Jenis-jenis Awalan Penguasaan kata depan di, ke ada awalan di-, ke dalam peragraf narsi siswa kelas X semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 di Madrasah Aliyah Annajah Jakarta

2. Awalan di- Tiap kata dasar yang digabung awalan atau prefiks di- tidak mengalami perubahan bentuk. Karena awalan ini tidak mengalami proses morfofonemik yang serumit awalan me-, ber-, pe-, per-, dan ter-. Awalan di- berfungsi memasifkan verba berawalan me-. Dengan kata lain, awalan di- sebagai kata kerja pasif yang dapat diubah menjadi kata kerja aktif dengan menggantinya dengan awalan me-. “Afiks di- hanya memiliki satu fungsi, ialah membentuk kata kerja pasif, berbeda dengan afiks meN- yang mempunyai fungsi membentuk kata kerja aktif., sedangkan maknanya ialah menyatakan makna[sic] „suatu perbuatan yang pasif‟.” 18 Misalnya: dimakan memakan digunting menggunting dimarahi memarahi digantikan menggantikan Awalan di- jarang dirangkaikan dengan kata benda, kata bilangan, kata sifat dalam konteks kalimat tertentu. Hal tersebut dikarenakan akan terdengar rancu jika dirangkaikan. Seperti pada contoh berikut ini: - “Batu-batu disusun supaya dirumah. - Kata orang, tanah itu akan ditinggi. - Karena ingin segera sampai, lari mereka dicepat. - Kayu itu diketam akan dikecil.” 19 Jika ingin merangkaikannya dengan kata benda, kata sifat, dan kata bilangan, maka awalan di- harus dirangkaikan juga dengan imbuhan lainnya, 18 M. Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif Yogyakarta: CV. Karyono, 2001, Cet. ke-12, hlm. 116 —117. 19 Sudarno dan Eman A. Rahman, Kemampuan Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi Jakarta: PT. Hikmat Syahid Indah, 1986, hlm. 36. seperti pada contoh: dibukukan, diperkecil, dipercepat, ditinggikan, dan lain-lain. Berikut ini merupakan kunci mudah dalam penulisan awalan di-: awalan di- + kata kerja penulisan diserangkaikan Bagan 2. Kunci mudah penulisan awalan ‘di-‘ 3. Awalan ber- Pada awalan ber-, terdapat tiga proses pengimbuhan di antaranya: a. Penghilangan fonem. Contoh: be[r]kerja, be[r]serta, dan lain-lain. b. Perubahan fonem. Awalan ber- bila diikuti oleh kata dasar tertentu, maka akan mengalami perubahan fonem menjadi bel-. Contoh: belajar. c. Pengekalan fonem. Contoh: bersama, berdua, berharap, dan lain-lain. 4. Awalan ke- Pada umumnya, awalan ke- melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata bilangan, misalnya keempat, kelima, keenam, ketujuh, dan seterusnya. Ada juga yang melekat pada bentuk dasar yang bukan kata bilangan, ada tetapi jumlahnya terbatas, ialah kehendak, ketua, kekasih, dan ketahu. Awalan ke- berfungsi membentuk kata kerja verba, kata benda nomina, dan kata bilangan numeralia. Pada kata kehendak, ketua, dan kekasih, awalan ke- berfungsi membentuk kata nomina; pada kata kedua, ketiga, dan seterusnya, awalan ke- berfungsi membentuk kata numeralia; pada ketahu, awalan ke- berfungsi membentuk pokok kata, yang terdapat pada kata mengetahui, diketahui, dan pengetahuan; sedangkan fungsi verba dalam awalan ke- hanya terdapat pada ragam bahasa tidak baku, seperti kebaca, kebawa, ketabrak, dan lain-lain. Awalan ke- mempunyai dua makna, yaitu: a. Menyatakan kumpulan yang terdiri dari jumlah yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya: a. kedua orang: bermakna „kumpulan yang terdiri dari dua orang‟ b. ketiga orang: bermakna „kumpulan yang terdiri dari tiga orang‟ c. keempat pasang: bermakna „kumpulan yang terdiri dari empat pasang‟ b. Menyatakan urutan Berikut ini merupakan kunci mudah dalam penulisan awalan ke-: awalan ke- + kata kerja penulisan diserangkaikan awalan ke- + kata bilangan Bagan 3. Kunci mudah penulisan awalan ‘ke-‘ 5. Awalan ter- Awalan ini berfungsi membentuk kata kerja pasif dan kata sifat. Hal yang bermakna „tidak sengaja melakukan‟, seperti tertidur, termakan, terbawa, dan lain-lain. Pada kata sifat, awalan ter- member ikan makna „paling‟, seperti tercantik, terpandai, terbawah, dan lain-lain. 6. Awalan pe- Awalan ini berfungsi membentuk kata benda nomina dan pada umumnya menyatakan makna „yang biasapekerjaannyagemar melakukan pekerjaan yang tersebut dalam kata dasa r‟. Contohnya: petani, petinju, pedagang, dan lain-lain. Afiks pe- pada umumnya bertalian dengan kata kerja berafiks ber-: pedagang bertalian dengan berdagang, pejuang bertalian dengan berjuang, dan lain-lain. 7. Awalan per- Awalan ini berfungsi membentuk kata benda nomina dan pokok kata. Awalan per- yang membentuk kata nomina “hanya terdapat pada kata pelajar dan pertapa .” 20 Awalan per- yang membentuk pokok kata, biasanya berupa kata sifat, seperti: perbanyak, perjelas, perpanjang, dan lain-lain; kata bilangan, seperti: perempat, perlima, dan lain-lain; kata nomina, seperti: perbudak, peristri, dan lain-lain. 8. Awalan se- “Pemberian prefiks se- pada semua dasar ajektiva memberi makna gramatikal „sama dasar dengan nomina yang mengikutinya‟.” 21 Contoh: sepintar, semurah, sehijau, dan lain-lain.

F. Paragraf Narasi

Sebelum membahas tentang paragraf narasi, perlu juga kita mengetahui tentang seluk-beluk paragraf. Kata paragraf diserap ke dalam bahasa Indonesia dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu paragraph. Kata paragraph tersebut dibentuk dari suatu kata dalam bahasa Yunani, yakni para- yang berarti „sebelum‟ dan –grafien „menulis, menggores‟. Dalam bahasa Indonesia, terdapat banyak pengertian tentang paragraf, di antaranya: 1 “paragraf adalah seperangkat kalimat yang 20 Ibid., hlm. 132. 21 Ibid., hlm. 170. membicarakan suatu gagasan atau topik.” 22 2 “paragraf bukan seke[sic]dar kumpulan kalimat.” 23 3 “paragraf merupakan bagian karangan yang terdiri atas beberapa kalimat yang berkaitan secara utuh dan padu serta membentuk satu kesatuan pikiran.” 24 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut paragraf adalah sekumpulan kalimat yang terdiri dari satu kalimat topik atau gagasan dan beberapa kalimat penjelas yang saling padu, dan berkaitan satu sama lainnya. Di atas dipaparkan bahwa kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan memiliki keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut. Namun, terdapat juga paragraf yang hanya terdiri dari satu kalimat. “Paragraf satu kalimat ini dapat dipakai sebagai peralihan antarparagraf, sekaligus memperbesar efek dinamika bahasa.” 25 Namun demikian, untuk memperoleh ide yang utuh dan lengkap, paragraf hendaklah dibentuk dari sekelompok kalimat yang saling berkaitan dan padu dalam mengembangkan satu gagasan.

G. Fungsi Paragraf

Paragraf bukan hanya sekadar sebuah tulisan yang dituangkan oleh penulisnya. Paragraf juga mempunyai fungsi tertentu. Sebagaimana yang 22 E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi Jakarta: Akademika Pressindo, 2009, Cet. ke-10, hlm. 115. 23 Mahmudah Fitriyah dan Ramlan Abdul Gani, Pembinaan Bahasa Indonesia Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007, Cet. ke-1, hlm. 129. 24 Niknik M. Kuntarto, Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir Jakarta: Mitra Wacana Media, 2010, Cet ke-8, hlm. 153. 25 Alek A. dan Achmad H. P., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi Jakarta: Kencana, 2010, Cet. ke-1, hlm. 208. dituliskan oleh Alek A. dan H. Achmad H. P., paragraf memiliki beberapa fungsi sebagai berikut: 1. “Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis dalam suatu kesatuan. 2. Menandai peralihan pergantian gagasan baru bagi karangan yang terdiri dari beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran. 3. Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis dan memudahkan pemahaman bagi pembacanya. 4. Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil. 5. Memudahkan pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri dari beberapa variabel.” 26

H. Syarat Paragraf yang Baik

Agar memperoleh paragraf yang baik, seorang penulis dituntut untuk memperhatikan syarat-syarat paragraf yang baik. Syarat-syarat itu di antaranya: 1. Kesatuan Kesatuan paragraf merupakan salah satu unsur yang membangun sebuah paragraf. Kesatuan dalam parag raf, yaitu “semua kalimat yang membina paragraf itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, [sic] suatu tema tertentu.” 27 Kesatuan ini maksudnya di dalam satu paragraf hanya terdiri dari satu topik saja yang berupa kalimat utama dan juga terdapat beberapa kalimat penjelas. Topik tersebut diungkapkan di dalam sebuah kalimat utama yang berada di awal atau akhir atau gabungan keduanya. Kalimat utama tersebut makin diperjelas oleh beberapa kalimat lain yang disebut kalimat penjelas. Contoh: 26 Ibid, hlm. 209. 27 Alek A. dan Achmad H. P., op.cit. hlm. 214.