II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan Berwawasan Lingkungan
Pembangunan berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan lingkungan hidup, termasuk sumberdaya manusia dalam
proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Pembangunan berwawasan lingkungan
telah diamanatkan sejak diterbitkannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 diperbaharui dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997. Akan tetapi, perbaikan
kualitas lingkungan hidup masih belum mengalami kemajuan yang berarti bahkan sebaliknya degradasi lingkungan semangkin meningkat. Hal ini ditandai dengan
penurunan kualitas air dan udara serta kerusakan tanah, hutan, flora dan fauna, pantai dan pencemaran laut dengan berbagai implikasinya terhadap masalah sosial.
Permasalahan ini merupakan salah satu cerminan bahwa pembangunan berkelanjutan belum dapat diimplementasikan sebagaimana yang diharapkan.
Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor 44 Tahun 2005 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Sumatera Utara, menyatakan bahwa
luas kawasan hutan di Sumatera Utara seluas ± 3.742.120 τιγα ϕυτα τυϕυη ρατυσ εmπατ puluh dua ribu seratus dua puluh hektar dengan rincian menurut fungsi hutan dengan
luas sebagai berikut: a. Kawasan Suaka AlamKawasan Pelestarian Alam : ± 477.070 Hektar
b. Hutan Lindung :
± 1.297.330 Hektar
Abu HAnifah Lubis : Penyebaran Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae Sebagai Salah Satu Pertimbangan Dalam Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman asional Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, 2010.
c. Hutan Produksi Terbatas :
± 879.270 Hektar d. Hutan Produksi Tetap
: ± 1.035.690 Hektar
e. Hutan Produksi yang dapat dikonversi :
± 52.760 Hektar Jumlah
: ± 3.742.120 Hektar
Oleh sebab itu untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam kaitan implementasi program pembangunan berkelanjutan di daerah secara garis besar perlu
dianalisis tentang zonasi dan kriteria teknis pemanfaatan sumberdaya alam pada suatu ekosistem, pengawasan dan penegakan hukum, serta kelembagaan dan peran serta
masyarakat. Diantara prinsip-prinsip dasar azas yang diamanahkan dalam UU No. 26
Tahun 2007 dalam penyelenggaraan penataan ruang adalah “βερκελανϕυταν” dan “
περλινδυνγαν κεπεντινγαν υmum”. Βerkelanjutan di sini adalah penataan ruang dapat memberikan jaminan bagi kelestarian kemampuan daya dukung sumberdaya
alam dengan memperhatikan kepentingan lahir dan batin antar generasi, sedangkan yang dimaksud dengan “πελινδυνγαν κεπεντινγαν υmυm” αδαλαη πενατααν ρυανγ
diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat. Dengan demikian visi pada aspek keberlanjutan lingkungan hidup environmental sustainability
merupakan salah satu prinsip yang inheren dan pelestarian lingkungan hidup menjadi salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam penataan ruang.
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 juga menegaskan bahwa diantara aspek penting yang harus ada dalam muatan penataan ruang wilayah kabupaten adalah
rencana pola ruang wilayah kabupaten yang salah satunya meliputi kawasan lindung
Abu HAnifah Lubis : Penyebaran Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae Sebagai Salah Satu Pertimbangan Dalam Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman asional Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, 2010.
kabupaten dan penetapan kawasan strategis kabupaten. Salah satu tujuan penataan ruang adalah terselenggaranya pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan dan
pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung yang dimaksudkan sebagai bentuk- bentuk pengaturan pemanfaatan ruang untuk upaya konservasi, rehabilitasi,
penelitian, pendidikan, obyek wisata lingkungan dan pemanfataan yang lestari lainnya Lampiran 7. Sedangkan tujuan pengaturan ruang kawasan lindung sendiri
adalah tercapainya tata ruang kawasan lindung secara optimal dan meningkatnya fungsi kawasan lindung.
Beberapa pokok materi penataan ruang yang terkait dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten RTRWK, yaitu:
1 Penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten mengacu pada Pasal 25
ayat 1a: a.
Rencana tata ruang wilayah nasional dan rencana tata ruang wilayah provinsi.
b. Rencana pembangunan jangka panjang daerah RPJP.
2 RTRW Kabupaten memuat Pasal 26 ayat 1:
a. Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten.
b. Rencana struktur wilayah kabupaten, meliputi sistem perkotaan
di wilayahnya yang terkait dengan kawasan pedesaan dan sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten.
c. Rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan
lindung kabupaten dan kawasan budidaya kabupaten.
Abu HAnifah Lubis : Penyebaran Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae Sebagai Salah Satu Pertimbangan Dalam Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman asional Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, 2010.
d. Penetapan kawasan strategis kabupaten.
e. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi
program utama jangka menengah lima tahunan. f.
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan,
ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi. Salim 1985, merumuskan pola pembangunan berkelanjutan sustainable
development mencakup segi tiga dimensi ekonomi, sosial politik dan lingkungan hidup. Ketiga dimensi ditanggapi secara serentak dalam kebijakan dan pengelolaan
pembangunan. Setiap dimensi punya sasaran kegiatan yang benang merah, pertama adalah sustainabilitas ekonomi, sosial politik dan lingkungan hidup dengan ciri-ciri:
1 Sustainabilitas ekonomi memuat proses ekonomi dan pertumbuhan
produktivitas secara berlanjut steady dengan kapabilitas ekonomi dan pertumbuhan produktivitas yang memperkaya kualitas kehidupan
manusia dengan tolok ukur adalah pertumbuhan, pemerataan dan efisiensi.
2 Sustainabilitas sosial politik, memuat proses perkembangan masyarakat
dengan perimbangan kekuasaan antara penguasa dengan trias politiknya, pengusaha tanpa unsur monopoli, serta masyarakat madani yang berdaya
diri membangun secara mandiri peningkatan kesejahteraan. Tolok ukurnya adalah pemberdayaan, partisipasi, mobilitas sosial, keterikatan
sosial, identitas budaya dan kelembagaan.
Abu HAnifah Lubis : Penyebaran Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae Sebagai Salah Satu Pertimbangan Dalam Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman asional Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, 2010.
3 Sustainabilitas lingkungan memuat keberlanjutan fungsi ekosistem
dalam menopang sistem kehidupan alami menghidupi seluruh komponen lingkungan termasuk manusia. Tolok ukur dimensi ekologi
adalah integrasi ekosistem, daya dukung lingkungan, keanekaragaman hayati dan isu global.
Pemanfaatan sumberdaya di setiap kawasan ruang berdasarkan kriteria teknis dan ekosentris; Pengkajian dampak lingkungan dan upaya pengendalian terhadap
kegiatan yang berdampak penting dengan memperhitungkan azas manfaat, pemerataan dan budaya masyarakat lokal; Pengawasaan dan penegakan hukum, serta
Berfungsinya kelembagaan dan peran serta masyarakat dalam pengendalian dalam lingkungan hidup Perbatakusuma et al, 2005.
2.2. Pengertian Konservasi