Pengukuran kinerja perbankan yang paling tepat adalah dengan mengukur kemampuan perbankan dalam menghasilkan laba atau profit dari berbagai
kegiatan yang dilakukan. Sebagaimana umumnya tujuan perusahaan adalah untuk mencapai nilai yang tinggi, dimana untuk mencapai nilai tersebut perusahaan
harus dapat secara efisien dan efektif mengelola berbagai kegiatannya. Ukuran dapat diukur dengan rasio
Return on Asset ROA dan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kinerja perbankan.
2.3 Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan disiapkan oleh manjemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan
eksternal yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha yang merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen
kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. Berdasarkan laporan keuangan tersebut dapat dihitung sejumlah rasio
keuangan yang dapat dijadikan dasar kinerja keuangan bank. Laporan keuangan merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu
periode tertentu. Tujuan laporan keuangan menurut “Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan” Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002, adalah sebagai berikut:
1. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang posisi keuangan aktiva
hutang, dan modal pemilik pada suatu saat tertentu. 2.
Laporan keuangan menyajikan kinerja prestasi perusahaaan.
Universitas Sumatera Utara
3. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang perubahan posisi
keuangan perusahaan. 4.
Laporan keuangan mengungkapkan informasi keuangan yang penting dan relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan keuangan.
2.4 Analisis Rasio Keuangan
Rasio merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk menganalisis laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau
pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan menggunakan alat analisa berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan
memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya.
Analisis rasio keuangan adalah metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara
individu ataupun secara kombinasi dari kedua laporan tersebut Munawir, 2002:64. Analisis rasio keuangan menggambarkan hubungan matematis antara
suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dalam laporan keuangan, dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran kinerja bank yang telah distandarisasi, yang
dapat memberikan petunjuk, gejala, serta informasi keuangan lainnya mengenai keadaan keuangan suatu bank.
Kinerja profitabilitas dalam penelititian ini diukur dengan Return on Asset
ROA. Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur Return on Asset
ROA perusahaan dalam penelitian ini adalah terbatas pada aspek permodalan Capital Adequacy RatioCAR, likuiditas Loan Deposit RatioLDR, aktiva
Universitas Sumatera Utara
produktif Non Performing LoanNPL, manajemen Debt to Equity RatioDER,
earning Biaya Operasional dan Pendapatan OperasionalBOPO. Dengan menggunakan analisis rasio, maka dapat menentukan tingkat kinerja keuangan
suatu bank. Oleh karena itu, rasio keuangan bermanfaat dalam menilai suatu kondisi bank.
2.4.1 Return on Asset
Rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja bank adalah Return on
Asset ROA. ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan atau laba secara keseluruhan. ROA memfokuskan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi perusahaan.
Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari sisis
asset Dendawijaya, 2003: 120.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 610PBI2004 tanggal 31 Mei 2004, rasio ROA dirumuskan sebagai berikut:
ROA = Laba Bersih
Total Aktiva x 100
Laba bersih adalah laba yang dihasilkan oleh bank dimana tercantum di dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh bank. Total aktiva meliputi
komponen yang terdiri dari kas, giro, surat-surat berharga, kredit yang diberikan, pendapatan yang masih akan diterima, biaya dibayar dimuka, uang muka pajak,
aktiva tetap dan penyusutan aktiva tetap lain-lain, dimana komponen tersebut tercantum di dalam laporan keuangan bank. Bank dengan total aktiva relatif besar
Universitas Sumatera Utara
akan mempunyai kinerja yang lebih baik karena mempunyai total pendapatan yang relatif besar sebagai akibat meningkatnya penjualan produk. Dengan
meningkatnya total pendapatan akan meningkatkan laba perusahaan sehingga kinerja keuangan juga akan lebih baik.
2.4.2 Capital Adequacy Ratio
Capital Adequacy Ratio CAR merupakan rasio kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi
dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul dan dapat berpengaruh
terhadap besarnya modal bank. Rasio CAR digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian di
dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat berharga. Menurut Dendawijaya 2003: 121 menyatakan bahwa “
Capital Adequacy Ratio CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva
bank yang mengandung risiko kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain untuk dibiayai dari dana modal bank sendiri, disamping memperoleh
dana-dana dari sumber-sumber di luar, seperti dana masyarakat, pinjaman utang dan lain-lain”.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 321PBI 2001 besarnya CAR perbankan untuk saat ini minimal 8 dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
ATMR. Jika CAR kurang dari 8 maka bank dikatakan tidak sehat dan jika lebih besar dari 8 maka bank dapat dikatakan sehat. Semakin besar
Capital Adequacy Ratio CAR maka keuntungan bank juga semakin besar. Dengan kata
Universitas Sumatera Utara
lain, semakin kecil risiko suatu bank maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank Kuncoro dan Suhardjono, 2002: 564.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 623DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio CAR dirumuskan sebagai berikut:
CAR = Modal Bank
Total ATMR
x 100
Rasio ini bertujuan untuk memastikan bahwa bank dapat menyerap kerugian yang timbul dariaktivitas yang dilakukan. Hal ini menghubungkan
Modal Bank dengan bobot risiko dari asset yangdimiliki.
Modal bank adalah total modal yang berasal dari bank yang terdiri darimodal inti dan modal pelengkap. Modal inti yaitu modal milik sendiri yang
diperoleh dari modal disetor oleh pemegang saham. Modal inti terdiri darimodal disetor, agio saham, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan,laba tahun
lalu, laba tahun berjalan, dan bagian kekayaan anak perusahaanyang laporan keuangannya dikonsolidasikan. Modal pelengkap terdiri daricadangan revaluasi
aktiva tetap, cadangan penghapusan aktiva yangdiklasifikasikan, modal kuasa, dan pinjaman subordinasi. Sedangkan ATMRmerupakan penjumlahan ATMR aktiva
neraca dengan ATMR administratif.
2.4.3 Loan to Deposit Ratio
Loan to Deposit Ratio LDR merupakan teknik yang digunakan untuk mengukur posisi atau kemampuan likuiditas bank. LDR menggambarkan
kemampuan bank membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan
Universitas Sumatera Utara
dengan mengandalkan
kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnyaDendawijaya, 2003: 118.
LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian
likuiditas bank atau kemampuan bank dalam menyalurkan dana dan mengumpulkan dana dari masyarakat.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 623DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio LDR dirumuskan sebagai berikut:
LDR = Total Kredit yang Diberikan
Total Dana Pihak Ketiga x 100
Kredit yang diberikan adalah kredit yang diberikan bank yang sudahditarik atau dicairkan bank. Kredit yang diberikan tidak termasuk kreditkepada bank lain.
Sedangkan yang termasuk dalam dana pihak ketiga mencakup total simpanan dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan masyarakat.
Semakin tinggi LDR, semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yangbersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisibermasalah
akan semakin besar. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah giro,tabungan, simpanan berjangka,
sertifikat deposito. Standar yang digunakanBank Indonesia untuk rasio LDR adalah antara 80 hingga 110.
2.4.4 Non Performing Loan
Non Performing Loan NPL merupakan rasio yang menunjukkan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan
Universitas Sumatera Utara
oleh bank. Risiko kredit yang diterima oleh bank merupakan salah satu risiko usaha bank, yang diakibatkan dari ketidakpastian dalam pengembaliannya atau
yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada debitur.
Non Performing Loan NPL merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi bank. Menurut Siamat 1993: 36 “Risiko kredit
default risk ini dapat terjadi akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan
jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan”.
NPL merupakan persentase jumlah kredit yang bermasalah dengan kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit yang
dikeluarkan bank. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 623DPNP tanggal 31
Mei 2004, rasio NPL dirumuskan sebagai berikut: NPL =
Kredit Bermasalah Kredit yang Disalurkan
x 100
Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet, sedangkan kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada
pihak ketiga tidak termasuk kepada bank lain. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 623DPNP tanggal 31 Mei 2004, jika rasio NPL
≤ 5, maka predikat bank tersebut dikatakan sehat. Dan jika rasio NPL 5, maka predikat
bank tersebut dikatakan dikatakan tidak sehat. Bank Indonesia menetapkan nilai NPL maksimum adalah sebesar 5.
Universitas Sumatera Utara
Semakin besar tingkat NPL menunjukkan bahwa bank tersebut tidak profesional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasibahwa
tingkat risiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank.
2.4.5 Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio DER merupakan ukuran mendasar dalam keuangan perusahaan, yang dapat menunjukkan kekuatan keuangan perusahaan. Rasio DER
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan sebagai jaminan hutang, atau dengan kata lain rasio ini menggambarkan sampai sejauh
mana modal sendiri perusahaan dapat menutupi hutang-hutangnya kepada pihak luar.
Menurut Kasmir 2008: 158, “ Debt to Equity Ratio DER merupakan
rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas”. Rasio DER dirumuskan sebagai berikut:
DER = Total Hutang
Total Ekuitas x 100
Semakin tinggi rasio DER menunjukkan bahwa perusahaan akan memiliki masalah riil dalam jangka panjang, salah satunya adalah kemungkinan untuk
terjadinya kebangkrutan. Semakin besar hutang semakin besar pula risiko yang ditanggung pihak perusahaan, meskipun dalam keadaan dimana perusahaan dapat
dengan sangat baik mengelola hutangnya, maka dengan adanya hutang akan memberikan kesempatan yang baik bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan
keuntungan dan labanya.
Universitas Sumatera Utara
2.4.6 Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan nasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi Dendawijaya, 2003: 120. Bank yang efisien dalam menekan biaya operasionalnya dapat mengurangi
kerugian akibat ketidakefisien bank dalam mengelola usahanya sehingga laba yang diperoleh juga akan meningkat.
Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
623DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio BOPO dirumuskan sebagai berikut:
BOPO = Biaya Operasional
Pendapatan Operasional x 100
Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya
pemasaran dan biaya operasi lainnya. Pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam
bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. BOPO juga menunjukkan efektivitas bank, semakin kecil BOPO
menunjukkan semakin efektif bank dalam menjalankan aktivitas usahanya sekaligus kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Bank yang
sehat adalah bank yang memiliki rasio BOPO-nya kurang dari 1 satu, sebaliknya
Universitas Sumatera Utara
bank yang kurang sehat adalah bank yang memiliki rasio BOPO-nya lebih dari 1 satu. Rasioyang semakin meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank
dalammenekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan operasionalnya yangdapat menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam
mengelolausahanya SE. Intern BI, 2004. Bank Indonesia menetapkan rasio BOPO baik apabila dibawah 90,
Apabila rasio BOPO melebihi 90 hinggamendekati angka 100 maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisiendalam menjalankan operasinya.
2.5 Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang pengaruh Capital
Adequacy Ratio CAR, Loan to Deposit Ratio LDR, Non Performing Loan NPL,
Debt to Equity Ratio DER, dan BOPO terhadap Return on Asset ROA. Hasil dari beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensi dan
perbandingan dalam penelitian ini, antara lain: Werdaningtyas 2002 dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Take Over Pramerger diIndonesia”.
Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu Return on Asset ROA dan
variabel independen yaitu pangsa aset, pangsa dana, pangsa kredit, Capital
Adequacy Ratio CAR, dan Loan to Deposit Ratio LDR. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa
variabel independen yang signifikan positif terhadap ROA adalah Capital
Adequacy Ratio CAR, variabel independen yang signifikan negatifterhadap
Universitas Sumatera Utara
ROA adalah LDR, sedangkan variabel independen yang tidak signifikan terhadap ROA adalah pangsa aset, pangsa dana, dan pangsa kredit.
Mawardi 2005 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia Studi
Kasus pada Bank Umum dengan Total Aset Kurang dari 1 Triliun. Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu kinerja bank umum yang diproksikan
dengan Return on Asset ROA dan variabel independen yaitu Capital Adequacy
Ratio CAR, Non Performing Loan NPL, Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional BOPO, dan
Net Interest Margin NIM. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa
keempat variabel CAR, NPL, BOPO, dan NIM secara simultan mempengaruhi kinerja bank umum yang diproksikan dengan ROA. Variabel NIM mempunyai
pengaruh positif terhadap ROA,variabel BOPO dan NPL mempunyai pengaruh negatif terhadap ROA, sedangkan variabel CAR tidak terbukti berpengaruh
terhadap ROA. Prasnanugraha P 2007 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan terhadap Kinerja Bank Umum di Indonesia Studi Empiris Bank-Bank Umum yang Beroperasi di Indonesia”. Penelitian ini
menggunakan variabel dependen yaitu Return on Asset ROA dan variabel
independen yaitu Capital Adequacy Ratio CAR, BOPO, Non Performing Loan
NPL, Net Interest Margin NIM, dan Loan to Deposit Ratio LDR. Teknik
analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap ROA, BOPO berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
negatif signifikan terhadap ROA, NIM berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA, dan NPL berpengaruh
positif terhadap ROA. Yuliani 2007 dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Efisiensi
Operasional dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Public
di BEJ. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur hubungan antara tingkat efisiensi operasional terhadap kinerja profitabilitas perbankan di BEJ. Penelitian
ini menggunakan variabel dependen yaitu kinerja profitabilitas perbankan dan variabel independen yaitu MSDN, CAR, BOPO, dan LDR. Teknik analisis yang
digunakan adalah regresi time-series cross-section. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa variabel BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja profitabilitas perbankan, sedangkan CAR berpengaruh signifikan positif
terhadap kinerja profitabilitas perbankan. Variabel MSDN dan LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja profitabilitas perbankan.
Mahardian 2008 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh CAR, BOPO, NPL, NIM, dan LDR terhadap ROAStudi Kasus Perusahaan
Perbankan yang Tercatat di BEJ Periode Juni 2002-Juni 2007”. Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu
Returnon Asset ROA dan variabel independen yaitu
Capital Adequacy Ratio CAR, BOPO, Non Performing Loan NPL,
Net Interest Margin NIM, dan Loan to Deposit Ratio LDR. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. BOPO berpengaruh negatifsignifikan terhadap ROA. NIMdan LDR berpengaruh positif
Universitas Sumatera Utara
signifikan terhadap ROA, sedangkan NPL tidak memiliki pengaruh terhadap ROA.
Widati 2012 dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh CAMEL terhadap Kinerja Perusahaan Perbankan yang
Go Public”. Penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu
Return on Asset ROA dan variabel independen yaitu
Capital Adequacy Ratio CAR, Penyisihan Penghapusan Aktiva Poduktif PPAP,
Debt to Equity Ratio DER, Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPO, dan
Loan to Deposit Ratio LDR. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa Variabel CAR, DER, dan LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Sedangkan, BOPO dan PPAP berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap ROA.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No PenelitiTahun Judul Penelitian
Variabel Teknik
Analisis Hasil Penelitian
Dependen Independen
1 Werdaningtyas
2002 Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Profitabilitas Bank
Take Over Indonesia ROA
Pangsa Aset, Pangsa Dana,
Pangsa Kredit, CAR, dan LDR
Regresi Linier
Berganda 1. CAR berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ROA.
2. LDR berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROA. 3. Pangsa aset, pangsa
dana, dan pangsa kredit tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
2 Mawardi
2005 Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan
Bank di Indonesia Studi Kasus pada
Bank Umum dengan Total Aset Kurang
dari 1 Triliun ROA
CAR, NPL, BOPO, dan
NIM Regresi
Linier Berganda
1. NIM berpengaruh positif terhadap ROA.
2. BOPO dan NPL berpengaruh negatif
terhadap ROA. 3. CAR tidak
berpengaruh terhadap ROA.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No PenelitiTahun
Judul Penelitian Variabel
Teknik Analisis
Hasil Penelitian Dependen
Independen
3 Prasnanugraha P
2007 Analisis Pengaruh
Rasio-Rasio Keuangan terhadap Kinerja Bank
Umum di Indonesia Studi Empiris Bank-
Bank Umum yang Beroperasi di
Indonesia ROA
CAR, BOPO, NPL, NIM, dan
LDR Regresi
Linier Berganda
1. CAR tidak berpengaruh terhadap ROA.
2. BOPO berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROA. 3. NIM dan NPL
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.
4. LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.
5 Yuliani
2007 Hubungan Efisiensi
Operasional dengan Kinerja Profitabilitas
pada Sektor Perbankan yang
Go Public di BEJ ROA
MSDN, CAR, BOPO, dan
LDR Regresi
time-series cross -
section 1. BOPO berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap ROA.
2.CAR berpengaruh positif dan signifikan
positif terhadapROA. 3. MSDN dan LDR
berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA.
6 Mahardian
2008 Analisis Pengaruh
CAR, BOPO, NPL, NIM, dan LDR
terhadap ROA Studi Kasus Perusahaan
Perbankan yang Tercatat di BEJ
Periode Juni 2002- 2007
ROA CAR, BOPO,
NPL, NIM, dan LDR
Regresi Linier
Berganda 1. CAR berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ROA.
2. BOPO berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROA. 3. NIM dan LDR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.
4. NPL tidak berpengaruh terhadap ROA.
6 Widati
2012 Analisis Pengaruh
CAMEL terhadap Kinerja Perusahaan
yang Go Public
ROA CAR, PPAP,
DER, BOPO, dan LDR
Regresi Linier
Berganda 1. CAR, DER, dan LDR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA.
2. PPAP dan BOPO berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap ROA.
2.6
Kerangka Konseptual
Berdasarkan teori yang sudah dikemukakan dan didukung dengan penelitian terdahulu diduga bahwa
Capital Adequacy Ratio CAR, Loan to Deposit Ratio LDR, Non Performing Loan NPL, Debt to Equity Ratio DER,
Universitas Sumatera Utara
dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPO berpengaruh terhadap Kinerja Bank Umum yang diproksikan dengan
Return on Asset ROA yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2.6.1 Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Return on Asset
Capital Adequacy Ratio CAR juga biasa disebut sebagai rasio kecukupan modal, yang berarti jumlah modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko
kerugian yang timbul dari penanaman aktiva-aktiva yang mengandung risiko serta membiayai seluruh benda tetap dan invetaris bank. Seluruh bank yang ada di
Indonesia diwajibkan untuk menyediakan modal sebesar 8 dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR. Semakin
Capital Adequacy Ratio CAR maka keuntungan bank juga semakin besar. Dengan kata lain, semakin kecil risiko
suatu bank maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank Kuncoro dan Suhardjono, 2002: 564.
Menurut Dendawijaya 2003: 121 menyatakan bahwa “ Capital Adequacy
Ratio CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko kredit penyertaan, surat berharga, tagihan pada
bank lain untuk dibiayai dari dana modal bank sendiri, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar, seperti dana masyarakat, pinjaman utang
dan lain-lain”. Dengan demikian, CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
sejauh mana penurunan asset bank yang masih dapat ditutup oleh equity bank
yang tersedia, semakin tinggi CAR maka semakin baik kondisi bank. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Werdaningtyas 2002 dan
Yuliani 2007 menunjukkan hasil bahwa Capital Adequacy Ratio CAR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset ROA. Dengan
demikian CAR diprediksi berpengaruh positif terhadap ROA.
2.6.2 Pengaruh Loan to Deposit Ratioterhadap Return on Asset
Secara konsep teori, Loan to Deposit RatioLDR berpengaruh terhadap
Return on Asset ROA, apabila LDR semakin besar maka ROA juga semakin besar. Namun LDR bergantung pada manajemen bank dan besarnya LDR bank
tidak sama. Oleh karena itu, hubungan LDR dengan ROA bersifat bebas dan tidak autokorelasi. Semakin besar LDR semakin besar potensi mencapai ROA, sejauh
NPL Non Performing Loan bisa ditekan. LDR menyatakan seberapa jauh
kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya Dendawijaya, 2003: 118. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mahardian 2008
yang menunjukkan bahwa LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return on Asset ROA. Dengan demikian LDR diprediksi berpengaruh positif
terhadap ROA.
Universitas Sumatera Utara
2.6.3 Pengaruh Non Performing Loanterhadap Return on Asset
Non Performing LoanNPL menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Kredit dalam hal
ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dan tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar,
diragukan, dan macet. Semakin tinggi rasio NPL maka semakin buruk kualitas kredit yang
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar. Maka dalam hal ini semakin tinggi rasio NPL maka semakin rendah profitabilitas suatu bank.
Penelitian yang dilakukan oleh Mawardi 2005 menunjukkan pengaruh negatif
Non Performing LoanNPL terhadap perubahan laba, sebab semakin tinggi
Non Performing LoanNPL maka semakin besar risiko yang disalurkan bank, sehinggalaba yang diproksikan yang diproksikan dengan
Return on Asset ROA menurun.
2.6.4 Pengaruh Debt to Equity Ratioterhadap Return on Asset
Debt to Equity RatioDER merupakan posisi hutang suatu badan usaha yang dapat menunjukkan jumlah uang orang lain yang digunakan dalam upaya
memperoleh laba. Rasio ini merupakan rasio antara ekuitas dan hutang, dimana hutang di sini mencakup kewajiban jangka panjang, jangka pendek, dan
kewajiban lancar Walsh, 2003: 120. Jika biaya yang timbul karena pinjaman costof debt lebih rendah dari
biaya modal cost of equity maka sumber dana yang berasal dari pinjaman atau
hutang akan lebih efektif dalam menghasilkan laba, demikian juga sebaliknya. Hal
Universitas Sumatera Utara
ini dikarenakan tingkat ketergantungan dengan pihak luar semakin tinggi sehingga pengaruh antara DER terhadap ROA adalah negatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Bardosa dan Louri 2003 menunjukkan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap ROA. Dengan demikian, DER
berpengaruh negatif terhadap ROA.
2.6.5 Pengaruh Beban Operasional dan Pendapatan Operasionalterhadap Return on Asset
Beban Operasional dan Pendapatan Operasional BOPO atau sering disebut dengan rasio efisiensi dan digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasionalnya. Semakin tinggi angka dari rasio ini menunjukkan kurangnya
kemampuan bank dalam menekan biaya operasionalnya sehingga dapat menimbulkan ketidakefisiensian. Ketidakefisiensian ini menimbulkan alokasi
biaya yang lebih tinggi sehingga dapat menurunkan pendapatan bank. Semakin kecil rasio ini menunjukkan semakin efisien biaya operasional
yang dikeluarkan bank sehingga kemungkinan suatu bank akan menghadapi kondisi bermasalah semakin kecil. Bank yang sehat memiliki rasio BOPO kurang
dari 1 sebaliknya bank yang kurang sehat mempunyai rasio BOPO lebih dari 1. Penelitian yang dilakukan oleh Mawardi 2005 menunjukkan bahwa
BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA. Dengan demikian, BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA.
Berdasarkan landasan teori dan penelitian-penelitian terdahulu, mengenai berbagai pengaruh antara variabel independen CAR, LDR, NPL, DER, dan
Universitas Sumatera Utara
BOPO dengan variabel dependen ROA, maka dapat digambarkan kerangka konseptual penelitian, yaitu sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.7 Hipotesis
Berdasarkan analisis dan penelitian terdahulu, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Capital Adequacy Ratio CAR berpengaruh positif terhadap kinerja bank
umum yang diproksikan dalam rasio Return on Asset ROA.
2. Loan to Deposit Ratio LDR berpengaruh positif terhadap kinerja bank
umum yang diproksikan dalam rasio Return on Asset ROA.
3. Non Performing Loan NPL berpengaruh negatif terhadap kinerja bank
umum yang diproksikan dalam rasio Return on Asset ROA.
4. Debt to Equity Ratio DER berpengaruh negatif terhadap kinerja bank
umum yang diproksikan dalam rasio Return on Asset ROA.
Capital Adequacy Ratio X
1
Loan to Deposit Ratio X
2
Non Performing Loan X
3
Debt to Equity Ratio X
4
Beban Operasional Pendapatan Operasional X
5
Return on Asset Y
Universitas Sumatera Utara
5. Biaya Operasional Pendapatan Operasional BOPO berpengaruh negatif
terhadap kinerja bank umum yang diproksikan dalam rasio Return on
Asset ROA.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang