antara Pemerintah dan bank indonesia tahun 2004. Nota Kesepakatan itu didasarkan pada Pasal II undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang bank indonesia.
Guna memperlancar tugas Komite Koordinasi, melalui Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Gubernur bank indonesia dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin
Simpanan pada tahun 2005 yang kemudian diperbaharui pada tahun 2007, dibentuk Forum Stabilitas Sistem Keuangan yang antara lain mempunyai fungsi menunjang pelaksanaan tugas
Komite Koordinasi dalam rangka pengambilan keputusan terhadap Bank bermasalah yang ditengarai berdampak sistemik.
53
a. Masalah bank gagal
Bank Gagal failing bank adalah bank yang mengalami kesulitan keuangan dan membahayakan kelangsungan usahanya serta dinyatakan tidak dapat lagi disehatkan oleh
Lembaga pengawas perbankan
54
sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya.
55
Disamping melaksanakan program penjaminan lembaga penjamin simpanan juga mempunyai tugas untuk menangani bank gagal baik secara sistemik maupun tidak. Bank
gagal yang akan ditangani lembaga penjamin simpanan adalah bank gagal yang berdampak sistemik dan tidak sistemik. Pengertian sistemik adalah apabila kegagalan bank akan
berdampak luar biasa baik dalam penarikan dana rush maupun terhadap kelancaran dan kelangsungan roda perekonomian. Sementara yang tidak sistemik tentunya apabila tidak
memenuhi kriteria tersebut diatas.
53
http:id.wikisource.orgwikiUpaya_Pemerintah_dalam_Pencegahan_dan_Penanganan_Krisis di akses pada 1 april 2010
54
Lembaga pengawas perbankan adalah Bank Indonesia atau lembaga pengawasan sektor jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Bank Indonesia
55
Undang-undang no.24 tahun 2004 tentang lembaga penjamin simpanan pasal 1 ayat 7
Universitas Sumatera Utara
Apabila lembaga penjamin simpanan memutuskan untuk melakukan penyelamatan, maka ada perbedaan perlakuan antara penyelamatan bank gagal sistemik dan tidak sistemik.
Untuk bank gagal tidak sistemik penyelamatan tidak mengikutsertakan pemegang saham lama. Artinya segala biaya yang timbul untuk penyelamatan akan menjadi beban pihak
lembaga penjamin simpanan. Sementara itu untuk bank gagal sistemik dapat dilakukan baik tampa melibatkan
pemegang saham lama maupun dengan cara melibatkan pemegang saham lama open bank assistance. Dalam hal pemegang saham lama akan terlibat dalam penyelematan, maka
diwajibkan menyetor minimal 20 dari total biaya penyelamatan. Sama seperti bank gagal sistemik, maka kekurangannya akan ditangani lembaga penjamin simpanan.
Untuk penanganan bank gagal dengan skim apapun, pihak lembaga penjamin simpanan berdasarkan undang-undang diberikan kewenangan yang sangat memadai.
Misalnya, lembaga penjamin simpanan mempunyai kewenangan untuk melaksanakan RUPS
56
luar biasa sehingga secara cepat dapat menguasai dan pengelolaan bank yang dinyatakan gagal. Termasuk dalam kewenangan yang diberikan kepada lembaga penjamin
simpanan adalah untuk melakukan penyertaan sementara, melakukan merger dan konsolidasi dengan bank lain.
Sekalipun diperbolehkan melakukan penyelamatan, maka semua biaya yang timbul akibat melakukan penyelamatan suatu bank akan diperhitungkan sebagai penyertaan
sementara. Jangka waktu penyertaan lembaga penjamin simpanan dibatasi dan harus menjual kembali sahamnya maksimal 2-3 tahun sejak penyelamatan dilakukan.
57
56
Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
57
http:www.lps.go.idv2home.php diakses pada 12 maret 2010
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal suatu bank pada akhirnya harus dilikuidasi, maka hasil penjualan aset bank terlikuidasi akan didistribusikan secara prioritas yaitu untuk biaya gaji dan pesangon
pegawai, biaya operasional dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh lembaga penjamin simpanan. Apabila hasil penjualan aset masih belum mencukupi, maka sisanya akan tetap
menjadi kewajiban pihak pemegang saham lama.
F. Pembayaran Klaim Penjaminan