Semakin besar tingkat NPL menunjukkan bahwa bank tersebut tidak profesional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasibahwa
tingkat risiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank.
2.4.5 Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio DER merupakan ukuran mendasar dalam keuangan perusahaan, yang dapat menunjukkan kekuatan keuangan perusahaan. Rasio DER
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan sebagai jaminan hutang, atau dengan kata lain rasio ini menggambarkan sampai sejauh
mana modal sendiri perusahaan dapat menutupi hutang-hutangnya kepada pihak luar.
Menurut Kasmir 2008: 158, “ Debt to Equity Ratio DER merupakan
rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas”. Rasio DER dirumuskan sebagai berikut:
DER = Total Hutang
Total Ekuitas x 100
Semakin tinggi rasio DER menunjukkan bahwa perusahaan akan memiliki masalah riil dalam jangka panjang, salah satunya adalah kemungkinan untuk
terjadinya kebangkrutan. Semakin besar hutang semakin besar pula risiko yang ditanggung pihak perusahaan, meskipun dalam keadaan dimana perusahaan dapat
dengan sangat baik mengelola hutangnya, maka dengan adanya hutang akan memberikan kesempatan yang baik bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan
keuntungan dan labanya.
Universitas Sumatera Utara
2.4.6 Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO sering disebut rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan nasional. Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasi Dendawijaya, 2003: 120. Bank yang efisien dalam menekan biaya operasionalnya dapat mengurangi
kerugian akibat ketidakefisien bank dalam mengelola usahanya sehingga laba yang diperoleh juga akan meningkat.
Rasio BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
623DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio BOPO dirumuskan sebagai berikut:
BOPO = Biaya Operasional
Pendapatan Operasional x 100
Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya
pemasaran dan biaya operasi lainnya. Pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam
bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. BOPO juga menunjukkan efektivitas bank, semakin kecil BOPO
menunjukkan semakin efektif bank dalam menjalankan aktivitas usahanya sekaligus kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Bank yang
sehat adalah bank yang memiliki rasio BOPO-nya kurang dari 1 satu, sebaliknya
Universitas Sumatera Utara
bank yang kurang sehat adalah bank yang memiliki rasio BOPO-nya lebih dari 1 satu. Rasioyang semakin meningkat mencerminkan kurangnya kemampuan bank
dalammenekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan operasionalnya yangdapat menimbulkan kerugian karena bank kurang efisien dalam
mengelolausahanya SE. Intern BI, 2004. Bank Indonesia menetapkan rasio BOPO baik apabila dibawah 90,
Apabila rasio BOPO melebihi 90 hinggamendekati angka 100 maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisiendalam menjalankan operasinya.
2.5 Penelitian Terdahulu