13
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kesadaran Hukum
1. Pengertian Kesadaran Hukum
Secara bahasa “Kesadaran Hukum” terbentuk dari dua kata yaitu Kesadaran dan hukum. Kata “kesadaran”mempunyai kata dasar “sadar”,
yang berawalan ke-an. Sadar berarti insyaf, paham, mengerti. Kesadaran berarti mengetahui serta memahami sesuatu hal baik secara kongkrit
maupun abstrak.
1
Kesadaran hukum diartikan secara terpisah dalam bahasa yang kata dasarnya “sadar” tahu dan mengerti, dan secara keseluruhan merupakan
mengetahui dan mengerti tentang hukum, menurut Ewick dan Silbey : “Kesadaran Hukum” mengacu ke cara-cara dimana orang-orang memahami
hukum dan intitusi-institusi hukum, yaitu pemahaman-pemahaman yang memberikan makna kepada pengalaman dan tindakan orang-orang.
2
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta; Balai Pustaka, 1988, Cet. I, h,765
2
Ali Achmad, Menguak Teori Hukum Legal Theory dan Teori Peradilan Judicial Prudence Termasuk Interprestasi Undang-undang legisprudence, Jakarta: Kencana, 2009, hal
510
.
14
Hukum secara bahasa adalah peraturan yang dibuat oleh penguasa pemerintah atau adat yang berlaku bagi semua orang disuatu masyarakat
negara.
3
Menurut J.J von schmid, perasaan hukum diartikan sebagai penilaian hukum yang timbul dari perasaan secara serta mertadari masyarakat, yang
memberi arti kesadaran ditekankan tentang nilai-nilai masyarakat tentang fungsi apa yang hendaknya dijalankan oleh hukum dalam masyarakat.
4
sejalan dengan pendapat tersebut maka dapat dikatkan bahwa pendapat tersebut kembali pada masalah dasar dar sahnya hukum yang berlaku, yang
akhirnya harus dikembalikan pada nilai-nilai masyarakat dalam arti warganya.
Menurut Prof. Soerjono Soekanto kesadaran hukum adalah konsepsi- konsepsi abstrak di dalam diri manusia, tentang keserasian antara ketertiban
dengan ketentraman yang dikehendakinya atau yang sepantasnya.
5
Masyarakat manusia di manapun selalu bertopang pada sejumlah nilai- nilai, hal-hal yang oleh para warganya harus dijunjung tinggi dan yang
secara lebih operasional dinyatakan dalam norma-norma sebagai pembimbing dan pedoman.
Bagi Ewick dan Silbey, “kesadaran hukum” terbentuk dalam tindakan dan karenannya merupakan persoalan praktik untuk dikaji secara empiris.
3
Ibid, h, 314
4
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, suatu analisa sosiologi hukum, Jakarta: CV Rajawali,1982, Cet, I, h, 152
5
Soerjono Soekanto, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, suatu analisa sosiologi hukum, Jakarta: CV Rajawali,1982, Cet, I, h, 159