Kesimpulan Penerapan Prinsip Kehati-Hatian dalam Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (Studi PT. Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Medan)

116 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah mendapatkan data dari lapangan, maka berdasrkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai “Penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah STUDI PT. BANK TABUNGAN NEGARA KANTOR CABANG MEDAN ” maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Prosedur pengajuan, akad kredit, hingga pelaksanaan perjanjian Kredit Pemilikan Rumah yang dilaksanakan pada Bank Tabungan Negara Kantor Cabang Medan telah menerapkan prinsip kehati-hatian sebagaimana yang tercantum dalam UU tentang Perbankan UU No. 10 Tahun 1998 pasal 29, Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha dengan prinsip kehati-hatian. Pelaksanaan Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah yang dilaksanakan di Bank Tabungan Negara tetap memperhatikan Peraturan Bank Indonesia, serta peraturan perundang- undangan yang berlaku. 2. Dalam proses pelaksanaan Kredit Pemilikan Rumah di Bank Tabungan Negara terdapat hambatan-hambatan , dimana tidak semua calon debitur Universitas Sumatera Utara yang mengajukan permohonan KPR dapat diterima tetapi ada juga yang ditolak, karena banyak tahapan yang harus dilalui oleh debitur. Bila debitur tidak lulus tahapan itu atau tidak memenuhi syarat maupun prosedur yang telah ditetapkan, maka permohonannya akan ditolak. 3. Prinsip kehati-hatian yang diterapkan di Bank Tabungan Negara adalah Prinsip Good Corporate Governance GCG, maksudnya adalah prosedur pemberian fasilitas pembiayaan kredit sesuai dengan aturan dan prosedur yang berlaku di Bank Tabungan Negara. Perseroan menerapkan prinsip-prinsip dasar GCG yang mencakup transparency, accountability, responsibility, independency dan fairness TARIF, dengan keyakinan bahwa hal ini akan menjamin terciptanya keseimbangan bisnis secara paripurna menyeluruh 360 derajat sehingga segenap bentuk kepentingan, baik bisnis maupun sosial, individu dengan kelompok, internal juga eksternal, jangka pendek dan jangka panjang serta kepentingan shareholders dan stakeholders akan menuju pada titik keseimbangan.

B. Saran