Angkola ditemukan di areal ini, namun beberapa jenis belum dapat dipastikan keberadaannya di kawasan Taman Nasional Batang Gadis, dalam hal ini orangutan
Sumatera Pongo abelii dan badak Sumatera Dicerorhinus sumatrensis. Penelitian yang dilakukan oleh Conservation International Indonesia menemukan sekitar 42
spesies mamalia hidup di sana. Taman nasional tersebut juga berperan penting sebagai tempat pengungsianperlindungan untuk mamalia besar Sumatera, termasuk
harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae, kucing hutan Pardofelis marmota, kucing emas Catopuma temmincki, anjing liar asia Cuon alpinus, tapir Tapirus
indicus, beruang madu Helarctos malayanus, kambing gunung Capricornis sumatraensis, rusa sambar Cervus unicolor, kijang Muntiacus muntjac, lima jenis
primata dan dua spesies lain Conservation International, 2004 Lampiran 1.
3.2. Bahan dan Alat-alat Penelitian
Alat yang dipergunakan selama penelitian lapangan adalah: Kamera trap: Deercam, 860 Park Lane, Park Falls, WI 54552 dan Cuddeback Digital, Global
Positioning System GPS, Peta Topografi, Peta Penggunaan Lahan, Peta Landsat ETM+7, Data Curah Hujan, Kompas dan Meteran.
3.3. Teknik Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan untuk mengetahui keberadaan satwa adalah: 1.
Pengamatan langsung: Enam periode survei mamalia besar dilakukan antara bulan Februari dan Juni 2009 di TNBG menggunakan kamera infra merah
Abu HAnifah Lubis : Penyebaran Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae Sebagai Salah Satu Pertimbangan Dalam Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman asional Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, 2010.
tersembunyi sebanyak lima buah Deercam, 860 Park Lane, Park Falls, WI 54552 dan Cuddeback Digital, yang memiliki paket data yang merekam
waktu dan tanggal pada gambar-gambarnya. Kamera diletakkan di tempat yang tinggi seperti di dahan pohon sehingga sinar infrared akan jatuh 45 cm
di atas dasar hutan. Setiap kamera diprogram untuk menunda gambar yang berunutan selama 60 detik dan beroperasi secara terus-menerus seharian.
Kamera akan dibiarkan selama 20 hari sebelum film diambil. Setiap gambar hewan diidentifikasikan sampai ke tingkat spesies. Kami menggunakan nomor
pada gambar spesies sebagai indeks untuk ke kelimpahan relatifnya O’Βριεν et al, 2003. Pemasangan kamera dilakukan di beberapa lokasi di TN Batang
Gadis dan sekitarnya yaitu Sopotinjak, Aek-Nangali, Aek Nabara, Hutagodang Muda, Muara Batang Angkola dan Muara Batang Natal.
2. Pengamatan tidak langsung melalui tanda-tanda berupa suara, jejak kaki,
bekas cakar, kotoran dan tanda-tanda lainnya.
3.4. Metode Pengenalan Jenis
Beragam alat bantu digunakan untuk mengenali jenis-jenis satwa sasaran. Beberapa jenis umum yang menjadi sasaran survei dapat dikenali tanpa banyak
kesulitan. Namun, banyak juga jenis yang lebih langka dan sulit untuk dikenali. Untuk pengamatan langsung binokuler paling banyak digunakan. Selain itu, kamera
digital yang dilengkapi dengan lensa jangkauan jauh juga sangat membantu pendokumentasian keberadaan dan identifikasi suatu jenis satwa. Penemuan jejak
Abu HAnifah Lubis : Penyebaran Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae Sebagai Salah Satu Pertimbangan Dalam Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman asional Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, 2010.
telapak kaki satwa yang sulit diidentifikasi secara langsung maka dilakukan pemotretan dengan skala maupun penjiplakan dengan menggambar langsung pada
sebuah lembaran plastik transparan, sesuai ukuran jejak. Selain itu, alat perekam suara juga digunakan, khususnya untuk mendokumentasikan suara jenis-jenis burung
yang tidak mudah dilihat secara langsung. Beragam panduan pengenalan satwa digunakan untuk mengidentifikasi jenis
yang ditemukan secara langsung maupun tak langsung. Untuk mamalia secara umum digunakan buku Panduan Lapangan Mamalia Payne et al, 2000. Untuk mengenali
beragam jejak mamalia digunakan buku panduan jejak van Strien, 1983 selain lembar panduan identifikasi jejak yang dikeluarkan oleh Wildlife Conservation
Society WCS Thailand.
3.5. Teknik Analisis Data