51
Tabel 4.17 Apakah saudara setuju dengan poligami?
N=100
Persepsi tentang poligami Frekuensi
Setuju Tidak setuju
54 46
54 46
Total 100
100
Keterangan: Data diolah dari hasil survai lapangan
Tabel 4.18 menjelaskan sikap responden tentang nikah yang tidak dicatat. Sebagian besar responden 83 tidak setuju dengan nikah yang tidak
dicatat. Selebihnya, sebanyak 11 responden tidak tahu, dan 6 yang setuju.
Tabel 4.18 Bagaimana sikap saudara terhadap perkawinan yang tidak dicatat?
N=100
Sikap tentang nikah tidak dicatat frekuensi
Setuju Tidak setuju
Tidak tahu 6
83 11
6 83
11 Total
100 100
Keterangan: Data diolah dari hasil survai lapangan
E. Perilaku Terhadap Pencatatan Perkawinan
Perilaku hukum masyarakat terhadap suatu sistem hukum adalah merupakan indikator keempat dari kesadaran hukum. Maka dapat
dikemukakan perilaku hukum masyarakat terhadap pencatatan perkawinan. Tabel 4.19 responden yang telah berstatus sebagai kepala rumah tangga dan
52
ibu rumah tangga pada usia 17-25 tahun sebanyak 31, demikian pula pada rentang usia 26-35 tahun sebanyak 69 . dan yang menikah diatas usia 36
tahun tidak ada seorang pun.
Tabel 4.19 Usia pertama nikah menurut jenis kelamin
N=100
Jenis kelamin Laki-laki
Perempuan total
Usia nikah pertama
F F
F 17-25
2 2
29 29
31 31
26-35 65
65 4
4 69
69 36 ke atas
- -
- -
- -
Total 67
33 100
Keterangan: Data diolah dari hasil survai lapangan
Tabel 4.20 menjelaskan tentang proses pernikahan apakah dijodohkan atau menentukan sendiri. Responden yang proses pernikahannya dijodohkan
oleh orang tuanya sebanyak 13, sedangkan yang menentukan sendiri sebanyak 87. Angka ini menunjukkan bahwa pada zaman sekarang orang tua
tidak bisa memaksakan kehendaknya untuk menikahkan anaknya sesuai dengan pilihan orang tuanya.
53
Tabel 4.20 Bagaimana proses pernikahan yang dilalui?
N=100
Proses nikah yang dilalui Frekuensi
Dijodohkan orang tua Menentukan sendiri
13 87
13 87
Total 100
100
Keterangan: Data diolah dari hasil survai lapangan
Tabel 4.21 menjelaskan hal krusial dalam aspek administrasi perkawinan masyarakat Indonesia, yakni pencatatan. Sebanyak 72
responden mencatatkan pernikahannya di KUA, sedangkan 28 responden tidak mencatatkan pernikahannya.
Tabel 4.21 Proses –proses perkawinan
N=100
Pencatatan perkawinan Frekuensi
Di KUA Di bawah tangan
72 28
72 28
Total 100
100
Keterangan: Data diolah dari hasil survai lapangan
Pada tabel 4.22 berikut ini dapat diketahui latar belakang mengapa mereka tidak mencatatkan perkawinannya, padahal pemerintah telah
menggariskan aturannya dalam Undang-undang Perkawinan. Data berikut menunjukkan bahwa sebanyak 23 responden menjawab berdasar kepada
alasan ekonomi, yakni alasan biaya dan jarak yang dari KUA. Sedangkan
54
keluhan akibat sistem birokrasi hanya sekitar 19, sedangkan yang berlatar karena hamil sebelum nikah sebanyak 45, dan yang berpendapat bahwa
perkawinan cukup secara agama saja sebanyak 13.
Tabel 4.22 Alasan tidak mencatatkan nikah di KUA
N=100
Alasan tidak catat nikah di KUA Frekuensi
Biaya KUA terlalu jauh
Birokrasi terlalu rumit Hamil diluar nikah
Kawin cukup secara agama 13
10 19
45 13
13 10
19 45
13 Total
100 100
Keterangan: Data diolah dari hasil survai lapangan
Lalu adakah dampak atau kesulitan yang dirasakan bagi mereka yag tidak mencatatkan perkawinan di KUA. Sebanyak 66 menyatakan kesulitan
setelah melakukan nikah yang tidak dicatat, terutama bagi mereka yang hendak mensekolahkan anak mereka karena terbentur dengan keharusan
memiliki akta kelahiran anak. Dan 34 tidak merasakan kerugian apa-apa.