Syarat Paragraf yang Baik

manusia sudah membutuhkan ibu-bapaknya sebagai tempat bergantung. Ketika dapat berkomunikasi dengan lingkungan sosial, manusia memerlukan masyarakat luas untuk bersosialisasi.” 31 b. Penggunaan kata ganti Kata ganti adalah kata yang dapat menggantikan nomina atau frase, misalnya dia, beliau, saya, engkau kata ganti orangpronomina persona, itu, ini, di sana, di sini, di situ kata ganti penunjukpronomina demonstratif, - nya, -ku, -mu kata ganti sasaranpronomina objektif. c. Penggunaan konjungsi transisi kalimat Konjungsi antarkalimat adalah “kata penghubung yang digunakan pengarang untuk menyambungkan ide satu kalimat dengan ide kalimat lain dalam paragraf, baik menyambungkan antara kalimat utama dengan kalimat penjelas, maupun antara kalimat dengan kalimat penjelas.” 32 Berikut ini contoh paragraf yang padu: “David Beckham adalah seorang pemain sepak bola yang sukses. Buktinya, suami Victoria Beckham ini selalu bergelimang kekayaan dan kepopuleran. Walaupun masih terikat kontrak dengan real Madrid sampai Juni 2007, mantan kapten Timnas Inggris ini sudah mengumumkan secara resmi kepindahannya ke LA Galaxy di liga Amerika Serikat. Bahkan, pemain yang memiliki tendangan jarak jauh yang mematikan lawan ini sudah meneken kontrak transfer 250 juta dolar AS. Selain menerima gaji 250 euro per tahun hingga Juni 2007 dari Real Madrid, ia juga akan menerima 250 juta dolar AS dari LA Galaxy. Akibat pemberitaan ini, lelaki yang pernah berselisih dengan pelatihnya di Manchester United ini mendapatkan banyak kritikan dan laporan tidak sedap tentang dirinya di berbagai media masa, tetapi ayah dari Brooklyn, Romeo, dan Cruz ini tetap menjadi pemain sepak bola yang terpopuler dan menjadi buah bibir di jagat persepakbolaan dunia.” 33 31 Mahmudah Fitriyah dan Ramlan Abdul Gani, op. cit., hlm. 130. 32 Ibid., h. 131. 33 Ninik M. Kuntarto, op. cit., hlm. 155. 3. Kelengkapan Sebuah paragraf dikatakan lengkap apabila di dalamnya terdapat kalimat-kalimat penjelas secara lengkap untuk menunjuk pokok pikiran atau kalimat utama. Ciri-ciri kalimat penjelas, yaitu berisi penjelasan berupa rincian, keterangan, contoh, dan lain-lain. Selain itu, kalimat penjelas berarti apabila dihubungkan dengan kalimat-kalimat di dalam paragraf. Kalimat penjelas memerlukan kata penghubung, baik kata penghubung intrakalimat maupun kata penghubung antarkalimat. Contoh: “Indonesia adalah negeri pahlawan, sosok yang dikagumi karena keberaniannya berkorban bagi bangsa. Pada masa prakemerdekaan pahlawan dituntut memiliki keberanian membela kaum terjajah dan menantang kaum penjajah. Berbeda dengan pahlawan pada prakemerdekaan, pahlawan yang diperlukan di masa pascakemerdekaan adalah pahlawan kebajikan, pahlawan-pahlawan kehidupan. Pahlawan akan dikenang bukan karena berani mati, melainkan juga karena mengabdi hidup demi kesejahteraan bangsa.” 34 4. Pengembangan Sebelumnya dijelaskan bahwa paragraf memiliki kalimat utama dan kalimat penjelas. Sebuah kalimat utama yang berisi suatu topik tidak akan menjadi sebuah paragraf bila tidak dikembangkan dengan kalimat penjelas dalam bentuk berupa contoh, alasan, angka- angka, atau lainnya. “Memberi perincian, penjelasan, penjabaran, terhadap kalimat utama itulah yang dmaksud dengan pengembangan paragraf.” 35 34 Ibid., hlm. 160 —161. 35 Sudarno dan Eman A. Rahman, Terampil Berbahasa Indonesia Jakarta: PT. Hikmat Syahid Indah, t.t, hlm. 126. 5. Bahasa yang baik dan benar Paragraf dapat disebut sebagai alat utama sebuah karangan, sedangkan paragraf menjadikan bahasa sebagai alat utamanya. Agar dapat membentuk suatu paragraf yang memenuhi syarat, hendaklah menggunakan bahasa yang baik dan benar. Bahasa yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai norma kemasyarakatan yang berlaku, dalam arti pemakaiannya sesuai dengan situasi, sedangkan bahasa yang benar ialah bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Jadi, bahasa yang baik yang benar, yaitu “bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku.” 36

I. Jenis-jenis Paragraf

Berdasarkan sifat dan tujuannya, paragraf dapat dibedakan atas: 1. Paragraf pembuka Paragraf pembuka harus dapat menarik minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan disajikan di paragraf selanjutnya. Karena paragraf pembuka merupakan pengantar untuk sampai ke pembicaraan inti. Salah satu cara menarik perhatian pembaca, yakni dengan mengutip pernyataan dari tokoh terkenal, kutipan itu tentu saja yang membangun, dan merangsang minat pembaca. Berikut ini merupakan contoh paragraf pembuka: 36 E. Zaenal Arifin dan Farid Hadi, 1001 Kesalahan Berbahasa Jakarta: Akademika Pressindo, 2009, Cet. ke-4, hlm. 11 —12. “Psikolog Jhon Powell pernah mengatakan, manusia bisa berbagi perasaa, pikiran, bahkan berbagi tubuh. Namun, sering sekali proses berbagi ini tidak selalu sungguh-sungguh memberikan penyatuan sejati yang membahagiakan antarmanusia….” 37 2. Paragraf penghubung Paragraf ini disebut juga paragraf pengembang. Paragraf penghubung terletak antara paragraf pembuka dan paragraf terakhir sekali di dalam bab atau anak bab. Paragraf ini mengembangkan pokok pembicaraan yang akan dikemukakan. Paragraf dapat dikembangkan dengan cara ekspositoris, deskriptif, naratif, dan argumentatif. Contoh: “Sebaliknya, tidak adanya komunikasi perasaan menciptakan keterpisahan dan keterkucilan. Keterpisahan dan keterkucilan inilah yang akan membelitkan rasa nyeri dan penderitaan. Penderitaan dan rasa nyeri amat kondusif untuk memunculkan iri hati dan dendam. Lebih dari itu, penderitaan dan iri hati akan memicu berbagai masalah lain, semisal perseteruan, kecurigaan, dan keputusasaan. Akumulasi berbagai perasaan itu lama-kelamaan menjadi gunung dendam yang setiap saat bisa meledak dalam wujud tindak kekerasan dan agresif yang destruktif.” 38 3. Paragraf penutup Paragraf penutup adalah “paragraf yang terdapat pada akhir karangan. Pada umumnya, paragraf penutup berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dikemukakan pada bagian- bagian sebelumnya.” 39 Contoh: “Dalam keseharian bisa dilihat dengan jelas problem hubungan antarinsan oleh karena tipisnya komunikasi perasaan. Baik pada tataran relasi antarteman, relasi suami-istri, relasi pemimpin dan anak buahnya, bahkan pada tataran relasi masyarakat luas, bangsa, dan negara.” 40 37 Iis Wiati, Bahasa dan Sastra Indonesia: program Studi Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Sosial untuk SMA Kelas XII Depok: Arya Duta, 2005, Cet. ke-1, hlm. 27. 38 Iis Wiati, op. cit., hlm. 28. 39 Alek A. dan Achmad H. P., op. cit., hlm. 210 —213. 40 Iis Wiati, loc. cit. Adapun berdasarkan letak topiknya, paragraf digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu: a. Paragraf deduktif Paragraf deduktif memiliki kalimat utamagagasan utama yang diletakkan di awal paragraf. Contoh: “Tugas yang diemban Pak Slamet ini tidak ringan. Pak Slamet harus siap 24 jam. Ia harus siap dihubungi kapan dan di mana saja. Sore itu ketika beberapa karyawan berbenah diri untuk pulang, Pak Slamet masih dengan tegar mondar-mandir di kantornya sambil mengontrol gangguan-gangguan yang mungkin terjadi. Karena tugasnya tersebut, Pak Slamet sering pulang pukul 22.00 WIB.” 41 b. Paragraf induktif Paragraf induktif memiliki kalimat utamagagasan utama yang diletakkan di akhir paragraf. Contoh: “Sebenarnya, masa penyesuaian dengan pekerjaan akan lebih cepat pada perusahaan yang menyiapkan masa orientasi atau perkenalan bagi karyawan barunya. Namun, jika tidak ada orientasi, kumpulkanlah sebanyak mungkin informasi yang bersifat membantu masa penyesuaian dengan pekerjaan. Misalnya, melalui rekan-rekan, bisa saja mengumpulkan nama dan kontak karyawan yang memiliki keterampilan khusus. Jadi, ketika mulai bekerja menjumpai hambatan, bisa menghubungi lebih dari satu orang untuk menjawab semua masalah yang muncul. ” 42 c. Paragraf campuran deduktif-induktif Paragraf campuran memiliki kalimat utamagagasan utama yang diletakkan di awal dan akhir paragraf. Kalimat utama di awal paragraf berfungsi sebagai pembuka ide yang akan diikuti uraian berupa contoh, kejadian, atau perincian khusus tentang pikiran utama. Kemudian pikiran utama itu ditegaskan 41 E. K. Djuharmie dan Asep Juanda, Bahasa Indonesia untuk SMA Kelas XI Bogor: Regina, 2005, Cet. ke-1, hlm. 22. 42 Ibid., hlm. 23. lagi pada akhir paragraf dengan menggunakan kalimat yang tidak sama dengan kalimat utama pertama. Contoh paragraf campuran: “Antara dan berpikir ada hubungan yang erat. Berbahasa ialah menyatakan yang dipikir, dirasa, atau dikehendaki. Bila orang belajar berbahasa, ia belajar berpikir lebih baik dan lebih halus. Sebaliknya orang berpikir bermakna ia menambah kosa kata serta menggunakannya secara teratur. Kemajuan bahasa adalah juga kemajuan dalam berpikir. Bahasa dan berpikir berkembang bersama- sama. Oleh karena itu, bahasa dan berpikir tidak dapat dipisah- pisahkan. ” 43 Jika dilihat dari isinya, paragraf dibagi menjadi lima, di antaranya: 1 Eksposisi paparan Paragraf eksposisi merupakan suatu bentuk tulisan memaparkan suatu informasi agar dapat memperluas wawasan dan pengetahuan pembaca. Tulisan eksposisi ini bersifat tidak memaksa pembacanya. Jenis paragraf eksposisi dapat dibaca dalam tulisan opini, tips, maupun berita. Contoh: “Khasiat Rebusan Angkak Angkak adalah suatu jenis tumbuhan dari Cina yang memiliki menfaat untuk tubuh, di antaranya menurunkan tekanan darah dan menaikkan jumlah trombosit bagi penderita demam berdarah. Angkak tersebut dapat digunakan dengan cara: a. Siapkan butiran angkak yang banyak dijual di supermarket; b. Rebus dua gelas air ditambah setengah sendok teh angkak dan tunggu hingga mendidih; c. Setelah mendidih, matikan kompor dan saring air rebusan itu; d. Tunggu hingga hangat dan siap diminum. Khasiat rebusan angkak itu dapat dirasakan kira-kira setelah dua kali meminumnya. Selamat mencoba” 44 43 Sudarno dan Eman A. Rahman, Terampil Berbahasa Indonesia Jakarta: PT. Hikmat Syahid Indah, t.t, hlm. 130. 44 Utami Setiawati Darmadi, “Khasiat Rebusan Angkak”, artikel ini diakses pada 26 Mei 2011, pukul 20.20 WIB dari http:utamiindonesia.blogspot.com 2 Persuasi ajakan Paragraf persuasi berusaha meyakinkan pembaca agar melakukan sesuatu yang diingini oleh penulis. Persuasi dapat dijumpai dalam tulisan iklan penawaran, iklan layanan masyarakat, iklan pendidikan, maupun politik. Contoh: “Salah satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi saluran pernapasan akut ISPA. Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi makanan yang bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu, kita perlu istirahat yang cukup, tidak merokok, dan rutin berolahraga.” 45 3 Argumentasi Paragraf argumentasi merupakan suatu bentuk tulisan yang berusaha memengaruhi pembaca dengan cara menggabungkan fakta-fakta yang didapat dengan pendapat penulis. Argumentasi bertujuan membuat pembaca menyetujui pendapat penulis tentang topik yang dituliskannya. Contoh: “Jangan berani membandingkan antara perpustakaan yang dimiliki oleh beberapa instansi, sekolah, perguruan tinggi, maupun perpustakaan pusat dengan perpustakaan yang ada di perpustakaan [sic] di Inggris. Mengapa? Hal ini akan membuat kita sedih. Bagaimana tidak, perpustakaan Inggris selalu dibanjiri oleh para pembaca karena koleksi bacaan yang dimilikinya. Sementara beberapa perpustakaan di negeri kita masih perlu pembenahan, baik dalam hal pengayaan koleksi maupun pelayanan yang ada. Yang lebih menyedihkan, di perpustakaan Inggris ini ditemukan berbagai naskah yang juga sangat pantas ada di perpustakaan Indonesia, salah satunya sebuah repsoduksi 510 gambar arkeologis. Adakah perpustakaan di Indonesia yang memiliki koleksi yang sama? 46 4 Deskripsi gambaran atau lukisan Paragraf deskripsi merupakan suatu tulisan yang menggambarkan atau melukiskan sesuatu, baik itu manusia, hewan, keadaan, maupun peristiwa 45 Elvi Susanti, “Argumentasi dan Persuasi”, Handout Mata Kuliah Menulis Lanjut Pertemuan IV dan V, 2011, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, hlm. 6. 46 Iis Wiati, op. cit., hlm.106 —107. serinci-rincinya hingga pembaca seolah-olah melihat, mendengar, dan merasakan hal yang dituliskan penulis. Contoh: “Ruang kelas itu berukuran 8 x 6 m. Cahaya masuk dari arah kiri mahasiswa. Deretan kursi kuliah masing-masing 5 buah ke kiri dan 5 buah ke kanan. Sedangkan dari muka ke belakang dijejerkan masing- masing 8 buah kursi. Meja dan kursi dosen berada di sudut kanan ruang kuliah. Papan tulis yang berukuran 3 x 1,20 m tertempel kokoh pada dinding tembok depan ruang itu.” 47 5 Narasi a Pengertian Narasi Pada umumnya, narasi sering dikaitkan dengan cerita atau kisah. Secara singkat, paragraf narasi berarti tulisan yang berisi cerita. Paragraf narasi merupakan “salah satu jenis paragraf yang mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa berdasarkan urutan waktu .” 48 Atar Semi menyatakan bahwa “narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.” 49 Sedangkan Mahsusi menyatakan bahwa “narasi adalah bentuk karangan yang menceritakan, mengisahkan, atau menyejarahkan.” 50 Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa paragraf narasi adalah salah satu jenis tulisan yang menceritakan secara jelas kepada pembaca tentang suatu peristiwa atau kejadian berdasarkan urutan waktu. 47 Sudarno dan Eman A. Rahman, Terampil Berbahasa Indonesia Jakarta: PT. Hikmat Syahid Indah, t.t, hlm. 135. 48 Muhammad Alfiyansyah, “Paragraf Narasi”, artikel ini diakses pada Minggu, 4 April 2010, pukul 14.32 dari http:www.sentra-edukasi.com201004paragraf-narasi.html 49 Caray, “Karangan Narasi dengan Segala Macamnya”, artikel ini diakses pada Sabtu, 14 Mei 2011, pukul 16.08 WIB dari http:bit.lylH5kuR 50 Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004, hlm. 230. Paragraf narasi memiliki beberapa prinsip, yaitu alur, penokohan, latar, dan sudut pandang. Keempat prinsip tersebut harus ada dalam paragraf, sehingga itu dapat disebut sebagai paragraf narasi. b Jenis-jenis Narasi a Narasi Ekspositoris Narasi ekspositoris merupakan salah satu jenis narasi yang menceritakan peristiwa yang benar-benar terjadi. Misalnya, cerita perjuangan pahlawan, riwayat atau laporan perjalanan, biografi, dan autobiografi. Narasi ekspositoris bersifat fakta yang disajikan dengan bahasa denotatif dan tujuan utamanya bukan menimbulkan daya imajinasi, melainkan menambah pengetahuan pembaca dengan pemaparan yang rasional. “Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan menggugah pikiran pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan.” 51 Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris memersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan kepada pembaca atau pendengar. Runtun kejadian tersebut untuk menyampaikan informasi yang dapat memperluas pengetahuan pembaca atau pendengar, secara lisan maupun tertulis. Contoh narasi ekspositoris: “Melalui tulisan ini, saya ingin bercerita tentang pengalaman saya ketika berada si Korea Selatan pada bulan Oktober 2009. Saat itu, saya dan kelima anggota keluarga lainnya pergi ke Korea Selatan untuk menemani dan kakak lelaki saya yang akan menikahi seorang gadis Korsel tepatnya dari kota Daegu. Sebelum menginjakkan kaki di Daegu, saya singgah sebentar di Seoul karena pesawat yang saya tumpangi mendarat di Inc Cheon International Airport. Saya dan keluarga berada di Daegu selama 8 hari 7 malam. Meski hanya sebentar di sana, namun banyak hal yang dapat 51 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi Jakarta: PT. Gramedia, 2001, Cet. ke-13, hlm. 136. saya pelajari dan teladani dari masyarakat di sana, seperti ketegasan para petugas imigrasi bandara, kebersihan lingkungannya dan kesejukan udara di sana, ketertiban dan kedisiplinan masyarakatnya, ketepatan waktu masyarakatnya, budaya menghormati dan mendahulukan orang yang lebih tua, dan kemandirian Costumer Mc‟Donald Korsel pembeli bukanlah raja.” 52 b Narasi Sugestif Narasi ini menceritakan suatu hasil rekaan, khayalan, atau imajinasi pengarang dan bersifat fiksi. “Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca.” 53 Melalui narasi sugestif, kita dapat menyampaikan peristiwa pada suatu waktu dengan makna tersirat atau tersurat dengan bahasa yang lebih condong ke bahasa figuratif dengan penggunaan kata-kata konotatif. Jenis karangan ini dapat dilihat pada roman, cerpen, hikayat, dongeng, dan novel. Berikut ini contoh narasi sugestif: “Pada zaman dahulu di sebuah kampung di kaki sebuah gunung tersebutlah sepasang suami istri yang sudah lama bertapa untuk memohon kepada Yang Kuasa agar diberi wiji widayat. Berkat kesungguhan serta kesabarannya, maka pada tengah malam, tatkala hujan rintik-rintik membasahi bumi, Yang Kuasa menurunkan mayat Dewi Sri di pangkuan dua makhluk yang teguh iman itu. Mereka disuruh memakamkan mayat Dewi Sri dengan sebaik-baiknya. Makan jangan dibiarkan kering. Dan ternyata pada pagi yang kedelapan kedua suami istri melihat beberapa batang widayat tumbuh di makam itu. Lalu dengan meminta izin kepada Yang Kuasa, kedua suami istri tani tadi mencabut dan menanamkan kembali widayat di sawah. Tiga bulan kemudian ibu dan bapak tani sudah memetik ratussan tangkai widayat. Akhirnya tersebarlah makanan pokok yang kini disebut padi. dari Cerita Rakyat” 54 52 Utami Setiawati Darmadi, “Pengalaman Berharga dari Negeri Ginseng”, artikel ini diakses pada 24 Mei 2011, pukul 19.08 WIB dari http:utamiindonesia.blogspot.com 53 Gorys Keraf, op. cit., hlm. 137. 54 Sudarno dan Eman A. Rahman, Kemampuan Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah,1986, hlm. 156 —157. c Ciri-ciri Narasi Agar dapat dibedakan dengan jenis paragraf lainnya, narasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a “Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan. b Dirangkai dalam urutan waktu. c Berusaha menjawab pertanan “apa yang terjadi?” d Ada konfliks.” 55 d Langkah-Langkah Menulis Narasi Suatu paragraf narasi dapat lebih mudah dibuat jika mengikuti langkah-langkah berikut: a “Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan. b Tetapkan sasaran pembaca. c Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur. d Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita. e Rincian-rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita. f Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.” 56 55 Gorys Keraf, op. cit., hlm. 136. 56 Wikipedia Indonesia, “Narasi”, artikel ini diakses pada Sabtu, 14 Mei 2011, pukul 16.12 WIB dari http:id.wikipedia.orgwikiNarasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. “Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, sebagai lawannya adalah eksperimen di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi .” 1 Tidak seperti penelitian kuantitatif, “penelitian kualitatif [sic] perhatian lebih banyak ditujukan pada pembentukan teori substantif berdasarkan dari konsep- konsep yang timbul dari data empiris.” 2 Proses penelitian kualitatif terbagi menjadi tiga tahap, di antaranya: “1. Tahap orientasi atau deskripsi. Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan ditanyakan. 2. Tahap reduksi atau fokus. Pada tahap ini peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama. 3. Tahap selection. Pada tahap ini peneliti menguraikan fokus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci.” 3 1 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif Bandung: CV. Alfabeta, 2005, Cet. ke-1, hlm. 1. 2 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009, Cet. ke-6, hlm. 35. 3 Sugiyono, op.cit., hlm. 17.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MA Annajah Petukangan Selatan. Sekolah ini berlokasi di sebelah selatan Jakarta, tepatnya di Jalan Ciledug Raya nomor 10 Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Pengumpulan Pengumpulan data penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2011, sedangkan studi dokumenter dilakukan mulai Juli 2011.

C. Objek dan Sampel Penelitian

“Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social situasion” atau situasi sosial.” 4 Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui “apa yang terjadi” di dalamnya. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah para siswa MA Annajah tahun pelajaran 20112012. Sampel ialah “sebagai[sic] bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. ” 5 Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Semester Ganjil di MA Annajah tahun pelajaran 20112012. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purporsive sampling merupakan “teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.” 6 Dalam purposive sampling, “pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui 4 Sugiyono, op. cit., hlm. 49. 5 S. Margono, op. cit., hlm. 121. 6 Sugiyono, op. cit., hlm. 53 —54. sebelumnya. ” 7 Di MA Annajah terdapat dua 2 kelas X, yaitu XA dan XB. Peneliti akan mengambil 50 dari jumlah siswa tiap kelasnya berdasarkan nilai pelajaran Bahasa Indonesia dalam rapor SMPMTs mereka. Jadi, peneliti memilih siswa yang memiliki nilai rata-rata pelajaran Bahasa Indonesia 70-90 dari tiap kelas.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah penting dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data yang akan diteliti. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang melancarkan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dan pengolahan data dengan beberapa teknik, di antaranya: 1. Teknik dokumenter atau studi dokumenter, yaitu “cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain- lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. ” 8 Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan tugas menulis narasi yang telah dikerjakan siswa sampel. 2. Wawancara, yakni “proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan oleh dua orang atau lebih, bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan- 7 S. Margono, op. cit., hlm. 128. 8 Ibid, hlm. 181.