κm 4 κm κm 4 κm

gambar spesies sebagai indeks untuk ke kelimpahan relatifnya yang mengacu pada O’Βριεν et al, 2003. Gambar 3. Blok Sampling Berukuran 256 km 2 16 x 16 km Terletak di Tengah Taman Nasional Batang Gadis. Blok Dibagi Menjadi 16 Sel Berukuran 16 km 2 4x4 km Variabel Lingkungan Data variabel lingkungan didapatkan dari peta GIS yang dikembangkan oleh laboratorium GIS CII dan peta ketinggian digital SRTM 07 USGS, 2004. Tujuh variabel lingkungan diperoleh melalui ArcGIS 9.1 ESRI, 2005 termasuk 1 Kemiringan derajat, 2 Jarak ke sungai 50 m, 3 Panjang sungai 4 km, 4 Jarak dari tepi hutan ke tengah 50 m, 5 Jarak ke jalan kecamatan km, 6 Jarak ke desa km, dan 7 Ketinggian 50 m. Variabel-variabel ini digunakan sebagai ΒΓΝΠ Προποσεδ Βουνδαρψ 4ξ4 κm χελλ ωιτηιν σαmπλινγ βλοχκσ

0.5 κm 4 κm

ΒΓΝΠ Προποσεδ Βουνδαρψ 4ξ4 κm χελλ ωιτηιν σαmπλινγ βλοχκσ

0.5 κm 4 κm

Abu HAnifah Lubis : Penyebaran Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae Sebagai Salah Satu Pertimbangan Dalam Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman asional Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, 2010. variabel penjelas dan digunakan untuk mengembangkan model prediksi penyebaran harimau. Jebakan Kamera Lima kamera dipasang selama periode Februari–Juli 2009 di lokasi yang di lokasi-lokasi yang ditentukan secara acak dan merupakan kelanjutan dari pemantauan yang dilakukan beberapa tahun sebelumnya yaitu delapan kamera digunakan untuk mensurvei mamalia besar yang dilakukan antara Desember 2005 dan Juli 2006 dengan menggunakan kamera otomatis pasif. Karena adanya masalah logistik, maka tidak dapat mempertahankan proses sampling agar sama pada setiap pengambilan. Dalam situasi seperti ini, penelitian ini lebih difokuskan pada kegiatan pengambilan gambar yang dilakukan di lokasi optimum dengan probabilitas kemungkinan tertinggi penangkapan harimau. Di area di mana jumlah mangsa rendah, seperti hutan hujan primer, kamera bisa disebar dengan jarak 5–10 km Karanth et al, 2002. Hal ini mengarahkan penelitian pada: 1 Perluasan aktivitas sampling hingga 20–30 per hari untuk meningkatkan probabilitas penangkapan, 2 Mengurangi jumlah kamera menjadi 1–2 kamera per sel berukuran 4 x 4 km untuk memperluas area sampling dan dapat meningkatkan kesempatan mencakup ruang lingkup habitat asli harimau. Dengan situasi seperti itu, harus memperhatikan estimasi kepadatan harimau dengan hati-hati dengan pertimbangan asumsi populasi tertutup. Selama penelitian, total 102 film digunakan untuk 32 lokasi Gambar 4. Distribusi film-film tersebut sebagai fungsi ketinggian dan perbandingan antara ketinggian ditampilkan dalam blok dan taman Abu HAnifah Lubis : Penyebaran Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae Sebagai Salah Satu Pertimbangan Dalam Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman asional Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, 2010. nasional pada Gambar 3. Selama penelitian gambar yang tertangkap oleh kamera sebanyak 364 foto hewan dari setidaknya 24 spesies dari jumlah hari penangkapan 1728. Jumlah gambar per spesies untuk harimau dan mangsanya berkisar dari 4 untuk rusa sambar dan 77 beruk. Dan kegiatan penangkapan yang diperlukan untuk mengumpulkan foto setiap spesies berkisar 432 malam untuk rusa sambar dan 22 malam untuk beruk Lampiran 3. Gambar 4. Penyebaran Kamera yang Diletakkan Berdasarkan Ketinggian. Segitiga adalah Jumlah Kamera, Balok Hitam adalah Area Ketinggian di Taman Nasional dan Balok Abu-Abu adalah Area Ketinggian di Blok Sampling Estimasi Populasi Harimau Jumlah foto harimau yang berhasil tertangkap oleh kamera selama periode pengamatan Februari hingga Juli 2009, sebanyak 18 foto pada enam titik pengamatan yang belum dapat diidentifikasi lebih lanjut termasuk yang terulang duplikat; 11 5 10 15 20 25 30 35 500−750 750−1000 1000−1250 1250−1500 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Αρεα Καmερα Abu HAnifah Lubis : Penyebaran Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae Sebagai Salah Satu Pertimbangan Dalam Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman asional Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, 2010. di kiri dan 7 di kanan Lampiran 6. Pada pengamatan sebelumnya, total 20 foto harimau dikumpulkan selama pemantauan, termasuk yang terulang duplikat dan harimau yang tidak teridentifikasi; 10 di kiri dan 10 di kanan. Dari semua itu, satu gambar, yang menangkap sekali setiap sisi, kanan dan kiri, memiliki kualitas gambar yang kurang baik atau tidak teridentifikasi. Jumlah hewan yang unik diidentifikasi dari kiri ke kanan adalah 6 dan kurang lebih 6. Jadi selama pemantauan, minimum 6 dan maksimum 12 harimau tertangkap oleh kamera. Tiga harimau terpotret sisi kanan, dan hanya 1 harimau dari sisi kiri. Perbandingan jantan dan betina berdasarkan indentifikasi positif adalah 3:1 untuk kedua sisi kanan dan kiri, lebih banyak harimau jantan; sebuah indikasi populasi yang tidak sehat Tabel 1. Tabel 1. Rangkuman Foto Harimau, Individu yang Teridentifikasi, Penangkapan Ulang, Rasio Jantan dan Betina di Taman Nasional Batang Gadis Jenis Kelamin Sisi Jumlah Foto Foto yang Tidak Teridentifikasi Individu Unik Individu yang Tertangkap Ulang Jantan Betina Jantan? Betina? Tidak Teridentifikasi Kiri 10 1 6 3 3 1 1 1 Kanan 10 1 6 1 3 1 1 1 Total 20 2 12 4 6 2 2 2 Menggunakan program CAPTURE model M0, penelitian ini memperkirakan probabilitas penangkapan rata-rata p-hat 0.05, sebuah nilai relatif rendah dibanding penelitian lain e.g. Karanth 1995; Karanth and Nichols 1998; Kawanishi and Sunquist 2004. Perkiraan besar populasi harimau pada area sampel untuk periode sampling pertama adalah 9 ± 3.2, δενγαν 95 confidence interval CI 6–27 individu. Coefficient variation CV adalah 35.6, lebih tinggi relatif pada M0 e.g. O’Βριεν et Abu HAnifah Lubis : Penyebaran Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae Sebagai Salah Satu Pertimbangan Dalam Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman asional Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, 2010. al, 2003; Kawanishi and Sunquist 2004. Untuk model Mh , perkiraan rata-rata probabilitas penangkapan p-hat adalah 0.08, lebih tinggi dari pada model M0 . Prakiraan besar populasi harimau pada area sampel adalah 6 ± 2.4, δενγαν ΧΙ 95 dari 6–21 individu. Nilai CV adalah 0.4, lebih tinggi relatif terhadap model M0 dan dari pada penelitian lain e.g. O’Βριεν et al. 2003; Kawanishi and Sunquist, 2004, menunjukkan kurangnya ketepatan. Sebuah tes penutup yang disediakan dalam program CAPTURE menunjukkan bahwa populasi tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada populasi tertutup p=0.5. Bagaimanapun, Otis et.al, 1978 memperingatkan bahwa ketika ukuran sampel kecil, tes seperti itu tidak dapat digunakan untuk menemukan kekurangan penutupan. Hasil penelitian ini juga memperkirakan jarak terjauh penangkapan antar individu adalah 9 km, dari total cakupan sampling efektif seluas 841 km 2 . Karena harimau biasanya hanya berada di tengah hutan Kinnard et.al, 2003, maka perhitungan sampel habitat efektif dengan mengurangkan jumlah habitat terbuka dari total sampel area efektif. Luas area sample habitat yang sesuai adalah 532 km 2 . Dikombinasikan dengan estimasi besar populasi harimau, diperkirakan kepadatan harimau adalah 1.7 dan 1 harimau100km 2 untuk model M0 dan Mh. Nilai CI 95 dari model M0 dan Mh adalah 1.1–5.1 harimau100 km 2 dan 1.1–3.9 harimau100 km2. Model Mh juga memungkinkan variabel probabilitas penangkapan antar individu. Abu HAnifah Lubis : Penyebaran Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae Sebagai Salah Satu Pertimbangan Dalam Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman asional Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, 2010. Pola Aktivitas Harimau dan Mangsanya Pola aktivitas harian dari beruk Macaca nemestrina dan kuau Argusianus argus utamanya dilakukan dalam sehari. Tapir pada malam hari, sementara harimau dan kijang tampaknya tidak memiliki pola yang pasti Gambar 5A–5D. Penelitian ini tidak mengevaluasi pola aktivitas babi hutan Sus scrofa dan rusa sambar Cervus unicolor karena terbatasnya jumlah sampel. Pola harian dari keempat spesies tersebut sama dengan yang disampaikan Wibisono 2006 dan O’Βριen et al, 2003. Harimau Sumatera 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 5 6 A Kijang 1 2 3 4 5 6 7 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 5 6 B Beruk 2 4 6 8 10 12 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 5 6 C Burung Kuau 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 5 6 D Abu HAnifah Lubis : Penyebaran Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae Sebagai Salah Satu Pertimbangan Dalam Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman asional Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, 2010. Gambar 5. Pola Aktivitas Harian dari A Harimau Tidak Ada Pola, B Kijang Tidak Ada Pola, C Beruk Diurnal, D Burung Argus Diurnal dan Tapir Nocturnal di Taman Nasional Batang Gadis. Jam Setelah Tengah Malam adalah Sumbu X, Jumlah Hewan adalah Sumbu Y

4.2. Pembahasan