38 disusun sedemikian rupa diletakkan di bawah satu tema bahasan dan
selanjutnya ditafsirkan secara Mauḍū’iy.
168
Masalah yang diteliti oleh penulis tergolong ke dalam metode Mauḍū’iy macam kedua karena berada dalam koridor dan karakteristik
metode tersebut yaitu menghimpun ayat-ayat tentang muḥsin dan ayat- ayat lainnya yang terkait yang tersebar dalam berbagai surah, kemudian
diletakan di bawah naungan sebuah tajuk “Manusia Ideal dalam Al- Qur`an Studi Profil al-muḥsin dalam perspektif Tafsir Ayat-ayat Ihsan”
yang akan dikaji secara tematis dengan pisau analisis psikologi humanistik untuk ditemukan korelasi antara keduanya, khususnya
tentang berhubungan antara sifat-sifat unggulan yang melekat pada kepribadian muḥsin dan sifat-sifat unggulan yang ditawarkan psikologi
humanistik. Dalam aplikasinya metode Mauḍū’iy tidak berarti sama sekali
terasing dari metode yang lainnya. Penerapan tafsir Mauḍū’iy tidak berarti menjadikan seorang penafsir mengabaikan macam dan metode
tafsir lainnya, melainkan memerlukan upaya kolaborasi dengan metode lain, terutama taḥlīliy. Rincian dan uraian-uraian yang tersaji dalam tafsir
taḥlīliy diperlukan dalam studi yang bersifat Mauḍū’iy.
169
Begitu juga rumusan-rumusan munāsabah dan asbāb al-nuzūl yang berlaku dalam
metode taḥlīliy berlaku pula dalam penerapan metode Mauḍū’iy karena rumusan-rumusan tersebut bersifat umum.
c. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini berjalan di atas langkah-langkah sebagai berikut:
a. Tehnik Pengumpulan Data
Sesuai dengan pendekatan teoritik dalam penelitian ini, data teoritik yang dikumpulkan menggunakan tehnik book survey yang
difokuskan kepada mengkaji Al-Qur`an terutama ayat-ayat muḥsin dan ayat-ayat lain yang berkaitan dengannya, serta hadis-hadis tentang
muḥsin dan hadis-hadis lain yang relevan, berikut pendapat-pendapat para pakar tafsir yang tersebar dalam kitab-kitab tafsir dan Maslow
selaku pakar psikologi humanistik yang disandingkan dengan Carl Rogers.
168
Al-Khālidiy, Al-Tafsīr Al-Mauḍū’iy, 52-57, dan Abas, Muhāḍarāt, 27-28.
169
Shihab, Tafsir atas Surat-surat Pendek, vi, dan Al-Khālidiy, Al-Tafsīr Al- Mauḍū’iy, 70-71, serta Abas, Muhāḍarāt, 27-28.
39 Hal tersebut diserasikan dengan karakteristik metode Mauḍū’iy
yang memiliki langkah-langkah dan cara kerja yang spesifik. Langkah- langkah tersebut adalah:
1. Memilih atau menetapkan masalah dari Al-Qur`an yang akan dikaji secara Mauḍū’iy tematik.
2. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang telah ditetapkan, ayat Makkiyah dan Madaniyyaah.
3. Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologi masa turunnya, disertai pengetahuan mengenai latar belakang
turunnya ayat atau asbāb al-nuzūl. 4. Mengetahui korelasi munāsabah ayat-ayat tesebut di dalam
masing-masing surah. 5. Menyusun tema bahasan di dalam kerangka yang pas, sistematis,
sempurna, dan utuh out line. 6. Melengkapi pembahasan dan uraian dengan hadis seperti yang
berhubungan dengan sebab turunnya ayat, sehingga pembahasan semakin sempurna.
7. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan cara mengumpulkan ayat-ayat yang mengandung
pengertian serupa, mengkompromikan antara pengertian yang ‘ām dan yang khās, antara yang muṭlaq dan yang muqayyad,
mensingkronkan ayat-ayat yang lahirnya kontradiktif, menjelaskan ayat nāsikh dan mansūkh, sehingga semua ayat tersebut bertemu
pada satu muara, tanpa perbedaan dan kontradiksi atau tindakan pemaksaan terhadap sebagian ayat kepada makna-makna yang
sebenarnya tidak tepat. 8. Melibatkan kitab-kitab tafsir yang representative dan otoritatif.
170
Langkah-langkah penerapannya
yang khas
tersebut mengisyaratkan keberadaan metode Mauḍū’iy membutuhkan penerapan
munasabah atau korelasi antar ayat, antara ayat dengan hadis, dan antara ayat dengan pendapat sahabat dan tabiin.
171
Cara kerja menafsirkan seperti ini tidak dapat menghindarkan diri dari tafsir bi al-ma`thūr, baik
berupa tafsir Al-Qur`an dengan Al-Qur`an, tafsir Al-Qur`an dengan hadis, pendapat para sahabat, dan ijtihad tabiin. Akan tetapi tidak terlepas
dari pendapat para pakar tafsir yang termasuk dalam tafsir bi al-Ra`yi sehubungan kontribusinya yang signifikan untuk memperkaya pencitraan
170
Al-Khālidiy, Al-Tafsīr Al-Mauḍū’iy, 68-75.
171
Al-Khālidiy, Al-Tafsīr Al-Mauḍū’iy, 71.
40 profil muḥsin. Selain itu berkaitan dengan pisau analisis psikologi
humanistik menyebabkan corak tafsir ‘ilmiy ikut mewarnai.
b. Sumber Data