3 Sustainabilitas lingkungan memuat keberlanjutan fungsi ekosistem
dalam menopang sistem kehidupan alami menghidupi seluruh komponen lingkungan termasuk manusia. Tolok ukur dimensi ekologi
adalah integrasi ekosistem, daya dukung lingkungan, keanekaragaman hayati dan isu global.
Pemanfaatan sumberdaya di setiap kawasan ruang berdasarkan kriteria teknis dan ekosentris; Pengkajian dampak lingkungan dan upaya pengendalian terhadap
kegiatan yang berdampak penting dengan memperhitungkan azas manfaat, pemerataan dan budaya masyarakat lokal; Pengawasaan dan penegakan hukum, serta
Berfungsinya kelembagaan dan peran serta masyarakat dalam pengendalian dalam lingkungan hidup Perbatakusuma et al, 2005.
2.2. Pengertian Konservasi
Menurut kamus Bahasa Indonesia kontemporer Salim dan Salim, 1991, Konservasi adalah pemeliharaan dan perlindungan terhadap sesuatu yang dilakukan
secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan cara pengawetan. Pengertian konservasi sumberdaya alam menurut Undang-Undang tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 23 Tahun 1997 adalah pengelolaan sumberdaya alam yang menjamin pemantapannya secara bijaksana dan bagi
sumberdaya terbaharui untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya. Berdasarkan
Abu HAnifah Lubis : Penyebaran Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae Sebagai Salah Satu Pertimbangan Dalam Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman asional Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, 2010.
hal tersebut maka yang dimaksud dengan konservasi adalah suatu upaya pengelolaan sumberdaya alam yang menjamin:
1. Perlindungan terhadap berlangsungnya proses-proses ekologis dan
sistem penyangga kehidupan, seperti perlindungan terhadap siklus udara, air, tanah sistem hidrologis dan lainnya.
2. Pengawetan sumberdaya alam dan keanekaragaman sumber plasma
nutfah, seperti pengawetan tanah, air flora dan fauna dan lainnya. 3.
Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam dan lingkungan seperti penggunaan lahan.
Menurut UU RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, konservasi sumberdaya alam hayati adalah pengelolaan
sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas keanekaragaman dan nilainya. Konservasi sumberdaya alam dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan
terwujudnya kelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya sehingga dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan
manusia Pasal 3 UU No. 5 Tahun 1990. Di mana konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya adalah kebijakan nasional yang didukung oleh peraturan
perundangan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 yang dijabarkan melalui Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998, Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 dan
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 dan diperkuat dengan Undang-Undang
Abu HAnifah Lubis : Penyebaran Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae Sebagai Salah Satu Pertimbangan Dalam Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman asional Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, 2010.
Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati, yang mana undang-undang ini terlahir sebagai
dampak meratifikasi konvensi keanekaragaman hayati. Konvensi tersebut menimbulkan hak dan kewajiban bagi semua warga tidak terkecuali melaksanakan
aturan yang telah ditetapkan dalam konvensi. Seiring dengan perkembangan dinamisasi kehidupan dan pemerintahan, maka
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Kehutanan mengalami penyempurnaan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan. Undang-undang ini menjadi dasar dan patokan Departemen Kehutanan dalam menentukan arah kebijakan dalam pengelolaan kehutanan
di Indonesia. Departemen Kehutanan dalam mengatur pengelolaannya dalam tataran pelaksanaan kegiatannya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 34
Tahun 2002. Dengan berpijak pada aturan perundang-undangan, Departemen Kehutanan
mengarahkan kebijakan yang kemudian lahir kebijakan prioritas pembangunan kehutanan. Sesuai kebijakan prioritas Menteri Kehutanan Nomor 456Kpts-II2004,
Kebijakan Pembangunan Prioritas Kehutanan tahun 2004-2009 diarahkan pada: 1.
Pemberantasan pencurian kayu di hutan negara dan perdagangan kayu ilegal. 2.
Revitalisasi sektor kehutanan, khususnya industri kehutanan. 3.
Rehabilitasi dan konservasi sumber daya hutan. 4.
Pemberdayaan ekonomi masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan. 5.
Pemantapan kawasan hutan.
Abu HAnifah Lubis : Penyebaran Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae Sebagai Salah Satu Pertimbangan Dalam Rencana Pengelolaan Dan Zonasi Taman asional Batang Gadis Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara, 2010.
2.3. Konservasi Sumberdaya Alam