56
BAB III TINJAUAN TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN BANK
DALAM PERJANJIAN KREDIT
A. Pengertian Prinsip Kehati-hatian
Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali.keyakinan tersebut
diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan
keyakinan tentang nasabahnya, seperti melalui prosedur penilaian yang benar- benar dan sungguh-sungguh.
46
Prinsip kehati-hatian prudent banking principle adalah suatu asas atau prinsip yang menyatakan bahwa dalam menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya
wajib bersikap hati-hati prudent dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan padanya.
47
Hal ini juga disebutkan dalam pasal 2 UU Nomor 10 Tahun 1998 bahwa perbankan Indonesia melakukan usahanya berdasarkan
demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Apa yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian, oleh UU Perbankan sama
sekali tidak dijelaskan, baik pada bagian ketentuan maupun dalam penjelasannya. UU Perbankan hanya menyebutkan istilah dan ruang lingkupnya saja
sebagaimana dijelaskan dalam pasal 29 ayat 2, 3, dan 4. Dalam bagian akhir ayat 2 misalnya disebutkan bahwasanya bank wajib melaksanakan usaha sesuai
46
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, 2015, Jakarta : Rajawali Pers, hlm, 136
47
Rahmadi Usman, 2001, Op.cit., hlm. 18
Universitas Sumatera Utara
dengan prinsip kehati-hatian. Dalam pengertian, bank wajib untuk tetap senantiasa memelihara tingkat kesehatan bank, kecukupan modal, kualitas aset, kualitas
manajemen, likuiditas, rentabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank.
48
Tujuan diberlakukannya prinsip kehati-hatian tidak lain adalah agar bank selalu dalam keadaan sehat, dengan kata lain agar selalu dalam keadaan likuid dan
solvent.
49
Prinsip kehati-hatian harus dijalankan dengan kewajiban bank agar tidak merugikan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada
masyarakat, yaitu sebagai bagian dari moneter yang menyangkut kepentingan semua anggota masyarakat yang bukan hanya penyimpan dana dari bank itu saja.
50
B. Prinsip Kehati-hatian dalam UU Perbankan
Prinsip kehati-hatian adalah salah satu konkretisasi dari prinsip kepercayaan dalam suatu pemberian kredit.
51
Ketentuan mengenai prinsip kehati-hatian ini terdapat dalam pasal 2 UU No. 10 Tahun 1998, dikemukakan bahwa Perbankan
Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Dari ketentuan ini, menunjukkan bahwa
prinsip kehati-hatian adalah salah satu asas terpenting yang wajib diterapkan atau dilaksanakan oleh bank dalam menjalankan kegiatan usahanya.
48
Dwi Santi Wulanadri, Prinsip Kehati-hatian dalam Pemberian Kredit Studi Bank Central Asia Cilegon, Tesis pada Program Studi Magister Kenotariatan Program Pascasarjana
Unive sitas Diponegoro,2009. Hlm. xxix
49
Hemansyah, Op.cit, hlm. 18
50
Rahmadi Usman, 2001, Op.cit., hlm. 19
51
Rudyanti Dorotea Tobing, Hukum Perjanjian Kredit, 2015, Yogyakarta : Laksbang Grafika. Hlm, 185
Universitas Sumatera Utara
Prinsip kehati-hatian tersebut mengharuskan pihak bank untuk selalu berhati-hati dalam menjalankakegiatan usahanya, dalam arti harus selalu
konsisten dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan di bidang perbankan berdasarkan profesionalisme dan itikad baik.
52
Selain pasal 2 UU No. 10 Tahun 1998, terdapat juga ketentuan tentang prinsip kehati-hatian dalam pasal 29 ayat 2 UU No. 10 Tahun 1998. Berdasarkan
pasal 29 ayat 2 diatas maka tidak ada alasan apapun juga bagi pihak bank untuk tidak menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kegiatan usahanya dan
wajib menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian dalam rangka melakukan kegiatan usahanya harus senantiasa berdasarkan kepada peraturan perundang-undangan
yang berlaku sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
53
Pasal 29 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan sebagai berikut :
54
1. Ayat 2 : Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan
ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek-aspek lain yang berhubungan dengan
usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha dengan prinsip kehati- hatian.
2. Ayat 3 : Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajbi menempuh
52
Hermansyah, Op.cit. hlm, 135
53
Ibid
54
Try Widyon, Agunan Kredit Dalam Financial Engineering, 2009, Bogor : Ghalia Indonesia. Hlm, 101-102
Universitas Sumatera Utara
cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada bank.
3. Ayat 4 : Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi
mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.
4. Ayat 5 : Ketentuan yang wajib dipenuhi bank sebagaimana dimaksud
dalam ayat 2, ayat 3, dan ayat 4, ditetapkan oleh Bank Indonesia. Ketentuan yang diatur dalam pasal 29 ayat 2 tersebut, khususnya berkaitan
dengan prinsip kehati-hatian, dijabarkan kembali dalam bentuk peraturan, antara lain :
55
1. Peraturan BI No. 74PBI2005, 20 Januari 2005 tentang prinsip kehati-
hatian dan Aktivitas Sekurisasi Aset bagi Bank Umum. 2.
Peraturan BI No. 510PBI2003, tentang prinsip kehati-hatian dalam Rangka Penyertaan Modal.
3. Peraturan BI No. 47PBI2002, 27 Sepetember 2002, tentang prinsip
kehati-hatian dalam Rangka Pembelian Kredit Oleh Bankdari BPPN. Pengaturan prinsip kehati-hatian saat ini sudah cukup banyak, bahkan
sudah seringkali direvisi, baik setelah lahirnya UU Nomor 7 Tahun 1992 maupun ketika pemerintah mengundangkan UU Nomor 10 Tahun 1998. Regulasi tersebut
55
Ibid
Universitas Sumatera Utara
sebagian besar diwujudkan dalam bentuk Surat Edaran dan SK Direksi Bank Indonesia. Aturan-aturan tersebut misalnya :
56
1. SK BI 3011KEPDIR1997, tentang tata cara penilaian tingkat
kesehatan bank 2.
SK BI 3012KEPDIR1997, tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan Bank Perkreditan Rakyat
3. SK BI 3046KEPDIR1997, tentang pembatasan pemberian kredit
oleh bank umum untuk pembiayaan pengadaan dan atau pengolahan tanah
4. SE BI 3116UPPB1998 tentang batas maksimum pemberian kredit
bank umum 5.
SK BI 31177KEPDIR tentang batas maksimum pemberian kredit bank umum
6. SE BI 3117UPPB1998 tentang posisi devisa neto bank umum
7. SE BI 3118UPPB1998 tentang pemantauan likuiditas bank umum
8. SK BI 31179KEPDIR tentang pemantauan likuiditas bank umum
9. SK BI 31148KepDIR1998 tentang pembentukan penyisihan
10. Penghapusan aktiva produktif 10. SK BI 31147KEPDIR1998
tentang kualitas aktiva produktif 11.
SK BI 331178KEPDIR1998 tentang posisi devisa neto bank umum
56
Mulhadi, Prinsip Kehati-hatian Prudent Banking Principle Dalam Kerangka Perbankan Di Indonesia,USU Repository, 2005
Universitas Sumatera Utara
12. Peraturan BI 216PBI2000 tentang perubahan SK Direksi BI
31177KEPDIR1998 tentang batas maksimum pemberian kredit 13.
Peraturan BI 321PBI2001 tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank
14. Peraturan BI 322PBI2001 tentang transparansi kondisi keuangan
bank 15.
Peraturan BI 625PBI2004 tentang rencana bisnis bank umum 16.
Peraturan BI 74PBI2005 tentang prinsip kehati-hatian dalam aktivitas sekuritisasi asset bagi bank umum
17. Dll
C. Pentingnya Prinsip Kehati-hatian dalam Perjanjian Kredit