1. Awalan me-
Awalan me- berfungsi membentuk kata kerja verba, kata sifat ajektiva, dan interogativa. Awalan ini mengalami proses morfofonemik berupa:
“a. pengekalan fonem; b. penambahan fonem; dan c. peluluhan fonem.”
17
a. Pengekalan fonem
Pengekalan ini hanya dapat terjadi bila bentuk kata dasarnya diawali dengan konsonan r, l, w, y, m, n, ng, dan ny. Contoh: merona, melawan,
mewujud, meminum, menunggu, menganga, menyala. b.
Penambahan fonem Penambahan yang dilakukan adalah dengan menyelipkan fonem
nasal m, n, ng, dan nge. Fonem m ditambahkan bila bentuk dasarnya
dimulai dengan konsonan b dan f. Contoh: membawa, memfosil.
Penambahan fonem n bila bentuk kata dasarnya dimulai dengan konsonan
d. Contoh: mendaur, mendorong. Penambahan fonem ng bila bentuk kata
dasarnya dimulai dengan kosonan dan vokal g, h, kh, a, i, u, e, dan o.
Contoh: menggusur, mengharap, mengkhitan, mengangkat, mengintip, mengungkap. Penambahan fonem nge bila bentuk kata dasarnya tiga huruf
saja. Contoh: mengetik, mengecat.
c. Peluluhan fonem
Ini terjadi bila awalan me- diimbuhkan pada kata dasar yang diawali
dengan konsonan k, t, s, p. Contoh: mengutip, menawar, menyambut, memukul.
17
Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia Pendekatan Proses Jakarta: Rineka Cipta, 2008, Cet. ke-1, hlm. 47.
2. Awalan di-
Tiap kata dasar yang digabung awalan atau prefiks di- tidak mengalami perubahan bentuk. Karena awalan ini tidak mengalami proses
morfofonemik yang serumit awalan me-, ber-, pe-, per-, dan ter-. Awalan di- berfungsi memasifkan verba berawalan me-. Dengan kata lain, awalan di- sebagai
kata kerja pasif yang dapat diubah menjadi kata kerja aktif dengan menggantinya dengan awalan me-.
“Afiks di- hanya memiliki satu fungsi, ialah membentuk kata kerja pasif, berbeda dengan afiks meN- yang mempunyai fungsi membentuk kata
kerja aktif., sedangkan maknanya ialah menyatakan makna[sic] „suatu perbuatan yang pasif‟.”
18
Misalnya:
dimakan memakan
digunting menggunting
dimarahi memarahi
digantikan menggantikan
Awalan di- jarang dirangkaikan dengan kata benda, kata bilangan, kata sifat dalam konteks kalimat tertentu. Hal tersebut dikarenakan akan terdengar
rancu jika dirangkaikan. Seperti pada contoh berikut ini: -
“Batu-batu disusun supaya dirumah.
-
Kata orang, tanah itu akan ditinggi.
-
Karena ingin segera sampai, lari mereka dicepat.
-
Kayu itu diketam akan dikecil.”
19
Jika ingin merangkaikannya dengan kata benda, kata sifat, dan kata bilangan, maka awalan di- harus dirangkaikan juga dengan imbuhan lainnya,
18
M. Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif Yogyakarta: CV. Karyono, 2001, Cet. ke-12, hlm. 116
—117.
19
Sudarno dan Eman A. Rahman, Kemampuan Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi Jakarta: PT. Hikmat Syahid Indah, 1986, hlm. 36.