temanya dulu dan kembali menggunakan narkoba. Kehidupan PR semakin sulit dikendalikan, orangtua dan keluarganya sangat stress melihat tingkah PR, sosok PR menjadi momok menakutkan. PR bolak balik ditangkap polisi dan selalu ditebus oleh orangtuanya. Karena selama didalam rutan pun PR masih melakukan transaksi. Segala cara dilakukan keluarga untuk mengubah PR tapi itu tidak mengubah keadaan. PR masuk kembali ke rehabilitasi di tahun 2008, setelah keluar selama setahun PR berhenti menggunakan narkoba. Kebisaaanya mulai berubah dan itu membuat keluarga mulai memberikan faslitas karena sudah melihat PR hidup normal kembali. Orangtua PR memberikan kebebasan kembali kepada anaknya, sejak dilihat ada perubahan setelah direhabilitasi kedua, orangtua PR jarang memantau anaknya, karena orangtuanya menganggap bahwa PR sudah bisa menentukan pilihan dan jalan hidupnya sendiri. Orangtua PR hanya memberi nasihat bahwa narkoba itu merusak masa depan PR dan membawa PR dekat ke arah kematian. Ibu PR selalu menasehatinya sambil menangis agar PR tidak bergaul lagi dengan teman-temannya yang rusak. Mengingat banyaknya uang terbuang karena ulah PR selama terikat dengan narkoba, mulai dari penggunaan, proses pemulihan rehabilitasi sampai uang tebusan ketika PR ditangkap polisi saat menggunakan narkoba. Berikut penuturan FM: Universitas Sumatera Utara “Dua kali direhabilitasi saya berhenti menggunakan narkoba, awal mula jatuhnya kembali waktu itu saya berpacaran dengan mantan isteri saya itu yang memang sama-sama pemakai narkoba, saya terkejut sewaktu menemukan shabu di tasnya tetapi ada kerinduan kembali saat melihat shabu itu, disela-sela waktu kami bersama kami gunakan untuk menyabu bersama”. Niat yang dulu sudah tidak ingin menggunakan narkoba, PR teringat kembali masa-masa saat menggunakan narkoba dulu santai dan semua beban lepas dari pikiran. PR dan kekasihnya selalu menyempatkan diri untuk menggunakan narkoba bersama. Tetapi PR mengingatkan kekasihnya agar selalu menyimpan rahasia kalau ia pemakai narkoba dari keluarga PR. PR tidak ingin hubungannya berakhir karena sudah pasti akan dilarang keluarganya. PR sempat menyelesaikan kuliahnya, setelah selesai kuliah ia memutuskan untuk menikah dan bersepakat bersama untuk sembuh ketika sudah berumah tangga nanti. PR dan isterinya masih tinggal menumpang di rumah orangtua PR. Keluarga PR sama sekali tidak mengetahui kalau menantunya juga pemakai narkoba. Berikut penuturan PR: “Setelah menikah, isteri saya saat itu belum punya pekerjaan, ia hanya di rumah mengurus rumah. Saya bekerja dikantor perkebunan sawit disana kebetulan ada orang dalam yang mengurus saya bisa masuk bekerja disana. Kalau tahu saya pemakai mana mungkin diterima test kesehatan saja tentu sudah gagal. Mungkin karena isteri saya tidak punya kesibukan, keseharian disela-sela aktivitasnya selalu dipakai untuk menyabu. Semakin hari semakin parah saja, imbasnya ya seperti ini saya harus berpisah dengannya karena sama-sama sudah merasa tidak ada kecocokan lagi”. Universitas Sumatera Utara Keadaan rumah tangga PR semakin berantakan, terlebih setelah mereka memiliki anak, saat itu anak mereka berusia 4 tahun. Niat yang semula ingin sama-sama berhenti dengan mengurangi dosis pemakaian yang terjadi malah kebalikannya. Sehari PR dan isterinya bisa menghabiskan uang sampai Rp. 500.000,- setiap pemakaian. Disinilah awal mula orangtua PR tahu kalau PR dan isterinya sama-sama pemakai narkoba. Isteri PR meminta kepada mertuanya agar dibawa berobat ke Sembada, isterinya juga meminta agar mertuanya mengurus anaknya. Ibu PR syok tahu anak dan menantunya sama-sama pengguna narkoba. PR menyampaikan kepada ibu dan keluarga dari pihak isterinya, bahwa mereka berniat sama-sama ingin pulih sendiri tanpa harus direhabilitasi. PR juga mengaku kalau sejak pacaran sudah mengetahui kalau isterinya sudah lama menggunakan narkoba, keinginan mereka untuk menikah karena sama-sama memotivasi diri untuk pulih dari narkoba. Lelah karena tidak ada perubahan, pertengahan tahun 2013 PR direhabilitasi kembali untuk ke empat kalinya. Bekas sayatan-sayatan yang ada ditubuhnya semakin hari terus bertambah. Takut kalau PR berujung kematian keluarga PR mencari info tempat rehabilitasi terbaik. PR di bawa ke Sibolangit Centre, rekomendasi dari beberapa orang disekitar mengatakan tempat rehabilitasi ini sangat bagus untuk memulihkan korban penyalahgunaan narkoba. Sudah pasti PR akan menolak direhabilitasi alternatif terbaik membawanya dalam keadaan terbius. Berikut penuturan PR: “Waktu saya sadar, saya sudah sampai di Sibolangit Centre ini sebelumnya saya tidak tahu apa yang terjadi. Saya sempat berontak saya membayangkan rehabilitasi itu tempat yang memuakkan apalagi saya sudah 3 kali direhabilitasi Universitas Sumatera Utara sama sekali tidak bisa membuat saya berhenti. Biarkan saja aku bebas diluar sana, aku bisa sembuh tanpa harus direhabilitasi, bukan ditempat ini”. Pihak panti di damping konselor terus melakukan berbagai cara agar PR mau direhabilitasi. Konselor memberi informasi PR harus direhabilitasi dan harus bisa bebas dari narkoba sampai selamanya, mengingat PR sudah empat kali direhabilitasi. Konselor saat itu berusaha mengolah perasaan PR dan berusaha mempengaruhi diri PR agar mau direhabilitasi. Selama di rehabilitasi semua kebutuhan PR diatur oleh pihak panti, PR hanya dapat menyampaikan keluhannya lewat konselor. Konselor memberi pengarahan agar PR berpikir sendiri dalam membuat keputusan, PR sengaja dipaksa untuk kembali menjalankan fungsi otaknya yang selama ini rusak karena zat narkoba. Kesadaran PR mulai tumbuh, Dia mengatakan kalau tempat rehabilitasinya yang sekarang berbeda dari tempat rehabilitasi yang sebelumnya pernah di jalaninya. PR mulai menjalani semua kegiatan pembinaan yang ada, timbul kemauan dari diri untuk membenari diri sendiri, PR mengeluh ke konselor saat waktu konseling kalau PR benar-benar ingin jauh dari lembah hitam, dan kembali hidup normal. Proses perceradian PR dilakukan saat PR berada dipanti, konselor dipanti sebagai perantara antara PR dengan keluarga PR maupun keluarga dari pihak isteri PR. Isteri PR sudah tidak bisa mengurus anak mereka. Anak PR diasuh oleh orangtua PR, sementara mantan dari isteri PR telah dirawat di rumah sakit ketergantungan narkoba saat ini. PR merasa dirinya tidak berguna waktu bercerai dengan isterinya. PR merasa sangat berdosa dengan anaknya, karena ulahnya anak mereka tidak mendapat kasih sayang penuh. PR waktu itu jadi sering melamun, dan suka menyendiri. Melihat Universitas Sumatera Utara perubahan pada perilaku PR, konselor lebih memotivasi agar PR tidak putus asa. PR berjanji setelah selesai direhabilitasi akan mengasuh anaknya dengan baik. Selama di Panti PR mengaku semangat menjalani rehabilitasi dan bertekad kuat untuk sembuh dari ketergantungan tersebut demi anaknya. Rehabilitasi dilakukan dengan metode Therapeutic Community. Selama menjalani rehabilitasi, mereka diajarkan prinsip dasar metode TC ini yaitu adict to addict, maksudnya para penyalahguna membentuk suatu komunitas untuk saling membantu dalam proses pemulihan teman, membantu teman untuk memulihkan ketergantungan terhadap narkoba. PR setiap waktu sharring ditanyakan untuk siapa yang paling utama kesembuhannya. PR mengaku untuk anaknya, karena PR tidak ingin anaknya ikut seperti dia, dan tahu kalau bapaknya pencandu berat narkoba dahulunya. Konselor selalu menekankan setelah keluar dari rehabilitasi, jika ada hal yang berusaha menarik kembali dirinya untuk memakai narkoba, ingat tekad kesembuhan itu demi anaknya. Agar mampu menolak penuh ajakan tersebut. PR menjelaskan bahwa: “Ada trik 3 menit yang diterapkan konselor kepada saya, saya sangat ingat sekali kalau kita bertemu dengan teman-teman pengguna tetap rileks, jika mereka memaksa untuk ikut kembali bersamanya, cukup berikan uang Rp. 50.000.- lalu ucapkan kata terima kasih sertai dengan kata minta maaf lalu tinggalkan mereka”. Setelah sembuh nanti, PR berencana ingin membina rumah tangga kembali. Tetapi untuk kembali dengan isterinya, niat PR sudah tidak ada lagi. PR ingin hidup normal dengan anaknya dan berharap ada seorang perempuan baik-baik mau menerima ia dan anaknya dengan tulus. PR ingin membuka usaha saja di rumahnya, seperti buka Universitas Sumatera Utara grosiran. Untuk bekerja di kantor PR tidak ada niat karena takut terjerumus kembali ke dunia narkoba, terlebih teman-teman di kantor tempatnya bekerja dulu juga banyak yang menggunakan narkoba disana. Orangtua PR juga berjanji membantu kehidupan anaknya dengan membei bantuan modal untuk membuka usaha setelah PR keluar dari rehabilitasi. Universitas Sumatera Utara

5.2.5 INFORMAN UTAMA III

Nama : RH Tempattanggal Lahir : Medan, 24 April 1995 Usdia : 19 Tahun Pekerjaan : Pelajar Alamat : Kampung Keling Agama : Islam RH adalah anak sulung dari 2 bersaudara, berlatarbelakang dari keluarga yang harmonis. RH sudah menggunakan narkoba sejak SMP kelas 2. Narkoba yang pertama sekali RH gunakan adalah ganja dan shabu-shabu. Awal perkenalan RH dengan narkoba dari teman bermainnya yang menawarkan shabu dengan gratis. Faktor lain yang mendorong RH menggunakan narkoba adalah tempat tinggal yang remajanya rawan akan pemakai bahkan pengedar narkoba. Narkoba yang pertama sekali dipakai RH adalah shabu-shabu, nenurut RH ia tidak terlalu suka memakai ganja, karena ganja sudah tidak berpengaruh apapun pada tubuhnya. Untuk pemakaian shabu RH menggunakan botol minyak wangi sebagai bong untuk menghisap shabu tersebut. Karena sudah sering melihat langsung teman- temannya, RH langsung mengerti cara menggunakan tanpa harus diajari terlebih dahulu. Sering keluar malam seperti dugem membuat RH jadi pakai obat-obatan pil inex. RH juga menjelaskan bahwa: “Saya awalnya main ke diskotik karena di ajak teman. Dari situlah saya mengenal pil inex, ekstasi dan itu sengaja digunakan agar dapat disko lebih lama. Pertama menggunakan saya telan 1 pil ekstasi, tapi lama-lama saya telan Universitas Sumatera Utara 2 atau 3 pil biar semangat nafsu buat disko. Kesenangan saya kan habis efek shabu telan pi inex karena shabu dan inex itu cocok di pakai bersama”. Lingkungan tempat tinggal RH memang rawan akan narkoba disana mayoritas pengedar narkoba. RH dan teman-temannya sering membuat masalah, sering mencuri barang-barang milik tetangga. Ikut-ikut teman yang hobby merampok dan masuk dalam geng motor. Tetapi karena didaerah tempat tinggal RH itu memang sudah banyak pemakai narkoba, sesama orangtua sudah merasa bisaa dan sudah tidak terlalu perduli dengan keributan yang sering terjadi dengan lingkungan sekitar mereka. Terlebih disana banyak pengedar narkoba yang sulit sekali dimusnahkan, rantai pengguna narkoba dan pengedar narkoba sangat berkembang. Jika satu tertangkap polisi akan diteruskan kembali oleh teman yang lain, begitulah seterusnya. Mengenai narkoba RH sudah tahu jelas bahayanya seperti apa, tetapi RH tidak perduli karena merasa sangat menikmati narkoba tersebut. Tempat tongkrongan RH juga selalu dijalan airlannga, yang disana memang terdapat banyak pengguna dan pengedar narkoba. Karena merasa masih bisa mengontrol diri dalam penggunaannya RH merasa pakai narkoba sama sekali tidak merugikan. Bagi RH narkoba yang dipakainya dibuat sebagai penambah stamina tubuh dan tenaganya. Setelah memakai narkoba ia merasa tenaganya bertambah berkali lipat. Ketika sehabis pakai shabu RH juga merasa nafsu makannya bertambah, dan pada waktu pakai shabu timbangan berat badannya juga ikut bertambah. Karena hal ini membuat RH semakin hari semakin terus memakai narkoba dalam kesehariannya. RH mengenal narkoba pertama sekali dari temannya, waktu itu mereka menghadiri acara ulang tahun teman perempuan mereka. Selesai acara ulangtahun RH Universitas Sumatera Utara tidak langsung pulang ke rumah karena diajak oleh temannya untuk menginap di kost- kostan temannya. Teman RH menunjukkan barang kepada RH berbentuk tepung yang berwarna putih dan halus. RH bertanya tentang barang itu kepada teman-teman yang lain, lalu teman RH menjawabnya bahwa itu adalah shabu-shabu. RH hanya dibujuk sekali saja oleh teman-teman mereka untuk mengkonsumsinya, RH langsung semangat untuk menggunakannya. Karena RH tertarik mendengar pengalaman temannya jika RH mau mengkonsumsi barang itu, RH akan menjadi lebih baik lagi, lebih semangat lagi, dan segala beban pikiran akan hilang. Pada tahun 2012 RH tertangkap basah oleh ibunya saat menggunakan shabu dengan teman-temannya di kamar. Ibu RH merasa heran karena RH dan tiga orang temannya berada di dalam kamar berjam-jam, padahal waktu itu sudah waktunya jam makan siang. Berikut penuturan RH: “Saat itu saya dan teman-teman tengah asik memakai shabu, sampai-sampai tidak sadar kalau ibu saya mengintip dari dari jendela luar kamar. Saya ketakutan ibu saya marah besar dan mengusir teman-teman saya. Saya dihukum tidak boleh lagi keluar rumah dan dilarang bergaul dengan mereka. Saya berbohong dengan mengatakan baru mau mencoba dan belum sempat memakainya, untung ibu saya percaya”. RH sempat melakukan test urine di jawa di rumah sakit tempat istri pamanya bekerja. Hasil test urine RH waktu itu dinyatakan negatif, dan itu membuat RH sangat senang sekali. RH sendiri bingung kenapa hasil test urine itu negatif, padahal tidak ada unsur kecurangan saat RH diperiksa. Ketakutan RH waktu itu jika benar dinyatakan Universitas Sumatera Utara positif, RH pasti langsung direhabilitasi saat itu juga di jawa. RH juga menjelaskan bahwa: “Hasil test urine itu saya manfaatkan untuk menegaskan kembali kepada orangtua saya bahwa saya belum memakai narkoba. Orangtua saya sempat meminta maaf karena telah merasa bersalah menuduh seperti itu, saya jadi merasa berdosa karena membohongi mereka, tapi kalau saya jujur saya pasti direhabilitasi”. Setelah kejadian itu RH sempat berhenti total dari narkoba selama 3 bulan penuh. Kegiatan sekolahnya kembali ia kerjakan dengan baik, RH mulai jarang keluar rumah dan lebih dekat lagi dengan keluarganya. RH merasa ada kesempatan untuk dirinya bertobat karena hasil test urine waktu itu dinyatakan negatif. Tetapi kebisaaan itu hanya berlangsung sebentar, RH tergoda kembali memakai narkoba. Berikut penuturan RH: ”Pacar saya itu punya abang pecandu narkoba, melihat ia sering menyabu membuat saya jadi ingin menyabu juga. Kami sering bersama menyabu di kamar kostnya. Sebenarnya pacar saya itu marah lihat kami selalu menyabu, tetapi tidak berani untuk marah ia hanya bisa melampiaskan kekesalannya dengan membanting pintu pergi meninggalkan kami. Saat kembalinya saya memakai saya masuk ke dalam daftar pencarian orang karena terlibat dalam geng motor”. RH sewaktu SMA pernah tinggal di rumah neneknya yang berada di daerah perumnas simalingkar, disana RH bergaulnya dengan preman-preman setempat dan sering ikut aksi perampokan. RH suka konflik dan tawuran, karena badan RH waktu itu Universitas Sumatera Utara memar, neneknya melaporkan hal itu kepada orangtua RH. Orangtua RH datang dan memaksa RH untuk jujur kenapa badannya memar seperti itu, RH mengatakan hanya perkelahian bisaa. Ayah RH menemukan pil ekstasi didalam saku celana RH, ayahnya sangat yakin kalau anaknya sudah terlibat kedalam narkoba mengingat kejadian di tahun 2013, RH hampir terlibat kedalam pemakaian shabu. RH jujur kalau dia benar memakai narkoba selama beberapa bulan ini katanya. Mengetahui RH menggunakan narkoba, keluarga mencari informasi tempat rehabilitasi ketergantungan narkoba yang baik di daerah medan. Keluarga berinisiatif untuk memasukkan RH ke Sibolangit Centre. Orangtuanya melakukan konseling langsung dengan konselor saat itu, konselor mengatakan keluarga tidak diperbolehkan bertemu dengan anaknya selama 6 bulan. Jika ingin mengetahui perkembangan anak, orangtua hanya boleh berhubungan dengan konselor sebagai perantara antara anak dengan orangtua. Karena peraturan itu orangtua RH kembali membawa RH pulang ke rumah karena merasa terlalu berat selama 6 bulan jauh dari keluarga. RH juga menambahkan: “Seminggu kepulangan kami dari Sibolangit, orangtua saya berubah pikiran karena sering melihat saya sakau meraka kembali membawa saya ke Sibolangit Centre untuk segera direhabilitasi. Tepatnya di bulan januari tahun 2014 saya terdaftar menjadi binaan panti rehabilitasi ini. Selama seminggu saya menjalani pengisolasian yang rasanya seperti dipenjara. Dulu awal-awal saya diberi jamu saya suka menolak karena rasanya kecut tetapi saya merasa ada perubahan pada tubuh saya, tidur saya jadi enak, saya jadi lebih napsu makan. Karena sudah sering minum jamu akhirnya lidah saya menjadi terbisaa dengan rasa kecutnya”. Universitas Sumatera Utara RH sering mengeluh dalam menjalani rehabilitasinya, banyaknya peraturan membuat RH merasa stres. Selama ini kehidupan RH berada dalam kebebasan, dan tidak aturan yang mengikatnya. Selama direhabilitasi RH setiap hari harus bangun pagi dan sholat subuh, itu sungguh sangat menyiksa RH. Lima bulan menjalani rehabilitasi, RH mulai merasakan kenyamanann. RH mulai menikmatinya, dan tumbuh kesadaran dirinya kalau dia harus berhenti dari ketergantungan narkoba. RH mulai merasa termotivasi tinggal di panti tersebut karena teman-temannya yang ada di panti berasal dari latarbelakang yang sama dengan dirinya, sama-sama korban dari penyalahgunaan narkoba dan mereka semua sama-sama punya tujuan untuk bisa sembuh dari ketergantungan narkoba. RH merasa sangat senang banyak perubahan dalam dirinya selama disana. RH telah lancar membaca Al’Quran, padahal selama hidupnya dia jarang sekali menyentuh kitab suci itu. Kehidupan RH jadi lebih terarah, aktivitas sehari-harinya jadi lebih terkontrol. Bimbingan konselor yang selama ini ia dapatkan mampu diterapkan dalam dirinya, emosinya juga lebih terarah dan tidak suka marah-marah lagi. Padahal dulu sebelum direhabilitasi, RH suka marah-marah tidak beralasan. Kesadaran akan bahaya narkoba itu juga sangat dirasakan RH, dan ingin kembali menata masa depan yang cerah setelah pulih nanti. RH berharap saat dia keluar dari Sibolangit Centre 3 bulan mendatang, keluarganya dapat menerima kembali dirinya seperti apa adanya dan tidak menaruh kecurigaan berlebihan kepada setiap kegiatan RH nanti. RH juga berencana akan menyelesaikan sekolahnya yang terbengkalai dengan pindah sekolah yang baru dengan begitu ia akan jauh dari teman-teman disekolahnya yang sama-sama pemakai hal ini Universitas Sumatera Utara dilakukan agar RH tidak terjerumus kembalil ke dunia narkoba dan berharap kembali ke tengah-tengah masyarakat. Universitas Sumatera Utara

5.2.6 INFORMAN UTAMA IV

Nama : SL TempatTanggal Lahir : Siantar, 27 Februari 1990 Usia : 20 Tahun Pekerjaan : Mahasiswa Alamat : Sidempuan Agama : Islam SL adalah seorang mahasiswa di daerah tapanuli selatan, ia anak ke 4 dari 5 bersaudara. SL mulai mengenal narkoba selama 4 tahun yaitu sejak ia SMA. Kebisaaannya suka masuk tempat-tempat hiburan malam yang ada di daerahnya membuat ia lebih cepat untuk mendapatkan narkoba. Mula-mula SL menghisap ganja, ganja ditawarkan teman-teman sekolahnya secara gratis. Berikut penuturan SL: “Teman-teman SMA saya banyak yang memakai ganja, teman sebangku saya sewaktu SMA malah sudah pakai shabu. Mereka selalu membujuk saya untuk ikut mencoba, katanya bisa buat lebih percaya diri. Saya memang tertarik dan sering membayangkan rasanya. Saya pikir kalau saya hanya memakai ganja biayanya tidak akan terlalu mahal dan kalau tidak terlalu sering dipakai tidak akan membuat candu. Saat itu ganja hanya RP. 5000arm dan dapat dibagi 3 linting atau dimasukkan ke dalam 3 batng rokok untuk dihisap. Diawali rasa ingin tahu saya menerima ganja yang mereka tawarkan itu aktivitas itu terus saya lakukan sampai saya tamat SMA”. Universitas Sumatera Utara Memasuki bangku perkuliahan, SL beralih ke pemakaian shabu-shabu. SL mulai menemukan teman-teman yang memiliki kesenangan seperti dirinya.tidak canggung bagi SL untuk bergabung dengan seniornya karena merasa berlatarbelakang yang sama dengannya. Untuk mendapatkan shabu tersebut apabila kekurangan modal untuk membelinya, mereka bisaa mengumpulkan uang bersama. Harga shabu pada masa itu 1 gram seharga 1 juta rupiah. ½ gram seharga Rp. 500.000,-, ¼ gram Rp. 300.000,-. Terbisaa mengkonsumsi shabu, SL mulai ketergantungan. Awalnya SL sulit untuk tidur, bahkan selera makan pun hilang. Badan SL waktu itu sempat drastis mengalami penurunan berat badan karena shabu itu tidak cocok dengan kondisi fisik tubuhnya. Tetapi karena selalu dipakai akhirnya menjadi terbisaa. Keluarga SL tergolong keluarga yang terlalu bebas, orangtuanya terlalu sibuk mencari uang. Faktor kurang perhatian mungkin yang memicu anak-anaknya yang lain juga ikut memakai narkoba. Bukan hanya SL saja, abang dan adik SL juga terlibat dalam pemakaian narkoba. Tetapi orangtua mereka sama sekali tidak mengetahui kalau ketiga anaknya sudah lama menjadi pemakai narkoba. Pengakuan SL, lingkungan tempat dia tinggal di daerah sidempuan merupakan daerah yang rentan dengan narkoba. Pemuda setempat disana rata-rata sudah lama menggunakan narkoba. Lama menggunakan narkoba, SL kesulitan untuk berhenti kebutuhannya akan uang selalu bertambah. SL menambahkan: “Karena terlalu butuh dengan barang itu, saya dan teman-teman nekat mencuri komputer di lab kampus saya. Kami waktu itu ada sekitar 5 orang. Hasil penjualan komputer itu berkisar 8 juta dan semuanya kami habiskan malam itu untuk membeli shabu”. Universitas Sumatera Utara Kecurigaan keluarga mulai timbul melihat kebisaan SL yang suka tidur dalam jangka waktu yang lama. Abang SL menemukan bungkus shabu di tempat sampah kamarnya. SL mengaku kalau dia benar menggunakan narkoba tetapi berjanji akan berhenti. SL juga menambahkan bahwa: “Semenjak abang saya menemukan bungkus shabu dikamar, saya diawasi ketat oleh orangtua. Semua kegiatan saya dipantau, pada waktu itu sempat 2 bulan saya berhenti pakai narkoba. Sebenarnya kalau saya niat saya bisa berhenti hanya saja ajakan teman untuk memakai ini yang sulit sekali untuk saya tolak apalagi kalau saya ada masalah pelampiasan saya selalu ke narkoba”. Ayah SL berencana untuk memasukkannya ke sekolah AKPOL, harapan orangtuanya ingin mengubah semua kebisaaan SL. Ternyata SL memiliki tato di punggungnya dari kelas 2 SMA, dan selama ini tidak ada keluarga yang mengetahui itu. Mengetahui akan tato yang dimiliki SL membuat orangtuanya sangat kecewa karena tatto itu membuat SL tidak akan bisa masuk AKPOL. Keluarga lelah melihat perubahan sikap SL yang selalu saja bersikap kasar dirumah karena diketahui kembali menggunakan narkoba. Orangtuanya memutuskan untuk membawa SL ke medan menemui Bapak Kamal teman dekat ayah SL di Rumah Kopi Demokrasi Mongonsidi dengan maksud untuk merehabilitasi SL. Pak kamal sudah lama dekat dengan ayah SL. Karena keluarga ingin menyembuhkan SL, mereka akhirnya pergi ke medan bermaksud untuk menemui Pak Kamal di rumahnya jalan mongonsidi. Pak Kamal merupakan pemilik Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre. Pak Kamal itu sudah lama dekat dengan orangtua SL jauh sebelum SL terlibat dengan narkoba. Keluarga SL Universitas Sumatera Utara membujuk SL untuk mau ikut ke medan dengan alasan untuk menghilangkan tatto, karena kata keluarga SL kalau terus pakai tatto akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan. SL merasa itu seperti keseriusan dari keluarga mereka, SL tidak tahu kalau dia sedang ditipu dan akan segera direhabilitasi. Mengeahui dirinya akan direhabilitasi, SL berontak dan melawan orang-orang yang ingin memasukan ia ke dalam ambulance mobil untuk residen milik panti. Berikut penuturan SL: “kalau bukan karena di bohongi saya tidak akan mau ikut ke medan dengan orangtua saya. Mereka pertama mengatakan mau cari tempat PKL buat saya, waktu itu memang saya di kampus di wajibkan mengambil tempat PKL. Ayah saya juga menyarankan untuk menghilangkan tattoo di punggung saya, saya menurut. Tahu kalau saya ingin direhabilitasi saya banting meja, dan teriak mengatakan kalau diri saya bukan orang gila yang harus di rehabilitasi. Tetapi orangtua saya lebih tenang kalau saya di bawa ke Sibolangit untuk direhabilitasi saja. Pada tahun 2014 SL masuk rehabilitasi dan sudah 4 bulan menjalani proses pemulihan, awalnya SL merasa terkurung dan merasa kebebasannya terbatas. SL berada di ruang isolasi selama satu minggu. SL merasa di penjara, dia sering sakit dan menggigil karena tidak menggunakan narkoba lagi. Selama di isolasi SL harus putus zat dan sama sekali tidak bisa memakai narkoba. Tahap demi tahap di jalani oleh SL, suka duka dia rasakan selama jauh dari kelurga. Program-program panti itu pun ikhlas tidak ikhlas harus dijalankannya, karena kalau tidak mengikuti peraturan pasti akan mendapat peringatan dan diberi hukuman menyikat lantai sampai bersih dengan sikat gigi. Universitas Sumatera Utara Hukuman-hukuman seperti itu diberlakukan oleh pihak panti dengan maksud untuk mengubah kebdiasaan residen yang malas agar kembali mau beraktivitas. Setelah menjalani program therapeutic community, mental dan perilaku SL sudah mulai tumbuh, butuh waktu 2 bulan mengubah berpikir SL ke arah-arah yang positif. SL sudah mulai tumbuh kesadarannya dan sudah menyesal karena sudah memakai narkoba. SL mulai menikmati proses rehabilitasinya, mulai bergaul dengan teman-teman sekamarnya. SL mulai menerima dan senang dirinya berada direhabilitasi tersebut. SL mendapat banyak pelajaran berharga selama ia di rehabilitasi, ia berusaha untuk sembuh dan mengobati dirinya dari ketergantungan narkoba. SL mengaku kalau ia kurang suka melapor segala keluhannya kepada konselor, kalau untuk urusan konseling SL malas. Karena merasa sudah bisa mengatasi masalah sendiri, dan merasa tidak punya masalah di rehabilitasi tersebut. SL juga menjelaskan bahwa: “Saya sering di ajak sharring oleh konselor untuk membagikan segala keluhan perubahan semenjak berada di Sibolangit Centre ini, tetapi saa mengatakan kalau saya baik-baik saja dan masih bisa mengendalikan pikiran saya sendiri”. SL berharap masa rehabilitasinya tidak akan terasa lama, SL mengaku ingin cepat pulih dan kembali melanjutkan kuliahnya. SL berharap untuk kedepannya kehidupannya akan lebih baik dan ia mampu menahan diri untuk tidak terjerumus kembali ke dalam narkoba Universitas Sumatera Utara

5.2.7 INFORMAN UTAMA V

Nama : FY TempatTanggal Lahir : Jakarta, 19 Mei 1986 Usia : 28 tahun Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : Perbaungan Agama : Budha FY merupakan anak ke 4 dari 4 bersaudara, FY memiliki satu orang kembaran dan berasal dari keturunan cina. FY sempat berkuliah tapi tidak selesai, bagi FY ikut menjalankan usaha dari orangtua mereka lebih menguntungkan daripada harus berkuliah. Tingkah laku FY juga tidak nakal, dia berasal dari keluarga baik-baik dan jauh dari narkoba. Keluarganya harmonis dan didalam keluarga semua saling terbuka satu dengan yang lain. FY begitu dekat dengan keluarganya, terlebih dengan kembarannya. Tidak ada hal yang ditutupi oleh FY kepada kembarannya. Banyak hal mereka lakukan bersama, sehingga kalau salah satu dari mereka berbohong pasti langsung ketahuan. Keluarga FY juga tidak suka mengekang anak-anaknya, memberi kepercayaan penuh dan memberikan kebebasan untuk melakukan apapun yang anaknya mau asalkan dalam hal yang positif. Sebelum memakai narkoba, FY sudah kenal dengan narkoba tetapi tidak mau pakai sma sekali karena tidak suka dengan narkoba. Kehidupan FY baik waktu itu, pergaulannya juga baik dan menurut sekali dengan orangtuanya. Teman-teman FY juga semua dari kalangan baik-baik, teman-temannya itu sudah banyak yang menikah, sibuk Universitas Sumatera Utara kerja dan ada juga yang sudah merantau. Sempat FY bergaul dengan orang-orang yang sudah seumuran dengan bapaknya dan mereka memang rata-rata pemakai narkoba. Tetapi sudah bertahun-tahun kenal sama sekali tidak mempengaruhi FY untuk ikut mau mencoba narkoba tersebut. Asal mula FY mengenal narkoba dan menggunakan shabu, bermula dari hubungan berpacarannya yang bermasalah. Berikut penuturan FY: “Orangtua saya tidak setuju dengan pacar saya yang berbeda agama dan berbeda latarbelakang dengan keluarga kami. Mungkin karena pacar ku orang tidak mampu yang menajdi pemicu ibu saya tidak setuju, sementara saya sangat mencintai dan sulit untuk berpisah darinya. kami berpacaran selama 4 tahun, dan selalu putus nyambung”. FY dengan kekasihnya sempat putus komunikasi selama setahun, kekasihnya menikah dengan laki-laki yang dijodohkan oleh orangtuanya. Empat bulan menikah akhirnya berpisah karena kekasih FY itu sering dipukuli suaminya. Kehidupan rumah tangga kekasih FY jauh dari kebahagian. Karena sering dipukuli suaminya kekasih FY dulu kembali menghubungi FY, menceritakan semua permasalahan rumah tangga yang dihadapinya. Tidak lama berumah tangga akhirnya mereka bercerai, FY kembali melanjutkan hubungan berpacaran dengan mantan kekasihnya dulu. Saat itu FY masih dalam pergaulan baik, kehidupannya masih normal dan masih tetap tulus menerima mantan kekasihnya itu walau sudah menjadi janda. Karena kekasihnya itu sudah janda, pacaran mereka semakin tertutup dari keluarga FY. FY sangat yakin kalau keluarganya semakin tidak setuju dengan kekasihnya itu, FY juga sudah tidak mau lagi datang berkunjung kerumah kekasihnya Universitas Sumatera Utara karena faktor gengsi kekasihnya itu sudah janda. Tetapi keinginan untuk meninggalkan kekasihnya itu sangat sulit bagi FY, rasa sayang dan rasa kasihan membuat FY tetap mempertahankan hubungan dengan kekasihnya itu. Kekasih FY selalu menuntut FY untuk segera menikahinya, sementara FY merasa terbeban belum sdiap untuk menikah karena belum punya uang yang cukup untuk membina rumah tangga. Belum lagi faktor beda agama dan status janda dari kekasihnya. Keluarga kekasih FY setuju kalau FY pindah ke agama islam, sementara keluarga FY sama sekali tidak setuju kalau kekasihnya itu dinikahi oleh FY. Karena kekasih FY merasa tidak jelas dengan hubungannya dan merasa digantung terus, kekasih FY ingin menikah kembali dengan laki-laki yang dijodohkan oleh orangtuanya. FY tidak menyetujui kalau kekasihnya itu menikah dengan laki-laki itu. FY kenal dengan laki-laki itu dan kebdiasaan buruk laki-laki itu adalah main judi dan main perempuan. FY mengatakan kalau kekasihnya itu mau menikah lagi silahkan, karena FY juga sudah mulai bosan pacaran sembunyi-sembunyi sementara umur FY sudah semakin tua. Bagi FY kalau memang jodoh pasti akan bertemu kembali, hanya saja FY tidak suka kalau kekasihnya itu terus melanjutkan hubungan dengan laki-laki berandalan itu. Kekasih FY adalah perempuan keras kepala, sampai akhirnya motor kekasihnya itu digadaikan oleh laki-laki yang mau dijodohkan oelh ibunya itu. Ketika dirudung masalah, kekasihnya itu meminta FY untuk menyelesaikan persoalan. Kekasih FY mengajak FY untuk kawin lari waktu itu,. keinginan kekasih FY itu ditolak FY, karena masih sayang dengan orangtuanya dan tidak mau membuat keluarga malu akan ulahnya. Karena penolakan itu membuat mereka sempat berpisah selama tiga bulan. Karena merasa seperti dipermainkan oleh kekasihnya, FY merasa sangat sedih dan tertekan. FY merasa dirinya sudah sangat baik dan perduli dengannya. tetapi Universitas Sumatera Utara kekasihnya itu datang kepadanya bila perlu dan ada masalah saja. FY sangat kecewa, untuk menenangkan pikirannya FY beralih ke narkoba. Berikut penuturan FY: “Saya pergi menemui teman saya yang sudah lama memakai shabu, saya meminta mereka untuk mengajari cara memakai shabu. Setelah memakai shabu, perasaan saya waktu itu menjadi lebih tenang, saya lebih rileks dan lupa akan rasa sakit hati akibat peninggalan pacar saya. Pada saat itu saya belum terlalu candu karena masih dalam tahap pemakian wajar”. Kembaran FY tahu kalau FY telah menggunakan narkoba, dua bulan memakai shabu badan FY menjadi sangat kurus. Keluarga juga bingung kenapa setiap malam, FY selalu sibuk main komputer, main game sampai pagi. Jam malam dan jam siang FY menjadi berganti dan itu membuat FY jadi terlihat berbeda dari sebelumnya. Abang kembaran FY memaksa untuk dirinya jujur, FY mengaku kalau selama dua bulan sudah pakai shabu dan menceritakan permasalahan yang dihadapinya. Kembaran FY sangat sedih karena tidak menyangka kalau adiknya terjerumus ke narkoba. Orangtua FY juga ikut mengetahui kalau FY memakai shabu. Dia berjanji untuk mengusahakan dirinya lepas dari narkoba. Karena FY sudah jenuh efek dari narkoba yang dia pakai membuat dia sulit tidur. Dan itu membut FY ingin segera berhenti pakai narkoba. FY juga sempat menyarankan dirinya untuk dikurung didalam kamar, agar tidak dapat lagi memakai narkoba. Orangtua FY mengatakan usaha dari diri sendiri saja dulu, nanti kalau memang sulit dihentikan FY sebaiknya direhabilitasi. FY mengatakan sebelum dia direhabilitasi tanyakan terlebih dahulu program-program rehabilitasi tersebut. Kalau terlalu lama dia tidak mau direhabilitasi. Kalau hanya enam bulan FY berseddia direhabilitas, FY Universitas Sumatera Utara meyakinkan dirinya akan sembuh walau hanya menjalaani rehabilitasi selama enam bulan karena baginya dia bukan pecandu yang berat. Tanpa sepengetahuan keluarganya, diam-ddiam FY kembali memakai narkoba. Saat itu dia sudah kembali lagi dengan kekasihnya yang dulu. FY jujur dengan kekasihnya, kalau sekarang ddia sudah memakai narkoba, semenjak perpisahan waktu itu. Kekasih FY kecewa dan memeksa untuk FY untuk berhenti mengkonsumsi narkoba. Tetapi gaya pacaran mereka sudah salah, FY sering masuk diskotik dengan kekasihnya itu. Kekasihnya itu juga sudah mau ddiajak makan pil inex setiap kali mereka masuk diskotik. FY pergi dari rumah dengan membawa mobil tetapi tidak membawa STNK, padahal waktu itu abangnya menyuruh ddia membawa STNK karena lagi musim razdia gabungan. FY malah menolak, dan tidak menghiraukan perkataan abangnya lalu pergi begitu saja tanpa membawa STNK mobil yang dia pakai. FY pergi dengan kekasihnya itu untuk clubbing dan di dalam mobilnya terdapat shabu yang sudah sdiap pakai. Shabu itu dimasukkan ke dalam fiber permen mentos dan sedikit air. Pukul 9 malam, mobil mereka melintas di jalan pakam polisi menghambat mobil mereka dan meminta STNK, karena tidak membawa STNK polisi menyuruh mereka keluar dari dalam mobil. Ternyata sewaktu mobil digledah terdapat shabu di dalam, akhirnya mereka di bawa ke kantor polisi. FY di tahan di polsek pakam selama 21 hari, sedangkan kekasihnya ditahan selama 3 hari karena sewaktu test urine kekasihnya positif terkontaminasi obat pengaruh dari pil inex. Untuk mengurus biaya pembebasan FY, mobil dan kekasihnya keluarga FY mengeluarkan uang sebanyak 70 juta. Dan semua biaya itu di urus oleh keluarga FY, dan sama sekali tidak ada memberatkan keluarga kekasihnya. Universitas Sumatera Utara Proses damai di kantor polisi di selesaikan oleh bapak dan abang FY, dengan syarat FY direhabilitasi. Keluarga membawa FY ke Panti Rehabilitasi Sosial Al- Kamal Sibolangit Centre untuk menjalani rehabilitasi. Tidak ada unsur paksaan saat ingin memasukkan FY ke rehabilitasi, FY ikhlas dan ingin lepas dari narkoba. FY merasa kehidupannya berantakan semenjak memakai narkoba, karena ulahnya sampai harus masuk ke penjara dan harus membuat keluarganya susah dan mengeluarkan banyak berkorban untuknya. Awal menjalani rehabilitasi, FY masuk ruang isolasi selama 8 hari, dia merasa seperti di penjara dan kesepdian. Setelah melewati proses isolasi, FY sanggup putus zat dan bergabung dengan residen lainnya tidue di barak bersama teman yang sudah mulai sembuh dari ketergantungan narkoba. Tahap demi tahap di jalani FY, pahit manisnya mengikuti program-program tersebut sudah ddialaminya. Setelah menjalani metode therapeutic community, mental FY sudah tumbuh dan berpikir ke hal yang positif. FY semkain sadar akan segala kesalahannya dan bertekad dalam diri tidak akan mengkonsumsi narkoba lagi setelah keluar dari rehabilitasi nantinya. FY mengaku sempat jenuh menjalani rehabilitasi, programnya membuat dia bosan baginya setahun direhabilitasi terlalu lama, untuk ukuran pemakai seperti ddia yang baru 5 bulan. Tetapi dia menjadi terbdiasa dan mulai menyenangi kegiatan- kegiatan yang ada. Banyak sekali kenangan yang tak terlupakan bersama teman- temannya yang senasib juga dengan dirinya yang berusaha untuk mengobati diri mereka dari ketergantungan narkoba. Segala bentuk usaha mereka lakukan, di berikan oleh pegawaistaff serta bimbingan konselor agar mereka bertekad untuk sembuh. Kedepannya FY ingin melanjutkan usaha dari orangtuanya setelah selesai di rehabilitasi. FY berharap keluarganya masih terus sayang kepadanya walau sempat Universitas Sumatera Utara membuat kedua orangtuanya kecewa. FY ingin meminta maaf dan mengakaui segala kesalahannya kepada orangtuanya. FY ingin merubah pola pikirnya yang dulu sempit, dan menerapkan apa yang didapatnya selama berada di panti rehabilitasi. FY berharap bisa segera bertemu dengan jodoh yang tepat untuk dirinya dan segera menikah. Universitas Sumatera Utara 5.3 Analisis Data 5.3.1 Peranan Konselor Dalam Pemulihan Penyalahgunaan Narkoba Permasalahan penyalahgunaan narkoba merupakan permasalahan serius, permasalahan ini tidak hanya menjadi masalah nasional dan beberapa negara saja. Akan tetapi permasalahan penyalahgunaan narkoba sudah menjadi permasalahan dunia. Banyak kasus yang menunjukkan akibat permasalahan tersebut telah banyak menyebabkan kerugian, baik materi maupun non materi. Kejadian tersebut bisa saja seperti kasus perceraian, perampokan, pembunuhan atau kesulitan lainnya dan sampai pada kematian. Para korban penyalahguna narkoba merupakan pihak yang sangat membutuhkan pertolongan, tidak hanya pertolongan dari bidang medis, melainkan juga dukungan moral dari semua pihak. Para pecandu merupakan korban narkoba terlanjur mendapatkan stigma negatif dari masyarakat. Rehabilitasi memang dianggap efektif sebagai salah satu cara untuk mengobati para pecandu narkoba agar lepas dari ketergantungannya, namun bukan berarti keluarga maupun orang-orang terdekat korban melepaskannya begitu saja ke tempat rehabilitasi. Mereka tetap harus terus mengamati perkembangannya serta memberikan dukungan kepada korban, demikian pula halnya ketika pecandu sudah mulai tahap rehabilitasi. Pada tahap pasca rehabilitasi, dukungan keluarga dan orang-orang terdekat sangat penting sekali agar korban merasa diterima dan tidak tergoda untuk menyalahgunakan narkoba kembali relaps. Tentunya proses pemulihan penyalahgunaan narkoba di rehabilitasi diperlukan konselor yang handal dan profesional dalam penanganan berbagai masalah yang Universitas Sumatera Utara dihadapi korban serta solusi terbaik untuk member motivasi kepada para pecandu narkoba. Bapak Sanjaya mengungkapkan bahwa: “Sumber masalah kecanduan adalah diri sendiri antara lain seperti terobsesi dengan diri sendiri, kurangnya rasa jati diri, hidup tanpa makna dan tujuan, selalu mencari persetujuan orang lain, tidak mampu mengendalikan kemarahan, perasaan sedih dan tertekan, dan menghindari berkonntak dengan perasaan. Hal–hal seperti inilah yang mendorong seseorang untuk mencari kesenangan dengan mengkonsumsi narkoba.Untuk itu diperlukan sekali kepedulian keluarga terhadap anaknya yang sedang memasuki masa remaja. Karena pada saat-saat seperti ini seseorang masih memiliki sifat yang labir, dan masih mencari jati diri tanpa memperdulikan baik-buruknya sesuati itu dilakukan. Namun bukan berarti keluarga harus disalahkan dalam masalah ini, ketika salah satu keluarga terjerumus ke dalam narkoba. Jika begitu, kita menjadi sama seperti pecandu narkoba yang suka menyalahkan oranglain demi pembelaan terhadap dirinya. Dalam hal ini kita perlu meningkatkan daya tangkal terhadap kecanduan dengan mengembangkan rasa memiliki dan keakraban, mengembangkan potensi pribadi, menerima dan menghargai diri sendiri serta orang lain dan terampil menolak tawaran narkoba”. Dalam memerangi dampak yang ditimbulkan dari bahaya narkoba, Bapak H.M. Kamaluddin Lubis, SH mendirikan sebuah lembaga Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre dalam membantu proses pemulihan para korban narkoba. Panti rehabiltasi ini merupakan rehabilitasi swasta yang bergerak di bidang pemulihan Universitas Sumatera Utara pecandu narkoba dengan menerapkan konsep TC Therapuetic Community. TC adalah program pemulihan yang diakui secara internasional dengan ciri sebagai berikut: 1. Menggunakan tenaga konselor mantan pemakai yang pulih, terpilih, dan terlatih dengan 1-2 orang konselor professional. 2. Program dapat bersifat primer dan sukender bagi yang belum siap kembali ke rumah. Program berlangsung 3 bulan hingga 2 tahun, dengan penekanan pada proses sosialisasi. Terapi yang dilakukan bisaanya bersifat konfrontatif. 3. Beberapa Therapuetic Community mensyaratkan pecandu terpisah dari dunia sekitarnya. Therapuetic Community memiliki kehidupan seperti asrama dengan jadwal harian. Anggotanya memelihara dan mengelola fasilitas tersebut. Dapat diberikan pendidikan dan pelatihan vokasional dan beberapa Therapuetic Community mempunyai kegiatan rekreasi di luar. Dalam pemulihan pecandu narkoba, konselor melakukan beberapa upaya pendekatan sebagai berikut: 1. Memberikan pemahaman dasar tentang narkoba dan penyalahgunaannya. 2. Memberikan pemahaman tentang mengapa remaja menyalahgunakan narkoba, hubungan timbal-balik penyalahgunaan narkoba, dan tentang kepribadian remaja, termasuk peran orangtua, kelompok sebaya, dan masyarakat. 3. Memberikan cara mengenal kasus penyalahgunaan narkoba secara dini melalui asesmen di masyarakat, cara menolong penyalahguna dan keluarganya, serta teknik konseling dan intervensi yang dapat diterapkan di masyarakat, sehingga mendukung keberhasilan pemulihan pecandu. Universitas Sumatera Utara 4. Memberi pemahaman mengenai pemulihan secara terapi dan rehabilitasi pecandu, agar mengerti cara mendukung pemulihan pecandu dan keluarganya, mencegah agar tidak kambuh, dan cara rujuk kasus, sehingga mengurangi beban di masyarakat. Hal mendasar lainnya yang tidak kalah penting dalam pemberian treatment yang dilakukan konselor adalah perlunya penyelenggaraan konseling baik individual maupun kelompok dan teknik-teknik terapi lainnya untuk membuka ruang seluas-luasnya bagi terangkatnya masalah-masalah psikologis si individu. Termasuk diantaranya adalah motivasi, kemampuan untuk menahan diri dari penggunaan narkoba, mengganti kecanduan dengan aktivitas-aktivitas nonnarkoba yang lebih konstruktif dan memuaskan, serta keterampilan diri dalam memecahkan masalah. Narkotika, sesuai defenisi yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik alamiah maupun sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, berkurangnya atau hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. “FM mengakui setelah mendapatkan kenikmatan dari narkoba tersebut, ia mulai ketagihan untuk selalu mengkonsumsi ganja. FM juga mulai lebih agresif dengan teman-temannya sesama pengguna narkoba untuk lebih intensif dalam penggunaan narkoba disekolahnya. Sejak ketergantungan FM dengan narkoba membuat ia menjadi malas untuk sekolah dan sering bolos sekolah”. INFORMAN FM “Semenjak PR ketergantungan akan shabu, demi mencapai kenikmatan itu ia tidak memperdulikan dampak terburuk apapun dari narkoba yang digunakannya. PR tidak perduli dengan biaya yang dikeluarkan untuk membeli narkoba tersebut. Segala Universitas Sumatera Utara cara dilakukan PR mulai dari mencuri uang orangtuanya, ikut taruhan, sampai main judi semua uang yang ia dapatkan dipakai untuk membeli narkoba”. INFORMAN PR “Perubahan perilaku yang ditunjukkan RH membuat keluarga semakin cur iga, terlebih kebiaasaan RH yang semakin terlihat berubah mulai dari jarang mandi, malas bergabung dengan keluarga dan suka tidur seharian”. INFORMAN RH Hal yang mirip juga berlaku pada psikotropika. Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. “Lama menggunakan narkoba. Membuat SL sulit menghentikan kebisaaannya. SL pernah ikut mencuri komputer di kampusnya bersama pemuda setempat lingkungannya. Sama sekali tidak ada rasa takut ketahuan dari perbuatan yang dilakukannya. Hasil penjualan dari curian computer itu sekitar 8 juta habis mereka pakai untuk pesta shabu bersama teman-temannya”. INFORMAN SL “Setiap ada masalah dengan kekasihnya, FY selalu pergi menemui temannya utuk memakai shabu. Shabu itu bagi FY memberikan efek ketenangan dan lupa akan segala beban masalah yang dirasakannya”. INFORMAN FY Kutipan hasil wawancara yang di uraikan penulis dapat di simpulkan bahwa sekali mencoba narkoba sama dengan membuka pintu malapetaka. Efek kesenangan yang diberikan hanya berlangsung sesaat, penggunaan narkoba yang berkepanjangan dapat dipastikan akan meningkatkan resiko negatif. Masalah-masalah yang umum Universitas Sumatera Utara dihadapi oleh pemuda pengguna narkoba adalah hubungan keluarga yang berantakan, prestasi belajar yang buruk, perilaku seksual yang tidak aman dan illegal, kecelakaan lalu lintas, perilaku kekerasaan, problem dengan lembaga otoritas, serta meningkatnya risiko terjangkit penyakit infeksi semacam HIVAIDS. Pemuda yang telah memakai narkoba dalam jumlah besar berfrekuensi tinggi bisaanya akan terus melakuka hal tersebut hingga memasuki masa dewasa. Mereka tak pelak akan menderita gangguan kesehatan dan masalah social yang lebih serius Amriel, 2008: 37-38. Penggunaan narkoba yang dilakukan residen FM sudah berkisar 11 tahun semenjak kelas 2 SMP, jenis narkoba yang dipakai adalah ganja, shabu-shabu dan pil ekstasi. Residen PR menggunakan narkoba sejak usia 14 tahun, narkoba yang dipakai adalah shabu-shabu, putaw, inex, dan ganja. Residen RH sudah hampir 4 tahun dengan narkoba shabu-shabu dan pil inex. Sementara residen SL menggunakan narkoba sekitar 5 tahun dengan memakai narkoba jenis ganja, ekstasi, dan shabu-shabu. Sedangkan rsiden FY mencoba narkoba masih sekitar 6 bulan, dengan hanya mencoba narkoba jenis shabu-shabu saja. Dari kelima informan yang diwawancarai peneliti, dilihat bahwa rata- rata pemakaian narkoba sudah lebih dari 3 tahun pemakaian bahkan ada yang samapi belasan tahun, hanya informan FY yang masih dalam tahap penggunaan bulan. Ini membuktikan bahwa residen tersebut sudah sangat ketergantungan dan apabila tidak segera dihentikan akan berakibat buruk seperti berujung kematian. Setiap orang memiliki pengalaman berbeda satu sama lain berkenaan dengan narkoba yang mereka pakai. Namun, satu hal yang mutlak kecanduan dapat mematikan. Kecanduan yang tidak tertangani pasti berujung pada kematian. Resiko maut ini dapat muncul baik secara tiba- tiba seperti yang terjadi pada kasus overdosis beberapa jenis narkoba. Universitas Sumatera Utara

5.3.1.1 Melakukan asesmen terhadap individu

Salah satu upaya untuk mengetahui kronologis asal mula klien jatuh ke dalam penyalahgunaan narkoba yaitu melalui asesmen. Asesmen adalah menilai permasalahan klien melalui rangkaian penyelidikan secara terus menerus, hati-hati, dan komprehensif. Asesmen dilakukan dengan mengumpulkan informasi tentang pemakaian narkoba, keadaan kesehatan, fungsi psikososial, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium, tetapi sebagian dapat dilakukan sendiri. Sebagian tidak, karena menjadi tugas profesi lain Joewana Martono, 2008: 46. Asesmen dalam proses penyembuhan pada pengguna narkoba ini sangat diperlukan agar semua tahap berjalan dengan baik dan terarah, informasi yang dibutuhkan serta kondisi yang diketahui dengan baik akan memudahkan diagnosa secara efektif. Tujuan asesmen merupakan salah satu penunjang dalam program wajib lapor, melalui asesmen akan diketahui tingkat keparahan yang dialami oleh klien sehingga bisa dilakukan tindakan yang tepat. Informan utama pertama FM mengatakan bahwa dirinya sudah terjerat narkoba dari kelas 2 SMP, FM mendapatkan narkoba dari teman sekelasnya. Hal ini menunjukkan bahwa FM sudah terjerat narkoba dari usia remaja. Dimana masa remaja diketahui adalah masa-masa yang labil dan dan rentan sekali masuk dalam pergaulan yang membahayakan. Informan utama kedua PR hampir sama dengan Informan utama pertama FM dari SMP sudah terlibat dalam pemakaian narkoba. Bedanya FM dulunya anak yang pendiam sehingga sewaktu bergaul dengan temanya lebih mudah di bujuk untuk memakai ganja, sedangkan PR adalah seorang anak yang keras kepala dan sulit di atur Universitas Sumatera Utara pergaulannya tanpa pilih inilah yang membawa dirinya cepat sekali terkontaminasi dengan narkoba. Informan utama ketiga sama dengan Informan utama kedua PR, RH juga mengenal narkoba dari sejak SMP dari teman sekolah yang mengajaknya untuk ikut memakai shabu dengan teman-teman yang sudah lebih dulu memakai narkoba. Narkoba yang pertama sekali dikonsumsi RH adalah shabu-shabu. Informan utama keempat SL Sama seperti dengan informan lain, SL mengenal narkoba dari pengaruh teman sepergaulannya. SL merupakan salah satu mahasiswa di tapanuli selatan, anak ke 4 dari 5 bersaudara. Pergaulan SL tergolong anak yang bandal, suka masuk tempat hiburan malam dan jarang pulang ke rumah. Narkoba pertama sekali dipakai SL adalah ganja, semenjak kuliah SL beralih ke pemakaian shabu. Keluarga SL merupakan keluarga yang bebas, orangtuanya teralalu sibuk mencari uang, pemberian bimbingan di rumah sangat jarang sekali di dapatkan SL dan saudaranya yang lain, menurut penuturan SL adiknya juga seorang pecandu narkoba yang diketahuinya sendiri saat melihat adiknya memakai shabu, bedanya adiknya tidak mengetahui kalau SL juga seorang pecandu narkoba. Informan utama kelima FY mengalami trauma pada dirinya karena sempat ditahan polisi saat terjaring razia sewaktu melintasi jalan di daerah pakam Sumatera Utara dan menemukan shabu di dalam mobilnya, FY terjaring razia dengan keksihnya yang sama-sama pemakai narkoba. FY baru sekitar 6 bulan memakai shabu, shabu itu dipakai untuk melupakan masalah akibat putus cinta dengan kekasihnya yang sudah berpacaran selama 4 tahun. Hasil asesmen dari kelima informan ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ketertarikan menggunakan narkoba itu lebih banyak terjadi saat usia remaja, karena di Universitas Sumatera Utara usia remaja rasa ingin tahu berlebih itu sering memicu terjadinya penyimpangan remaja kehal yang negatif. Terutama bagi anak yang sedang dalam masa perkembangan seperti yang dialami oleh informan pertama, kedua, ketiga dan kempat dimana mulai mengkonsumsi narkoba sejak SMP dan SMA. Pergaulan yang tidak benar dapat mempengaruhi perilaku anak karena mereka ingin dikatakan layak masuk dalam pergaulan teman sebayanya. Hal ini menyebabkan anak dapat dengan mudahnya terjerumus kedalam penyalahgunaan narkoba karena tidak mampu menolak ajakan teman yang menawarkan narkoba kepadanya secara gratis. Perubahan fisik dan emosi pada masa remaja anak juga mengakibatkan perubahan dan perkembangannya, menyebutkan dua bentuk perkembangan yaitu, memisahkan diri dari orangtua dan menuju kearah teman sebaya. Remaja berusaha melepaskan diri dari otoritas orangtua dengan maksud menemukan jati diri. Remaja lebih banyak berada di luar rumah dan berkumpul bersama teman sebayanya dengan membentuk kelompok dan mengekspresikan segala potensi yang dimiliki. Kondisi ini membuat remaja sengat rentan terhadap pengaruh teman dalam hal minat, sikap penampilan dan perilaku. Awalnya memang narkoba diberikan secara cuma-Cuma oleh pengedar kepada calon pemakai, namun setelah pemakai tidak bisa lepas dari penagruh narkoba ia akan melakukan apapun demi mendapatkan narkoba tersebut. Tingkat awal, dosis pemakaian masih rendah dengan biaya pembelian narkoba juga masih bisa ditoleransi dari uang jajannya. Tahap kecanduan masa pemakaian dosis sampai harus memakai setiap hari sampai minimum 4 empat kali sehari, tentunya dia mulai mencari jalan bagaimana mendapatkan uang dengan menipu, atau mencuri BNN RI, 2008: 22. Universitas Sumatera Utara Informan FM membeli narkoba dari uang jajannya, ditambah dengan sering berbohong kepada ibunya berdalih uang yang diminta untuk keperluan sekolah. Hal-hal seperti itu dilakukannya sampai ia tamamt SMA. Informan PR membeli narkoba dari kebiasaannya bermain judi serta taruhan dengan teman-temanya hasil judi tersebut dipakai untuk membeli narkoba, terkadang ia ikut membantu di bengkel temannya untuk mendapat tambahan membeli narkoba. Karena kebutuhan akan narkoba terus bertambah PR mulai sering mencuri barang- barang yang ada di rumahnya. Informan RH membeli narkoba dari uang saku yang diberikan ibunya, ditambah lagi dengan kebiasaannya yang suka merampok bersama geng motor. Informan SL membeli narkoba dengan mencuri barang-barang di rumah dan dimana saja apabila SL merasa tindakan criminal yang dilakukannya itu aman bagi dirinya. Hasil penjaualn barang-barang curian itu dipakainya utuk menambah uang pembelian narkoba. Informasi yang disampaikan informan merupakan data yang membuktikan bahwa apabila seseorang sudah jatuh kedalam narkoba, hal apapun akan dilakukan hanya untuk mendapatkan dan merasakan kembali barang itu demi untuk memenuhi kebutuhannya akan narkoba. Kelima informan yang peneliti wawancarai berasal dari keluarga yang berkecukupan dan rata-rata memiliki uang jajan yang besar, sehingga mudah bagi informan untuk kembali mendapatkan anrkoba yang ia batuhkan. Efek penenang yang dirasakan informan membuat mereka sulit lepas dari jerat narkoba sehingga ketika tubuh mereka butuh mereka akan melakukan segala cara agar mereka dapat merasakan efek penenang dari narkoba itu kembali. Universitas Sumatera Utara Banyak individu yang terjerumus untuk mengkonsumsi narkoba karena adanya efek penenang mood-altering yang dirasakan oleh pengguna, dan ini secara semu membantu para idividu tersebut menghadapi dinamika kehidupan mereka sehari-hari. Meski terkesan positif bagi pengguna narkoba, sangat peting untuk digarisbawahi bahwa efek penenang semacam itu hanya dirasakan untuk jangka waktu yang singkat. Untuk jangka waktu yang panjang, seiring dengan problem emosional yang tak kunjung teratasi, pengaruh-pengaruh negatif narkoba terhadap penggunanya justru jauh lebih dahsyat. Permasalahn yang lazim muncul adalah para pengguna terlanjur terlena oleh manfaat-manfaat jangka pendek narkoba. Akibatnya, mereka terus-menerus mengkonsumsi narkoba seraya berspekulasi bahwa mereka cukup kuat dan beruntung untuk menghindari efek kontraproduktif narkoba.

5.3.1.2 Memberikan pelayanan konseling dan intervensi dini

Konseling adalah suatu layanan profesional yang dilakukan oleh konselor terlatih terhadap klien. Layanan konseling ini dilakukan secara tatap muka dan direncanakan untuk membantu klien dalam memahami dirinya, membuat keputusan, dan memecahkan masalah. Karena itu, keberhasilan konseling sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan konseling konselor dan klien. Melakukan konseling harus dilakukan wawancara terhadap klien, berkaitan dengan latar belakang masalah, kejadian kasus yang dihadapi, sampai harapan-harapan klien kedepannya. Konselingpemberian bimbingan psikologis adalah tindakan yang dilakukan sebagai upaya penguatan psikologis korban. Sebagai individu yang sudah lama terjerat narkoba, perlu antara konselor dan klien menjalin interaksi yang lebih intim ini bertujuan untuk membangun relasi agar Universitas Sumatera Utara pecandu narkoba dapat lebih mudah lepas dari tuntutan keinginan untuk terus mengkonsumsi narkoba. Konseling tidak bertujuan untuk mengarahkan atau menyarankan sesuatu kepada klien, tidak memberikan nasihat, bukan arena mgobrol, bukan interogasi, bukan pengakuan, dan bukan pula doa dan harapan. Prinsip konseling adalah pendekatan yang hangat, terbuka, tidak menghakimi, serta penuh perhatian. Proses konseling harus dibangun kesederajatan antara pembimbing dengan klien. Si pembimbing harus aktif mendengarkan http:www.kemsos.go.id, Perlu adanya bimbingan dari tenaga profesional terlatih dengan maksud tujuan mempengaruhi perilaku klien secara sukarela. Individu yang sudah terjerat narkoba perlu mendapat penguatan psikologis agar mau lepas dari narkoba. di akses pada tanggal 5 juni 2014, pada pukul 10.15 WIB. Informan utama pertama FM mengatakan bahwa dirinya diminta untuk menjalani program rehabilitasi oleh konselor Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre sewaktu orangtuanya berkonsultasi langsung ke kantor yang ada di medan tempat informasi langsung mengenai Sibolangit Centre, hal itu dilakukan agar FM bisa berhenti dari ketergantungan narkoba. FM menjelaskan dari konseling tersebut, banyak manfaat yang didapatkannya, penguatan mental, rasa percaya diri dan melupakan trauma mendalam dari ingatan di masa lalu. FM mengatakan bahwa dirinya begitu sangat senang mendapatkan bimbingan psikologis dan mendapat penguatan spiritual dari konseling tersebut. Informan utama kedua PR mengaku banyak mendapat pengaruh positif dalam dirinya selama melakukan konseling dengan konselor, suasana konseling dibuat senyaman mungkin seperti tempat terbuka yang ada di sekitar rehabilitasi. PR Universitas Sumatera Utara mengharapkan manfaat dari konseling tersebut, bisa menjadikan hidupnya lebih percaya diri lagi dan bebas dari narkoba bukan hanya semasa di rehabilitasi saja tetapi juga saat nantinya menjalani kehidupan kembali di lingkungannya. Informan utama ketiga RH mengaku jarang ada keluhan yang memaksa dirinya untuk melakukan bimbingan psikologis dengan konselor, RH hanya melakukan konseling sesuai dengan peraturan program yang dibuat di Sibolangit Centre. RH mengaku lebih tertarik untuk melakukan konseling kelompok bersama teman-temannya di panti, RH membenarkan kalaudirinya lebih merasa terbantu untuk pulih belajar dari pengalaman-pengalaman pahit dimasa lalu bersama teman-temannya yang berasal dari latarbelakang yang sama. Informan utama keempat SL mengaku jarang sekali melakukan bimbingan konseling dengan konselor, dirinya memang agak sulit untuk terbuka, ia lebih suka menyimpan masalah pribadinya daripada harus bercerita kepada oranglain. Selama ia direhabilitasi pun tidak terlalu punya teman dekat, hanya saja SL masih suka sulit mengontrol emosinya. SL gampang emosi kalau ada diantara petugas piket yang sudah di atur jadwalnya oleh staf panti untuk membersihkan kamar tetapi malah tidak mau mengerjakan, karena hal-hal kecil seperti itulah membuat SL sering selisih dengan binaan yang lain. SL mengharapakan konseling kelompok yang diberikan konselor kepadanya memberikan jalan keluar baginya untuk tidak memakai narkoba kembali, diakui SL kalau dirinya masih suka mengingat suasana masa-masa ia masih memakai narkoba. Informan utama kelima FY mengharapkan dirinya banyak perubahan dari konseling yang diberikan konselor kepadanya, FY ingin hidupnya kembali normal Universitas Sumatera Utara seperti sebelum memakai narkoba, dan lebih percaya diri lagi. FY mengarapkan setelah rehabilitasi ini selesai dirinya diterima kembali di lingkungan sekitarnya. Dengan demikian dilihat dari penuturan kelima informan dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan konseling yang di damping oleh konselor merupakan wadah terbaik tempat untuk melakukan pembenahan diri bagi para informan. Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre memberikan pelayanan konsling baik itu melalui konseling individu maupun konseling kelompok. Konseling individu merupakan konseling yang dilakukan terhadap individu, sebagai suatu hubungan yang bersifat bantuan antara konselor dank lien. Bantuan tersebut tidak bersifat material, tetapi dukungan psikologis dan social yang bermakna bagi kehidupannya. Dengan konseling, klien diharapkan dapat: 1. Terampil mencegah dan menghadapi masalah 2. Belajar bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain 3. Menerimamenyesuaikan diri terhadap persoalan yang tidak dapat diubah, baik terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain dalam kehidupannya. Konseling dalam proses pemulihan pecandu juga meliputi: 1. Mempelajari fakta tentang penyalahgunaan narkoba, adiksi, dan pemulihan 2. Mengenal dampak buruk penyalahgunaan narkoba 3. Mengakui adiksikecanduan pada dirinya 4. Menyadari perlunya hidup bebas tanpa narkoba Setiap individu adalah unik. Karena itu, konselor perlu menyesuaikan program yang tepat bagi setiap kebutuhan individu. Konseling berarti membimbing klien untuk Universitas Sumatera Utara berubah selangkah demi selangkah melalui pembelajaran. Konseling mengajarkan klien banyak hal, membantunya menyelesaikan masalah, antara lain: 1. Menetapkan prioritas 2. Berpikir saksama dan menolak dorongan sesaat 3. Melihat situasi secara lebih realistic 4. Membagikan perasaan yang paling dalam 5. Menghargai cara pandang orang lain 6. Menerima pertolongan dan bimbingan orang lain Konseling kelompok merupakan kegiatan layanan konseling tehadap dua orang atau lebih, melalui pendektan kelompok. Pendekatan ini umumnya lebih efektif dan efisien, karena lebih aktif, dalam arti pembimbing membuat perencanaan yang sistematik. Suasana bimbingan bersifat dialog, terbuka, dan memberi kesempatan untuk saling belajar dan saling member saran pemikiran. Kelompok terdiri atas anggota dengan masalah yang lebih kurang sama. Cara yang paling baik dalam proses pembelajaran social bagi pemulihan pecandu adalah kelompok kecil sesama pecandu yang sedang pulih. Karena merasa senasib, rasa malu dan kebanggaan berkurang, muncul rasa persaudaraan dan ikatan bersama sehingga dukungan dan bimbingan lebih mudah diterima, dan selanjutnya proses pembelajaran menjadi nyata melalui pengaruh positif. Secara bertahap mereka akan menganggap kelompok sebagai otoritas tempat mereka berindentifikasi. Mereka menghormati kelompok, tidak saja dengan menyetujui norma-norma kelompok, tetapi juga menerima norma-norma itu bagi dirinya. Dengan demikian, kelompok berfungsi sebagai komunitas kecil yang memberi kesempatan pada anggotanya untuk berkembang dan berlatih disiplin diri serta tanggung jawab social. Universitas Sumatera Utara Syaratnya, kelompok harus bebasdari unsur paksaan, sebab paksaan menghambat pembelajaran dan pertumbuhan. Setiap residen yang melakukan konseling akan didampingi oleh konselor untuk memberikan alternatif terbaik dalam pemecahan masalah yang dihadapi residen. Suasana tersebut dipakai konselor untuk menjalankan fungsi otak para informan dengan memberikan masukan yang terbaik untuk membuat keputusan pada diri mereka. Seorang konselor harus memahami secara mendalam pertumbuhan dan perkembangan manusia. Ia harus memahami dan mencermati kebutuhan kliennya. Akan tetapi, ia harus menyadari pula tugas-tugas konselor. Karena itu, tujuan konseling akan berbeda untuk setiap klien. Secara umum, tujuan konseling adalah membantu pertumbuhan dan perkembangan individu, serta membantunya agar dapat berperan aktif di lingkungan sosialnya. Adapun tujuan dari konseling tersebut adalah: 1. Memfasilitasi perubahan perilaku 2. Meningkatkan keterampilan menghadapi masalah 3. Meningkatkan kemampuan mengambil keputusan 4. Meningkatkan hubungan antar peroranagan Konseling diperlukan untuk mengevaluasi setiap klien dengan sifat-sifat yang unik, dengan kekuatan dan kelemahannya. Seorang konselor yang baik akan mengembangkan cara pendekatan yang luwes untuk mengakomodasi berbagai macam sifat dan persoalan klien. Konseling tidak akan berfungsi optimal tanpa di ikuti dengan adanya intervensi. Hal ini sejalan untuk menuju pemulihan, terapi dan rehabilitasi agar proses pemulihan korban penyalahgunaan narkoba dapat berjalan dengan baik dengan adanya dukungan Universitas Sumatera Utara dari semua pihak, termasuk yang berperan penting didalamnya adalah dukungan psikologis yang diberikan konselor. Intervensi sangat diperlukan bagi individu yang ingin berhenti menggunakan narkoba. Intervensi adalah konfrontasi secara sistematik yang dilakukan terhadap pecandu dan segala akibat pemakaiannya, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Sebelum melakukan intervensi seorang konselor perlu membangun jaringan kerja sama dengan sumber lain yang mengetahui tentang seluk beluk dari pecandu narkoba. Sumber-sumber lain itu misalnya, tempat individu dapat beroleh pertolongan, seperti keluarga, sekolah dan hukum. Tujuan intervensi secara langsung dapat menetapkan: 1. Bahwa ada masalah berlainan dengan mengingkari masalah. 2. Bahwa perubahan itu perlu, sesuatu harus dikerjakan berbeda dengan tidak perlu melakukan apa-apa. 3. Bahwa pertolongan ada apa saja alternatifnya Intervensi ini dipimpin oleh konselor yang ada di rehabilitasi yang sedang dijalani klien, intervensi ini berlangsung secara bertahap. Intervensi korban, perlu dilakukan oleh tenaga professional yang bisa mengerti sejauh mana pertolongan serta alternatif terbaik yang perlu diberikan kepada korban, termasuk juga keluarga korban. Intervensi ini dilakukan oleh konselor terlebih dahulu lewat perwakilan orangtua ataupun keluarga yang datang melapor ke rehabilitasi dan meminta pertolongan pemulihan. Intervensi yang mendalam terjadi apabila korban memberi respon penolakan untuk diberikan pengobatan bagi dirinya. Informan pertama FM mengatakan bahwa dirinya di intervensi sewaktu sebelum di rehabilitasi oleh Bapak Sanjaya, Konselor di Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Universitas Sumatera Utara Centre, tujuan intervensi agar FM lebih mudah melepas narkoba dengan memberikan keterangan dampak terburuk akibat narkoba apabila FM tidak serius untuk menjalani rehabilitasi. Informan kedua PR mengatakan sebelum di rehabilitasi kunjungan pertama dengan orangtua ke Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre itu adalah melakukan intervensi yang dilakukan bapak Sanjaya selaku konselor terhadap dirinya dan keluarganya. Selesai wawancara dengan bapak Sanjaya, maka dibuat surat perjanjian dengan langkah terapirehabilitasi untuk proses penyembuhan yang harus dilalui PR. Sejak itu PR langsung diproses untuk upaya pemulihan, melihat hasil dari fakta-fakta yang dikumpulkan konselor memutuskan rencana terapi yang akan dilakukan. Terapi rehabiliasi inilah tujuan dari intervensi dengan mengutarakan sebab akibat apabila keinginan untuk pulih tidak segera dijalankan oleh korban maka akan ada masalah-masalah yang baru muncul dalam kehidupannya. Informan ketiga pertama sekali sebelum akan rehabilitasi, RH dan orangtuanya melakukan intervensi dengan berbagai fakta dan resiko yang akan terjadi, dari hasil wawancara konselor dengan RH dan orangtuanya, awalnya ibu RH menolak RH untuk direhabilitasi, karena alasan RH tidak sampai hati melihat anaknya jauh dari keluarga, Informan keempat pertama sekali sebelum melakukan terapi rehabilitasi di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre, SL mengikuti beberapa prinsip dasar pemberian treatment, Bapak Sanjaya mendampingi dan membuat surat perjanjian dengan pihak keluarga bahwa SL siap untuk direhabilitasi. Intervensi berkaitan dengan pemeriksaan assessment hal ini bertujuan untuk memastikan ada atau tidaknya penyakit-penyakit semacam HIVAIDS, hepatitis B dan C, tuberculosis, dan penyakit- penyakit infeksi lain di dalam tubuhnya. Universitas Sumatera Utara Informan kelima tidak banyak penyangkalan yang diberikan FY ketika konselor Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre memutuskan recana terapi yang dilakukan untuk dirinya. Fakta yang terjadi FY harus masuk penjara saat terjaring razia, dan terbukti dengan test urine akan dirinya terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Informasi yang didapatkan peneliti ini merupakan hasil data yang dikumpulkan konselor sebelum memutuskan untuk rencana menjalani terapi rehabilitasi. Dengan begitu para informan akan merasa lebih termotivasi untuk sembuh melihat dampak terburuk yang terjadi pada masing-masing individu selama mereka masih terkontaminasi dengan narkoba.

5.3.1.3 Melakukan Pemulihan, Terapi dan Rehabilitasi

Pemulihan merupakan suatu proses yang dinamis dan progresif, sebagai perjalanan panjang dan menyakitkan, dari ketergantungan seseorag terhadap narkoba kea rah gaya hidup sehat tanpa narkoba Pemulihan dimulai dengan berhenti menggunakan narkoba abstinensia. Akan tetapi, tidak cukup hanya berhenti memakai. Gaya hidup juga harus berubah. Perubahan- perubahan yang terjadi mempengaruhi keadaan tubuh, jiwa dan rohaninya, serta mengubah gaya hidupnya dengan sehat dan memuaskan. Pada pemulihan dimulailah proses dipertahankannya keadaan bebas dari narkoba, terjadinya perubahan-perubahan pribadi , hubungan dengan sesamanya. Banyak hal yang harus dipulihkan, yaitu keadaan jasmani, psikologis atau kejiwaan, hubungan social, keadaan rohani, pekerjaan, pendidikan, dan bahkan masalah keuangan dan hokum Terapi dan rehabilitasi merupakan suatu rangkaian proses pelayanan yang diberikan kepada pecandu, untuk melepaskannya dari ketergantungannya pada narkoba, Universitas Sumatera Utara sampai ia dapat menikmati kehidupan bebas tanpa narkoba. Detoksifikasi merupakan tahap pertama terapi dan rehabilitasi, yaitu melepaskan seseorang dari pengaruh langsung narkoba yang disalahgunakannya. Detoksifikasi diikuti tahap kedua dari proses melepaskan seseorang dari ketergantungan narkoba, yaitu upaya rehabilitasi Joewana, 2008: 92-93. Informan utama pertama mengatakan sebelum dirinya kembali di lepas ke keluarga dan bermasyarakat ia menjalani rehabilitasi, dari rehabilitasi itu ia diberikan terapi dengan menjalani berbagai treatment program pemulihan di panti tersebut.Selama FM di rehabilitasi, ia menjalani program pemulihan yang ada di Sibolangit Centre dengan metode therapeutic community yang dibimbing oleh konselor, FM merasa mentalnya mulai bertumbuh dengan baik dan ia mulai memikirkan hal-hal yang positif setelah 2 bulan menjalani rehabilitasi. FM mengatakan dirinya semakin sadar untuk berhenti menggunakan narkoba, ia menyadari kalau selama ini ia hanya menyiksa dirinya sendiri dengan narkoba yang digunakannya. Informan utama kedua juga mengatakan selama menjalani terapi rehabilitasi di Sibolangit Centre, pola hidup PR banyak berubah, terlebih soal emosinya yang dulunya suka meledak. Tetapi sekarang ia sudah mampu berinteraksi baik dengan lingkungan sekitarnya. PR mampu untuk menyesuaikan diri dengan sesama binaan di Panti Al- Kamal Sibolangit Centre, keterampilan dalam pengembangan nilai dan cara mengelola masalah yang ditanamkan konselor terhadap dirinya diterima positif oleh PR, hal-hal seperti inilah yang nantinya akan kembali diterapkan PR saat berinteraksi dengan masyarakat untuk mencegah kekambuhan kembali akan penggunaan narkoba. Informan utama ketiga RH sering mengeluh dalam menjalani rehabilitasinya, banyaknya peraturan yang membuat dirinya merasa stres. Selama ini kehidupan RH Universitas Sumatera Utara berada dalam kebebasan, dan tidak aturan yang mengikatnya. Selama direhabilitasi RH setiap hari harus bangun pagi dan sholat subuh, itu sungguh sangat menyiksa RH. Lima bulan menjalani rehabilitasi, RH mulai merasakan kenyamanann. RH mulai menikmatinya, dan tumbuh kesadaran dirinya kalau ia harus berhenti dari ketergantungan narkoba. RH mulai merasa termotivasi tinggal di panti tersebut karena teman-temannya yang ada di panti berasal dari latarbelakang yang sama dengan dirinya, sama-sama korban dari penyalahgunaan narkoba dan mereka semua sama-sama punya tujuan untuk bisa sembuh dari ketergantungan narkoba. Informan utama keempat mengungkapkan awal proses rehabilitasi dirinya dimasukkan oleh konselor ke ruang yang seperti penjara, ruangan itu disebut ruangan isolasi. Selama di ruang isolasi itu, SL menyadari banyak kebodohan yang merugikan dirinya. SL merasa sedih mengingat masalalunya yang pahit, SL bertekad tidak akan pakai narkoba lagi karena tidak ingin lagi merasakan sakit merasakan ruang isolasi seperti penjara itu. SL ingat akan dukungan keluarganya untuk sembuh, terlebih ibunya yang berharap SL masih bisa melanjutkan masa depan dan menyelesaikan kuliahnya yang sudah terbengkalai. Informan utama kelima mengatakan Sebelum menjalani rehabilitasi, FY juga sama seperti informan utama FM, RH, PR, dan SL, dirinya juga terlebih dahulu menjalani detoksifikasi. FY harus menjalani pengisolasian selama 7 hari di ruangan yang dibuat khusus seperti penjara. Pengisolasian ini bertujuan untuk memutuskan zat dengan si pecandu. Menurut penuturan FY dirinya sudah mulai tidak ketergantungan narkoba karena selama 21 hari di tahan di penjara, FY sudah tidak bisa lagi memakai narkoba. Meskipun demikian, konselor Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre melihat kondisi mental FY bermasalah, ia perlu menjalani rehabilitasi dan di Universitas Sumatera Utara jauhkan untuk waktu yang cukup lama dari lingkungan sekitarnya. Hal ini dimaksudkan untuk mengubah mental FY untuk tidak berperilaku menyimpang kembali ketika menghadapi masalah. Hasil konseling yang dilakukan konselor menunjukkan bahwa FY mengalami rasa trauma mendalam sehingga hal-hal seperti ini rentan memicu FY untuk kembali memakai narkoba untuk mengantisipasi rasa gelisah dirinya. Konselor melihat FY sudah lebih baik selama di rehabilitasi karena banyak dukungan dan motivasi yang didapatnya dari orang-orang di sekitar yang berasal dari latarbelakang yang sama dengan dirinya. Dari kelima informan yang telah diwawancarai, membuktikan bahwa rasa sakit yang didapatkan informan ketika menjalani proses pengisolasian menumbuhkan kesadaran pada diri mereka akan bahaya yang ditimbulkan narkoba lewat masa sakau dan perasaan sepi saat di ruang isolasi. Pemutusan zat secara paksa dan tiba-tiba mempengaruhi keadaan fisik informan, sehingga ketika mereka selesai menjalani isolasi dan dibebaskan untuk tidur bersama binaan yang lain di barak yang telah disediakan para informan lebih merasa tubuh mereka sehat. Tubuh yang sehat itu menumbuhkan pikiran yang positif dan kesadaran untuk melepaskan narkoba. Begitu juga halnya dengan konselor, motivasi dan dukungan yang didapat para informan dari konselor dalam membimbing mereka sangat membantu proses pemulihan. Masukan-masukan yang positif, serta arahan yang diberikan mendorong perubahan perilaku pada diri informan untuk kembali menata masa depannya ketika mereka kembali nantinya berbaur dengan lingkungan sekitar. Motivasi dan dukungan yang diberikan konselor tidak cukup hanya sampai disitu saja, perlunya motivasi atau kemauan pecandu untuk berhenti memang penting dalam pemulihan, karena pecandulah yang harus mengambil keputusan untuk berhenti Universitas Sumatera Utara memakai dan mengubah gaya hidupnya. Motivasi adalah keadaan keadaan siap dan keinginan kuat untuk berubah. Akan tetapi, hal itu sering berubah-ubah dan berfluktuasi dari waktu ke waktu dan dari situasi ke situasi. Oleh karena itu, kemauan saja tidak cukup bagi pemulihan, karena pada kenyataannya pecandu sulit mengendalikan pemakaiannya dan perilakunya. Pemberontakan adalah cirri khas pecandu. Jika ingin pulih, ia harus menyerah dan mengakui ketidakberdayaannya. Karena mengakui dan menerima adalah kunci pemulihan. Orang harus mau mengakui dan menerima keadaanya jika mau berubah. Manusia memang harus mau berubah, agar dapat mengikuti, menyesuaikan diri, dan menghadapi tantangan arus perubahan zaman. Menurut Bapak Sanjaya Abidin selaku konselor di Panti Rehabilitasi Sosial Al- Kamal Sibolangit Centre, banyak dari para kalangan muda pengguna narkoba yang mau masuk ke Sibolangit Centre karena orangtua, keluarga, atau karena hokum dan kemauan diri sendiri pengguna narkoba tersebut, akan tetapi sangat jarang diantara mereka dengan keiginan atau kemauan diri sendiri mau mengikuti kegiatan rehabilitasi dan mau berusaha untuk dirinya sendiri bisa pulih dari ketergantungan narkoba. Banyak dari para pengguna narkoba ini beranggapan bahwa tanpa harus masuk ke dalam rehabilitasi pun mereka bisa pulih dan tidak akan mengkonsumsi narkoba, tapi faktanya pada saat si pecandu tidak mau masuk ke dalam rehabilitasi dan amu memulihkannya di dalam lingkungan tempat tinggal, itu akan membuat semakin mudahnya si pecandu itu akan mudah kembali menggunakan narkoba kearena pengaruh lingkungan tempat tinggal khususnya teman-temannya sesame pecandu narkoba yang membuat si pecandu yang mau pulih kembali menggunakan narkoba tersebut. Kebanyakan mereka masuk dengan cara terpaksa dan dipaksa, banyak diantara mereka tertangkap mengkonsumsi narkoba Universitas Sumatera Utara oleh kepolisian, lalu tidak ingin dipenjarakan dan mereka memilih untuk direhabilitasi kerena status mereka adalah pemakaian bukan pengedar narkoba. Informan Pertama FM menjalani rehabilitasi atas keinginannya sendiri karena sudah merasa jenuh dengan aktivitasnya yang hanya terus menggunakan narkoba. Hal tersebut semakin didukung keluarga karena informan sempat digrebek polisi saat tertangkap basah ikut dalam pesta shabu. Keluarga mencari tempat rehabilitasi terbaik untuknya, tetangganya memberi saran untuk membawa informan ke Sibolangit Centre saja karena disana merupakan panti rehabilitasi terbaik yang sudah terbukti banyak menyembuhkan para pecandu narkoba. Informan Kedua PR menjalani rehabilitasi di Sibolangit Centre atas permintaan keluarganya. Informan sempat menolak untuk direhabilitasi karena merasa dirinya bisa untuk pulih sendiri, mengingat dirinya sudah 3 kali menjalani rehabilitasi dan merasa rehabilitasi itu tidak member efek yang maksimal pada diri informan. Tetapi ibunya memaksa informan untuk mencoba menjalani rehabilitasi di Panti Rehabilitasi Al-Kamal Sibolangit Centre dari informasi yang didapatkan mengatakan rehabilitasi tersebut bagus untuk pemulihan narkoba. Karena informan terus menolak, akhirnya informan dibawa ke Sibolangit dalam keadaan terbius. Terpaksa hal itu dilakukan karena keluarga tidak ingin informan meninggal karena narkoba yang di konsumsinya. Informan Ketiga RH direhabilitasi karena permintaan orangtuanya, tetapi informan tidak member respon penolakan karena merasa ada keinginan dari dirinya untuk sembuh dari ketergantunagn. Pada awalnya informan siap untuk direhabilitasi tetapi karena ibunya tidak siap untuk tidak bertemu dengannya selama 6 bulan seperti peraturan rehabilitasi. Niat informan untuk direhabilitasi sempat tertunda, namun pada akhirnya informan kembali menjalani rehabilitasi setelah orangtuanya siap untuk Universitas Sumatera Utara melepas dan mempercayakan informan untuk di binaa di Panti Rehabilitasi Sosial Al- Kamal Sibolangit Centre. Informan Keempat SL sama seperti Informan Kedua PR tidak siap dan tidak ingin direhabilitasi, informan berontak dan menolak ketika konselor membawanya masuk kedalam ambulance residen milik Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre, alasan informan merasa orang-orang yang menjalani rehabilitasi tersebut dianggap sama seperti orang gila. Tetapi orangtua tetap menginginkan informan untuk segera menjalani rehabilitasi. Informan Kelima FY memilih untuk direhabilitasi karena tidak ingin dipenjarakan. Keterpaksaan yang membawa FY untuk menjalani rehabilitasi di Sibolangit Centre karena merasa tidak siap menjalani hukuman di penjara karena terjaring razia saat membawa shabu-sahabu. Ini membuktikan bahwa tidak semua korban menyadari sepnuhnya akan bahaya narkoba. Mereka merasa ketergantungan narkoba itu merupakan hal yang bisaa dan tidak mengganggu diri mereka. Bagi mereka yang sadar dan punya keinginan untuk pulih dalam menjalani proses penyembuhan lewat terapi rehabilitasi tidaklah terlalu sulit hal ini di karenakan ada motivasi kuat dari dalam diri mereka, hal ini terlihat dari informan Informan pertama FM dan Informan ketiga RH. Berbeda halnya dengan Informan kedua PR, Informan keempat SL, dan Informan kelima FY yang memberikan respon penolakan tidak bisa menerima kenyataan bahwa mereka adalah orang sakit yang perlu untuk menjalani proses pemulihan. Akibatnya perlu adanya pendekatan yang lebih intensif yang harus dilakukan konselor terhadap informan lewat pemberian konseling mengingat sifat keras yang dimiliki informan akan berpengaruh negatif untuk dibawa di Universitas Sumatera Utara dalam pergaulan apabila perilaku positif tidak ditanamkan secara maksimal pada setiap diri informan yang memiliki watak pemberontak dan keras kepala. Masuk rehabilitasi sosial Al-Kamal Sibolangit Centre memiliki aturan dan tidak bisa sesuka hati residen untuk keluar masuk. Binaan yang menjalani program rehabilitasi harus mengikuti program-program yang diberikan selama 9 bulan penuh. Awal menjalani rehabilitasi banyak residen yang tidak terima menjalani program direhabilitasi yang ada karena memang menyakitkan bagi mereka, tetapi setelah menjalani beberapa bulan maka mereka banyak yang sadar dan ingin berubah, mengobati dirinya. Sesuai dengan prosedur yang ditetapkan Sibolangit Centre, keluarga akan diberikan jadwal kunjungan bagi residen dengan syarat tetap berada di di kawasan panti rehabilitasi. Kunjungan ini diwajibkan bagi keluarga untuk melihat langsung perkembangan residen yang dibina selama berada di rehabilitasi. Keluarga dari setiap informan bisaanya mendapat kunjungan pertama setelah menjalani masa rehabilitasi selama 6 bulan, sesuai dengan jadwal yang diberikan dari rehabilitasi. Kunjungan- kunjungan berikutnya akan dikonfirmasi kembali oleh konselor via telepon langsung pada keluarga residen itu sendiri. Sebelum keluarga bertemu dengan residen, konselor akan menjadi perantara diantara mereka artinya saat pertemuan yang diperlukan adalah kulaitas pertemuan dalam menjalin kembali kedekatan dan kenyamanan residenyang sempat hilang. Hal ini bertujuan agar residen merasa diterima kembali dalam kehidupan keluarganya, sehingga hal seperti itu akan terus berlanjut sampai residen dikatakan pulih dan bebas dr rehabilitasi.

5.3.2 Pencapaian Tujuan Rehabilitasi

5.3.2.1 Terbebas dari ketergantungan narkoba

Universitas Sumatera Utara Ketergantungan narkoba merupakan penyakit kronis yang ditandai adanya gangguan fisik, psikologis, dan sosial akibat pemakaian narkoba secara terus-menerus dan berlebihan. Disebut penyakit, bukan kelemahan moral, meskipun ada unsur moral pada awalnya. Sebagai penyakit dapat dijelaskan gejalanya yang khas yang berulang kali kambuh relaps dan berlangsung progresif, artinya makin memburuk, jika tidak diterapi dan dirawat dengan baik Joewana Martono, 2008: 16. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan para informan menjelaskan bahwa informan pertama, informan kedua, informan ketiga, informan keempat, dan informan kelima memiliki keinginan kuat untuk pulih dan bebas dari narkoba yang selama ini membawa pengaruh yang buruk bagi kehidupan mereka. Walaupun awalnya mereka berontak dan tidak terima untuk direhabilitasi tetapi setelah beberapa bulan mengikuti program pemulihan, mereka pada akhirnya mau belajar untuk menjauhi lingkungan yang masih berhubungan dengan narkoba dengan belajar trik-trik penolakan akan narkoba lewat penawaran teman-temannya seperti awal-awal mereka mengenal narkoba tersebut. Proses pemulihan yang paling diterapkan konselor pada informan adalah melalui pembelajaran trik-trik khusus penolakan akan narkoba. Hal ini didasari karena seorang mantan pecandu narkoba walaupun sudah dikatakan pulih masih rentan sekali akan penyalahgunaan narkoba yang sering disebut relaps. Relaps bukan peristiwa yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu proses ketidakmampuan mengatasi masalah kehidupan. Relaps memiliki tanda-tanda yang jelas dan dapat diramalkan sebelumnya, yang telah lama dimulai sebelum ia benar-benar kembali memakai narkoba Joewana Martono, 2008: 121. Hal-hal yang paling diinginkan oleh kelima informan adalah keluar dari panti rehabilitasi dan kembali melanjutkan kehidupan mereka lewat aktivitas meraka yang Universitas Sumatera Utara tertunda sebelum mereka masuk rehabilitasi. Pembelajaran yang mereka dapatkan mereka jadikan bekal untuk kembali kuat dan mampu untuk bebas dari ketergantungan narkoba. Nasehat, dukungan dan motivasi yang mereka dapatkan mereka jadikan penguatan mental agar ketika mereka dilepas mereka dapat diterima kembali dilingkungannya. Tujuan utama dari rehabilitasi adalah, residen bebas dari narkoba dan siap untuk kembali menjalani kehidupannya. Bebas dari katergantungan narkoba merupakan tujuan utama residen menjalani rehabilitasi, hal tersebut merupakan hal yang diharapkan dari setiap pemulihan bagi para pecandu narkoba. Proses pemulihan memang harus ada terjadi hubungan timbal balik antara residen yang dibina dengan konselor yang mendampingi, karena tidak semua pecandu narkoba yang menjalani rehabilitasi mempunyai motivasi untuk dirinya sendiri agar sembuh dari ketergantungannya. Perlunya dukungan keluarga dan orang-orang sekitar membantu proses pemulihan lebih baik, dengan begitu residen akan merasa dirinya masih mendapat penerimaan dan penguatan diri. Dukungan keluarga yang diterima dapat membuat korban merasa tenang, diperhatikan, timbul rasa percaya diri dan kompeten. Tersedianya dukungan dari keluarga akan membuat individu merasa dicintai, dihargai dan menjadi bagian dari kelompok. Dukungan emosional, yang diberikan meliputi ekspresi empati misalnya mendengarkan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih saying dan perhatian. Dukungan emosional akan membuat si penerima akan merasa berharga, nyaman, aman, terjamin, dan disayangi Sarwono, 2005: 46. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian saat residen dinyatakan selesai menjalani program pemulihan, ia akan menerapkan ke hidupnya kemudian ilmu yang didapat saat berada direhabilitasi. Perlunya kesadaran diri merupakan tahap jangka panjang bagi seorang mantan pecandu untuk dapat menanggulangi menanggulangi relaps kambuh.

5.3.2.2 Pulih dan dapat menjalankan fungsi sosialnya kembali

Fungsi sosial mengacu pada cara-cara bertingkah laku atau melakukan tugas- tugas kehidupan dalam memenuhi kebutuhan hidup individu, orang seseorang maupun sebagai keluarga, kolektif, masyarakat, organisasi. Pelaksanaan fungsi sosial dapat dievaluasidinilai apakah memenuhi kebutuhan dan membantu mencapai kesejahteraan bagi individu dan bagi masyarakat, apakah normal dapat diterima masyarakat sesuai dengan norma sosial Sukoco, 2001: 98. Kembali ketengah-tengah masyarakat merupakan hal yang sulit bagi mantan pecandu narkoba. Hilangnya aturan nilai sosial yang telah lama didalam diri mereka menjadi hambatan untuk mereka kembali berinteraksi dengan sekitarnya. Mantan pecandu sering merasa hidupnya diasingkan dan dianggap sampah yang tidak berguna. Banyaknya persepsi masyarakat yang mengatakan pecandu narkoba adalah penjahat menjadi hal yang dapat mempersulit sosialisasi pemulihan bagi para mantan pecandu narkoba. Untuk itu perlu menanamkan pengaruh pikiran positif agar stigma yang salah dari masyarakat dapat mereka abaikan sehingga mereka dapat berkreasi kembali layaknya masyarakat yang normal. Untuk memperbaiki pola pikir para pecandu narkoba, panti rehabilitasi mengajak mereka untuk bersosialisasi dengan masyarakat seperti berbaur dengan kunjungan penyuluhan yang datang bertamu ke Sibolangit Centre. Selain itu setiap residen dibekali Universitas Sumatera Utara dengan keahlian tambahan seperti pelatihan pengoperasian computer, cara bercocok tanam, cara bertani serta mengembangkan skill bermusikyang dimiliki dari masing- masing residen. Dengan begitu mantan pecandu narkoba mampu mananamkan pikiran positif pada dirinya untuk diterapkannya kembali ke tengah-tengah masyarakat sehingga fungsi sosialnya dapat bekerja dengan baik. Dengan diiterimanya mantan pecandu di lingkungan sosialnya akan memperkecil kemungkinan untuk terjadinya kekambuhan kembali akan narkoba relaps mereka akan merasa tidak diasingkan selayaknya manusia normal yang ada disekitar mereka, ini merupakan proses pemulihan yang berlanjut untuk jangka panjang. Walaupun mantan pecandu narkoba menyadari tidak mudah untuk kembali berbaur dengan masyarakat yang sudah terlibat dengan narkoba. Informan pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima mengaku sudah siap untuk kembali dilepas di dalam bermasyarakat. Namun tujuan pemulihan belum terpenuhi secara maksimal mengingat para informan tersebut masih akan menjalani masa rehabilitasi beberapa bulan ke depan. Sebagaimana kita ketahui pemulihan akan tepat mencapai tujuan apabila residen yang dibina sudah dibebaskan dari masa rehabilitasinya dan siap untuk kembali berinteraksi dengan masyarakat. Universitas Sumatera Utara BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, peneliti memberikan kesimpulan mengenai peranan konselor dalam pemulihan korban penyalahgunaan narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre Sumatera Utara. 1. Penyalahgunaan narkoba dapat menimpa siapa saja, tidak perduli mereka dari kalangan atas maupun kalangan bawah. Apapun latar belakang kehidupan mereka tidak ada yang bisa menjamin seseorang itu untuk tidak terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. 2. Dari kelima informan yang di bina di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre disimpulkan bahwa konseling yang diberikan konselor merupakan salah satu factor pendukung dalam rangka untuk memulihkan perilaku dan interaksi social korban penyalahgunaan narkoba kembali ke tengah-tengah masyarakat. 3. Pendekatan konseling yang sering dilakukan konselor menekankan upaya untuk memberiakn kemudahan bagi korban penyalahgun narkoba dalam memahami masalahnya, memahami kekuatan dan kelemahannya, serta potensi yang belum digunakannya untuk menyelesaikan masalahnya.

6.2 Saran

Dokumen yang terkait

Metode Pelayanan Sosial Korban Narkoba Di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre

7 91 113

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

0 0 10

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

0 0 1

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

0 0 11

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

0 0 29

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

0 0 2

Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre Dalam Pembinaan dan Upaya Penyembuhan Terhadap Pecandu Nakoba (Studi di Panti Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre)

0 0 3

Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre Dalam Pembinaan dan Upaya Penyembuhan Terhadap Pecandu Nakoba (Studi di Panti Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre)

0 0 9

Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre Dalam Pembinaan dan Upaya Penyembuhan Terhadap Pecandu Nakoba (Studi di Panti Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre)

0 1 44

Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre Dalam Pembinaan dan Upaya Penyembuhan Terhadap Pecandu Nakoba (Studi di Panti Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre)

0 0 8