6. Manfaat bagi kehidupan manusia.
Kendala dalam mewujudkan konservasi tersebut lebih lanjut Soemarja 1988, mengatakan:
1. Masih tingginya ketergantungan penduduk kepada sektor pertanian.
2. Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya konservasi.
3. Kurangnya dana untuk pengelolaan.
4. Tumpang tindihnya kepentingan konservasi dengan pembangunan
lainnya.
2.5. Taman Nasional
Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu-
pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, pariwisata dan rekreasi UU No. 5 Tahun 1990.
IUCN 1994 mendefinisikan Taman Nasional sebagai daerah yang berupa daratan atau lautan, yang didesain untuk: a memelihara keutuhan ekologi dari satu
atau lebih ekosistem bagi generasi kini dan masa depan, b melarang kegiatan eksploitasi atau pekerjaan yang bertentangan dengan maksud dan tujuan taman
nasional dan c menyiapkan dasar bagi rohani, kegiatan ilmiah, pendidikan, rekreasi dan kesempatan pengunjung yang semuanya harus sesuai lingkungan dan budaya.
Dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kawasan taman nasional dikategorikan sebagai kawasan lindung, merupakan satu
Abu HAnifah Lubis : Penyebaran Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae Sebagai Salah Satu Pertimbangan Dalam Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman asional Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, 2010.
komponen yang menyusun suatu pola keruangan berdasarkan fungsi utama kawasan. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.
2.6. Urgensi Taman Nasional Batang Gadis
Pembangunan TN. Batang Gadis seiring dengan pembangunan Kehutanan yang mengacu pada Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 UUD
RI 1945 yang bertujuan untuk mendapatkan sebesar-besarnya manfaat bagi kesejahteraan rakyat dengan mengkonservasi dan melestarikan fungsi hutan. Untuk
memenuhi maksud tersebut, dilakukan kegiatan kegiatan yang menekankan konservasi sumberdaya alam dan pengawetan jasa lingkungan. Di samping itu juga
memuat kegiatan-kegiatan yang meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan masyarakat; meningkatkan peluang kerjausaha; meningkatkan pendapatan negara
dan daerah; dan meningkatkan pembangunan daerah. Untuk menjamin hal tersebut berjalan diperlukan dukungan peraturan
perundang-undangan yang merupakan turunan dari Undang-Undang Dasar 1945. Peraturan perundang-undangan nasional dan daerah, kebijakan kehutanan khususnya
yang terkait dengan konservasi sumberdaya alam, kebijakan dalam penataan ruang dan pengembangan wilayah, dan terutama kebijakan tentang pengelolaan Taman
Nasional Batang Gadis Perbatakusuma et al, 2005.
Abu HAnifah Lubis : Penyebaran Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae Sebagai Salah Satu Pertimbangan Dalam Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman asional Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, 2010.
Kawasan hutan alam seluas 108.000 hektar di Kabupaten Mandailing Natal atas prakarsa dan dorongan komitmen kuat dari Pemerintah Daerah dan masyarakat
telah ditunjuk sebagai Kawasan Pelestarian Alam dengan nama Taman Nasional Batang Gadis TNBG oleh Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.126Menhut-
II2004. Saat ini pengelolaannya dilakukan oleh Balai Taman Nasional Batang Gadis. Komitmen politik Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal tersebut perlu dilanjutkan
dengan berbagai upaya kontruktif guna mendukung kelestarian taman nasional, agar kemanfaatan jangka panjangnya dapat memenuhi kebutuhan lintas generasi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan Conservation International Indonesia Midora, 2006, berdasarkan hasil analisis dari manfaat dan biaya ekonomi
menunjukkan bahwa pilihan menetapkan kebijakan konservasi TNBG merupakan pilihan yang tepat untuk Kabupaten Mandailing Natal, karena memberikan manfaat
ekonomi yang lebih besar, jika dibandingkan dengan manfaat dari kegiatan-kegiatan yang bersifat ekstraktif dan lebih banyak pihak yang diuntungkan secara ekonomi,
seperti masyarakat setempat yang tergantung pada sektor pertanian, pemerintah daerah, pihak swasta penyelenggara pariwisata dan komunitas internasional.
Diperkirakan nilai manfaat ekonomi bersih atau subsidi ekologis dari adanya pembentukan Kawasan TNBG adalah sebesar Rp. 67 Triliun. Diperkirakan nilai
manfaat ekonomi dari pembentukan TNBG sebesar Rp. 66,8 Triliun. Nilai ini meliputi nilai pemanfaatan alternatif berupa manfaat pilihan potensi ekowisata
Rp. 64 Triliun, dan manfaat tidak langsung berupa Daerah Aliran Sungai Rp. 24,8 Milyar dan simpanan karbon Rp. 2,1 Triliun, serta manfaat non konsumtif
Abu HAnifah Lubis : Penyebaran Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae Sebagai Salah Satu Pertimbangan Dalam Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman asional Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, 2010.
keanekaragaman hayati Rp. 809 Milyar. Sedangkan, nilai kerugian ekonomi yang ditimbulkan dengan adanya TNBG, sebagai akibat hilangnya nilai pemanfaatan
kuantitatif berupa hasil hutan kayu, hasil hutan non kayu dan biaya pengelolaan taman nasional diperkirakan sebesar Rp. 0,203 Triliun. Nilai manfaat ekonomi bersih
TNBG akan lebih besar, karena belum mencakup nilai manfaat ekonomi dari hasil hutan non kayu lainnya berupa sarang burung walet dan nilai kerugian yang
ditimbulkan kegiatan ekstraktif eksploitasi pertambangan emas Midora, 2006.
2.7. Tantangan dan Ancaman Konservasi Taman Nasional Batang Gadis