INFORMAN UTAMA II Hasil Temuan

5.2.4 INFORMAN UTAMA II

Nama : PR TempatTanggal Lahir : Siantar, 25 April 1983 Usia : 31 Tahun Pekerjaan : Pegawai Swasta Alamat : Medan Agama : Islam PR merupakan pegawai swasa yang bekerja di perusahaan perkebunan kelapa sawit. Sudah menikah selama 7 tahun dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki dari perkawinannya. Sekarang status PR adalah duda, PR berpisah dengan isterinya sewaktu berada direhabilitasi selama 2 bulan. Berikut penuturan PR tentang dirinya: “Saya pakai narkoba dari usia 14 tahun, saya mengenal narkoba dari teman sebaya yang sudah lebih dulu mengkonsumsi narkoba. Narkoba yang saya pakai pertama adalah shabu-shabu. Saya memang anak yang nakal, saya tidak suka berteman dengan anak-anak yang alim tidak ada ketertarikan bergaul dengan mereka”. Bermacam-macam narkoba yang digunakan PR, mulai dari ganja, shabu bahkan putaw. PR mudah sekali dipengaruhi oleh teman-temannya apa saja yang ditawarkan langsung dipakai tanpa memperdulikan dampak terburuk dari narkoba tersebut. PR tidak perduli biaya yang dikeluarkan untuk membeli narkoba itu demi mencapai kenikmatan. PR mengaku sempat berhenti menggunakan putaw pada tahun 2002 karena salah satu temanya pecandu mati overdosis didepan matanya. Hal itu membuat PR trauma untuk Universitas Sumatera Utara kembali menggunakan putaw dan sempat berhenti memakai narkoba, walau akhirnya kembali lagi menggunakan putaw pada tahun 2003. Saat itu tidak ada sedikit pun niat PR untuk berhenti menggunakan narkoba, bagi PR kebisaaan itu tidak merugikan, karena dirinya selalu terlihat aktif dan semangat setiap saat. Uang yang di pakai untuk membeli narkoba bisaa didapat PR dari judi, taruhan main billiard dan ikut bantu-bantu di bengkel temannya. Hasil gaji yang didapat, digunakan PR untuk mabuk-mabukan dan membeli narkoba. Hidup PR semakin parah jarang sekali pulang kerumah, dan setiap pulang kerumah selalu ada saja barang yang hilang dijual oleh PR. PR juga menjelaskan bahwa: “Saya paling benci diatur, melawan orangtua sudah hal yang bisaa bagi saya. Kalau permintaan saya tidak dituruti saya suka membanting apa saja yang ada di rumah”. Melihat perubahan sikap yang dilakukan PR di rumah membuat keluarga curiga, terlebih PR meminta uang yang sangat besar kepada ibunya dengan alasan untuk menganti motor karena sudah bosan dengan motor yang lama dia pakai. Uang itu sempat dicairkan oleh kedua orangtuanya, karena kalau tidak diberi PR suka mengancam ibunya dan itu membuat ibunya takut. Tetapi sudah sebulan berlalu motor itu belum juga kelihatan dirumah dan setiap ditanya PR selalu membuat alasan. Kecurigaan itu semakin menjadi, dan membuat ayah PR semakin memantau perkembangan PR. Berawal ditemukan dikantong celana PR shabu-shabu sewaktu ia pulang mabuk kerumah, dan dipaksa untuk jujur oleh ayahnya, PR masih membuat alasan yang tidak jelas. Ayah PR memutuskan untuk membawa PR kerumah sakit untuk test urine, ternyata PR positif menggunakan narkoba. Ayah PR memutuskan agar PR segera Universitas Sumatera Utara direhabilitasi karena tidak ingin anaknya semakin parah. PR saat itu berontak dan melawan ayahnya, tidak bersedia untuk direhabilitasi karena merasa dirinya sehat dan tidak punya masalah apapun. Awal rehabilitasi PR pertama adalah tahun 2005, dan karena tidak ada niat sembuh dari PR membuat proses rehabilitasi yang dijalaninya selama 6 bulan sia-sia. Sesudah keluar dari panti PR langsung menemui teman-temanya dulu dan kembali menggunakan narkoba. Kehidupan PR semakin sulit dikendalikan, orangtua dan keluarganya sangat stress melihat tingkah PR, sosok PR menjadi momok menakutkan. PR bolak balik ditangkap polisi dan selalu ditebus oleh orangtuanya. Karena selama didalam rutan pun PR masih melakukan transaksi. Segala cara dilakukan keluarga untuk mengubah PR tapi itu tidak mengubah keadaan. PR masuk kembali ke rehabilitasi di tahun 2008, setelah keluar selama setahun PR berhenti menggunakan narkoba. Kebisaaanya mulai berubah dan itu membuat keluarga mulai memberikan faslitas karena sudah melihat PR hidup normal kembali. Orangtua PR memberikan kebebasan kembali kepada anaknya, sejak dilihat ada perubahan setelah direhabilitasi kedua, orangtua PR jarang memantau anaknya, karena orangtuanya menganggap bahwa PR sudah bisa menentukan pilihan dan jalan hidupnya sendiri. Orangtua PR hanya memberi nasihat bahwa narkoba itu merusak masa depan PR dan membawa PR dekat ke arah kematian. Ibu PR selalu menasehatinya sambil menangis agar PR tidak bergaul lagi dengan teman-temannya yang rusak. Mengingat banyaknya uang terbuang karena ulah PR selama terikat dengan narkoba, mulai dari penggunaan, proses pemulihan rehabilitasi sampai uang tebusan ketika PR ditangkap polisi saat menggunakan narkoba. Berikut penuturan FM: Universitas Sumatera Utara “Dua kali direhabilitasi saya berhenti menggunakan narkoba, awal mula jatuhnya kembali waktu itu saya berpacaran dengan mantan isteri saya itu yang memang sama-sama pemakai narkoba, saya terkejut sewaktu menemukan shabu di tasnya tetapi ada kerinduan kembali saat melihat shabu itu, disela-sela waktu kami bersama kami gunakan untuk menyabu bersama”. Niat yang dulu sudah tidak ingin menggunakan narkoba, PR teringat kembali masa-masa saat menggunakan narkoba dulu santai dan semua beban lepas dari pikiran. PR dan kekasihnya selalu menyempatkan diri untuk menggunakan narkoba bersama. Tetapi PR mengingatkan kekasihnya agar selalu menyimpan rahasia kalau ia pemakai narkoba dari keluarga PR. PR tidak ingin hubungannya berakhir karena sudah pasti akan dilarang keluarganya. PR sempat menyelesaikan kuliahnya, setelah selesai kuliah ia memutuskan untuk menikah dan bersepakat bersama untuk sembuh ketika sudah berumah tangga nanti. PR dan isterinya masih tinggal menumpang di rumah orangtua PR. Keluarga PR sama sekali tidak mengetahui kalau menantunya juga pemakai narkoba. Berikut penuturan PR: “Setelah menikah, isteri saya saat itu belum punya pekerjaan, ia hanya di rumah mengurus rumah. Saya bekerja dikantor perkebunan sawit disana kebetulan ada orang dalam yang mengurus saya bisa masuk bekerja disana. Kalau tahu saya pemakai mana mungkin diterima test kesehatan saja tentu sudah gagal. Mungkin karena isteri saya tidak punya kesibukan, keseharian disela-sela aktivitasnya selalu dipakai untuk menyabu. Semakin hari semakin parah saja, imbasnya ya seperti ini saya harus berpisah dengannya karena sama-sama sudah merasa tidak ada kecocokan lagi”. Universitas Sumatera Utara Keadaan rumah tangga PR semakin berantakan, terlebih setelah mereka memiliki anak, saat itu anak mereka berusia 4 tahun. Niat yang semula ingin sama-sama berhenti dengan mengurangi dosis pemakaian yang terjadi malah kebalikannya. Sehari PR dan isterinya bisa menghabiskan uang sampai Rp. 500.000,- setiap pemakaian. Disinilah awal mula orangtua PR tahu kalau PR dan isterinya sama-sama pemakai narkoba. Isteri PR meminta kepada mertuanya agar dibawa berobat ke Sembada, isterinya juga meminta agar mertuanya mengurus anaknya. Ibu PR syok tahu anak dan menantunya sama-sama pengguna narkoba. PR menyampaikan kepada ibu dan keluarga dari pihak isterinya, bahwa mereka berniat sama-sama ingin pulih sendiri tanpa harus direhabilitasi. PR juga mengaku kalau sejak pacaran sudah mengetahui kalau isterinya sudah lama menggunakan narkoba, keinginan mereka untuk menikah karena sama-sama memotivasi diri untuk pulih dari narkoba. Lelah karena tidak ada perubahan, pertengahan tahun 2013 PR direhabilitasi kembali untuk ke empat kalinya. Bekas sayatan-sayatan yang ada ditubuhnya semakin hari terus bertambah. Takut kalau PR berujung kematian keluarga PR mencari info tempat rehabilitasi terbaik. PR di bawa ke Sibolangit Centre, rekomendasi dari beberapa orang disekitar mengatakan tempat rehabilitasi ini sangat bagus untuk memulihkan korban penyalahgunaan narkoba. Sudah pasti PR akan menolak direhabilitasi alternatif terbaik membawanya dalam keadaan terbius. Berikut penuturan PR: “Waktu saya sadar, saya sudah sampai di Sibolangit Centre ini sebelumnya saya tidak tahu apa yang terjadi. Saya sempat berontak saya membayangkan rehabilitasi itu tempat yang memuakkan apalagi saya sudah 3 kali direhabilitasi Universitas Sumatera Utara sama sekali tidak bisa membuat saya berhenti. Biarkan saja aku bebas diluar sana, aku bisa sembuh tanpa harus direhabilitasi, bukan ditempat ini”. Pihak panti di damping konselor terus melakukan berbagai cara agar PR mau direhabilitasi. Konselor memberi informasi PR harus direhabilitasi dan harus bisa bebas dari narkoba sampai selamanya, mengingat PR sudah empat kali direhabilitasi. Konselor saat itu berusaha mengolah perasaan PR dan berusaha mempengaruhi diri PR agar mau direhabilitasi. Selama di rehabilitasi semua kebutuhan PR diatur oleh pihak panti, PR hanya dapat menyampaikan keluhannya lewat konselor. Konselor memberi pengarahan agar PR berpikir sendiri dalam membuat keputusan, PR sengaja dipaksa untuk kembali menjalankan fungsi otaknya yang selama ini rusak karena zat narkoba. Kesadaran PR mulai tumbuh, Dia mengatakan kalau tempat rehabilitasinya yang sekarang berbeda dari tempat rehabilitasi yang sebelumnya pernah di jalaninya. PR mulai menjalani semua kegiatan pembinaan yang ada, timbul kemauan dari diri untuk membenari diri sendiri, PR mengeluh ke konselor saat waktu konseling kalau PR benar-benar ingin jauh dari lembah hitam, dan kembali hidup normal. Proses perceradian PR dilakukan saat PR berada dipanti, konselor dipanti sebagai perantara antara PR dengan keluarga PR maupun keluarga dari pihak isteri PR. Isteri PR sudah tidak bisa mengurus anak mereka. Anak PR diasuh oleh orangtua PR, sementara mantan dari isteri PR telah dirawat di rumah sakit ketergantungan narkoba saat ini. PR merasa dirinya tidak berguna waktu bercerai dengan isterinya. PR merasa sangat berdosa dengan anaknya, karena ulahnya anak mereka tidak mendapat kasih sayang penuh. PR waktu itu jadi sering melamun, dan suka menyendiri. Melihat Universitas Sumatera Utara perubahan pada perilaku PR, konselor lebih memotivasi agar PR tidak putus asa. PR berjanji setelah selesai direhabilitasi akan mengasuh anaknya dengan baik. Selama di Panti PR mengaku semangat menjalani rehabilitasi dan bertekad kuat untuk sembuh dari ketergantungan tersebut demi anaknya. Rehabilitasi dilakukan dengan metode Therapeutic Community. Selama menjalani rehabilitasi, mereka diajarkan prinsip dasar metode TC ini yaitu adict to addict, maksudnya para penyalahguna membentuk suatu komunitas untuk saling membantu dalam proses pemulihan teman, membantu teman untuk memulihkan ketergantungan terhadap narkoba. PR setiap waktu sharring ditanyakan untuk siapa yang paling utama kesembuhannya. PR mengaku untuk anaknya, karena PR tidak ingin anaknya ikut seperti dia, dan tahu kalau bapaknya pencandu berat narkoba dahulunya. Konselor selalu menekankan setelah keluar dari rehabilitasi, jika ada hal yang berusaha menarik kembali dirinya untuk memakai narkoba, ingat tekad kesembuhan itu demi anaknya. Agar mampu menolak penuh ajakan tersebut. PR menjelaskan bahwa: “Ada trik 3 menit yang diterapkan konselor kepada saya, saya sangat ingat sekali kalau kita bertemu dengan teman-teman pengguna tetap rileks, jika mereka memaksa untuk ikut kembali bersamanya, cukup berikan uang Rp. 50.000.- lalu ucapkan kata terima kasih sertai dengan kata minta maaf lalu tinggalkan mereka”. Setelah sembuh nanti, PR berencana ingin membina rumah tangga kembali. Tetapi untuk kembali dengan isterinya, niat PR sudah tidak ada lagi. PR ingin hidup normal dengan anaknya dan berharap ada seorang perempuan baik-baik mau menerima ia dan anaknya dengan tulus. PR ingin membuka usaha saja di rumahnya, seperti buka Universitas Sumatera Utara grosiran. Untuk bekerja di kantor PR tidak ada niat karena takut terjerumus kembali ke dunia narkoba, terlebih teman-teman di kantor tempatnya bekerja dulu juga banyak yang menggunakan narkoba disana. Orangtua PR juga berjanji membantu kehidupan anaknya dengan membei bantuan modal untuk membuka usaha setelah PR keluar dari rehabilitasi. Universitas Sumatera Utara

5.2.5 INFORMAN UTAMA III

Dokumen yang terkait

Metode Pelayanan Sosial Korban Narkoba Di Panti Rehabilitasi Sibolangit Centre

7 91 113

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

0 0 10

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

0 0 1

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

0 0 11

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

0 0 29

Peranan Konselor Dalam Pemulihan Korban Penyalahgunaan Narkoba di Panti Rehabilitasi Sosial Al-Kamal Sibolangit Centre

0 0 2

Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre Dalam Pembinaan dan Upaya Penyembuhan Terhadap Pecandu Nakoba (Studi di Panti Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre)

0 0 3

Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre Dalam Pembinaan dan Upaya Penyembuhan Terhadap Pecandu Nakoba (Studi di Panti Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre)

0 0 9

Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre Dalam Pembinaan dan Upaya Penyembuhan Terhadap Pecandu Nakoba (Studi di Panti Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre)

0 1 44

Peranan Lembaga Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre Dalam Pembinaan dan Upaya Penyembuhan Terhadap Pecandu Nakoba (Studi di Panti Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre)

0 0 8