dalam pergaulan apabila perilaku positif tidak ditanamkan secara maksimal pada setiap diri informan yang memiliki watak pemberontak dan keras kepala.
Masuk rehabilitasi sosial Al-Kamal Sibolangit Centre memiliki aturan dan tidak bisa sesuka hati residen untuk keluar masuk. Binaan yang menjalani program rehabilitasi
harus mengikuti program-program yang diberikan selama 9 bulan penuh. Awal menjalani rehabilitasi banyak residen yang tidak terima menjalani program direhabilitasi
yang ada karena memang menyakitkan bagi mereka, tetapi setelah menjalani beberapa bulan maka mereka banyak yang sadar dan ingin berubah, mengobati dirinya.
Sesuai dengan prosedur yang ditetapkan Sibolangit Centre, keluarga akan diberikan jadwal kunjungan bagi residen dengan syarat tetap berada di di kawasan panti
rehabilitasi. Kunjungan ini diwajibkan bagi keluarga untuk melihat langsung perkembangan residen yang dibina selama berada di rehabilitasi. Keluarga dari setiap
informan bisaanya mendapat kunjungan pertama setelah menjalani masa rehabilitasi selama 6 bulan, sesuai dengan jadwal yang diberikan dari rehabilitasi. Kunjungan-
kunjungan berikutnya akan dikonfirmasi kembali oleh konselor via telepon langsung pada keluarga residen itu sendiri. Sebelum keluarga bertemu dengan residen, konselor
akan menjadi perantara diantara mereka artinya saat pertemuan yang diperlukan adalah kulaitas pertemuan dalam menjalin kembali kedekatan dan kenyamanan residenyang
sempat hilang. Hal ini bertujuan agar residen merasa diterima kembali dalam kehidupan keluarganya, sehingga hal seperti itu akan terus berlanjut sampai residen dikatakan pulih
dan bebas dr rehabilitasi.
5.3.2 Pencapaian Tujuan Rehabilitasi
5.3.2.1 Terbebas dari ketergantungan narkoba
Universitas Sumatera Utara
Ketergantungan narkoba merupakan penyakit kronis yang ditandai adanya gangguan fisik, psikologis, dan sosial akibat pemakaian narkoba secara terus-menerus
dan berlebihan. Disebut penyakit, bukan kelemahan moral, meskipun ada unsur moral pada awalnya. Sebagai penyakit dapat dijelaskan gejalanya yang khas yang berulang kali
kambuh relaps dan berlangsung progresif, artinya makin memburuk, jika tidak diterapi dan dirawat dengan baik Joewana Martono, 2008: 16.
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan para informan menjelaskan bahwa informan pertama, informan kedua, informan ketiga, informan keempat, dan
informan kelima memiliki keinginan kuat untuk pulih dan bebas dari narkoba yang selama ini membawa pengaruh yang buruk bagi kehidupan mereka. Walaupun awalnya
mereka berontak dan tidak terima untuk direhabilitasi tetapi setelah beberapa bulan mengikuti program pemulihan, mereka pada akhirnya mau belajar untuk menjauhi
lingkungan yang masih berhubungan dengan narkoba dengan belajar trik-trik penolakan akan narkoba lewat penawaran teman-temannya seperti awal-awal mereka mengenal
narkoba tersebut. Proses pemulihan yang paling diterapkan konselor pada informan adalah melalui pembelajaran trik-trik khusus penolakan akan narkoba. Hal ini didasari
karena seorang mantan pecandu narkoba walaupun sudah dikatakan pulih masih rentan sekali akan penyalahgunaan narkoba yang sering disebut relaps.
Relaps bukan peristiwa yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu proses ketidakmampuan mengatasi masalah kehidupan. Relaps memiliki tanda-tanda yang jelas
dan dapat diramalkan sebelumnya, yang telah lama dimulai sebelum ia benar-benar kembali memakai narkoba Joewana Martono, 2008: 121.
Hal-hal yang paling diinginkan oleh kelima informan adalah keluar dari panti rehabilitasi dan kembali melanjutkan kehidupan mereka lewat aktivitas meraka yang
Universitas Sumatera Utara
tertunda sebelum mereka masuk rehabilitasi. Pembelajaran yang mereka dapatkan mereka jadikan bekal untuk kembali kuat dan mampu untuk bebas dari ketergantungan
narkoba. Nasehat, dukungan dan motivasi yang mereka dapatkan mereka jadikan penguatan mental agar ketika mereka dilepas mereka dapat diterima kembali
dilingkungannya. Tujuan utama dari rehabilitasi adalah, residen bebas dari narkoba dan siap untuk
kembali menjalani kehidupannya. Bebas dari katergantungan narkoba merupakan tujuan utama residen menjalani rehabilitasi, hal tersebut merupakan hal yang diharapkan dari
setiap pemulihan bagi para pecandu narkoba. Proses pemulihan memang harus ada terjadi hubungan timbal balik antara residen yang dibina dengan konselor yang
mendampingi, karena tidak semua pecandu narkoba yang menjalani rehabilitasi mempunyai motivasi untuk dirinya sendiri agar sembuh dari ketergantungannya.
Perlunya dukungan keluarga dan orang-orang sekitar membantu proses pemulihan lebih baik, dengan begitu residen akan merasa dirinya masih mendapat penerimaan dan
penguatan diri. Dukungan keluarga yang diterima dapat membuat korban merasa tenang,
diperhatikan, timbul rasa percaya diri dan kompeten. Tersedianya dukungan dari keluarga akan membuat individu merasa dicintai, dihargai dan menjadi bagian dari
kelompok. Dukungan emosional, yang diberikan meliputi ekspresi empati misalnya mendengarkan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang
dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih saying dan perhatian. Dukungan emosional akan membuat si penerima akan merasa berharga, nyaman, aman, terjamin, dan
disayangi Sarwono, 2005: 46.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian saat residen dinyatakan selesai menjalani program pemulihan, ia akan menerapkan ke hidupnya kemudian ilmu yang didapat saat berada direhabilitasi.
Perlunya kesadaran diri merupakan tahap jangka panjang bagi seorang mantan pecandu untuk dapat menanggulangi menanggulangi relaps kambuh.
5.3.2.2 Pulih dan dapat menjalankan fungsi sosialnya kembali