Pesan Teologis KAJIAN TEORITIS

analisis dan argumen-argumen rasional untuk mendiskusikan, menafsirkan dan mengajarkan dalam salah satu bidang dari topik-topik agama. Istilah teologi juga terdiri dari kata “theos” artinya Tuhan, dan “logos” yang artinya ilmu science, study, discourse 20 . Jadi teologi juga berarti ilmu tentang Tuhan atau ilmu ketuhanan. Teologi dalam Islam disebut dengan “Ilmu At-Tauhid”. Kata Tauhid mengandung arti satu atau esa. Keesaan dalam pandangan Islam, sebagai agama monotheisme, merupakan sifat yang terpenting diantara segala sifat-sifat Tuhan. atau dalam mempertahankan pendapat dan pendirian masing-masing. Orangnya disebut dengan mutakallim, yaitu ahli debat yang pintar dan piawai dalam bersilat lidah. Sehingga muncul beberapa aliran-aliran dalam teologi Islam diantaranya : Khawarij, Murji’ah, Qadari’ah dan Jabariah, Mu’tazilah, maupun Ahli Sunnah wal Jama’ah. Selanjutnya teologi Islam disebut juga dengan „ilm al-kalam 35 . Kalam adalah kata-kata, yang dimaksud dengan kalam ini adalah sabda Tuhan Al- Qur’an. Selanjutnya kalau yang dimaksud dengan kalam, yang diartikan kata- kata manusia, teologi dalam Islam juga menyebutnya „ilm al-kalam, karena kaum teolog Islam bersilat lidah dengan kata-kata. Teologis, akan ketuhanan itu sangat didasarkan pada keimanan atau keyakinan seseorang pada Tuhan-nya. Objek keimanan seseorang yang tidak akan berubah manfaatnya dan tidak akan pernah hilang, yaitu 20 A. Hanafi, M.A, Pengantar Teologi Islam, Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1995, h. 11, cet. Ke-6. keimanan yang ditentukan oleh agama. Dalam agama Islam, ada enam pokok keimanan yang dikenal dengan Rukun Iman antara lain 21 : 1. Iman kepada Allah SWT 2. Iman kepada Malaikat-malaikat 3. Iman kepada Kitab-kitab Allah 4. Iman kepada Rasul-rasul Allah 5. Iman kepada Hari Akhir 6. Iman kepada Qadar baik dan buruk. Iman kepada Allah SWT Iman kepada Allah adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah adalah Rabb dan Raja segala sesuatu. Mengimani Rububiyah Allah SWT, artinya bahwa Allah adalah Rabb: Pencipta, Penguasa dan Pengatur segala yang ada di alam semesta ini, Yang Memberi Rizki, Yang Menghidupkan, dan Yang Mematikan, Dia memiliki sifat-sifat kesempurnaan, keagungan, dan kemuliaan, serta Dia bersih dari segala cacat dan kekurangan. Kita juga harus mengimani Uluhiyah Allah SWT artinya Allah adalah Ilaah sembahan Yang hak, sedang segala sembahan selain-Nya adalah batil. Hanya Dia yang berhak diibadahi. Kepasrahan, kerendahan diri, ketundukan, dan segala jenis ibadah tidak boleh diberikan kepada selain- Nya Keimanan kita kepada Allah belumlah lengkap kalau tidak mengimani Asma’ dan Sifat-Nya, artinya bahwa Allah memiliki Nama- 21 Zakiyah Daradjat. Islam dan Kesehatan Mental, Jakarta: Toko Gunung Agung, 2001, h. 7. nama yang Maha Indah serta sifat-sifat yang Maha Sempurna dan Maha Luhur. Firman Allah SWT, dalam QS.Maryam ayat 65 yang berbunyi:               Artinya: “Dia adalah Tuhan seluruh langit dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya. Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beridat kepada-Nya. Adakah kamu mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya yang patut disembah?”.QS.Maryam: 65. Dan firman Allah, yang artinya: “Tiada sesuatupun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia- lah yang maha mendengar lagi Maha melihat”. QS. Asy-Syura:11. Iman Kepada Malaikat Allah SWT Iman kepada malaikat adalah keyakinan yang kuat akan kebenaran bahwa Allah memiliki malaikat-malaikat, yang diciptakan dari cahaya nur. Mereka, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah, adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Adapun yang diperintahkan kepada mereka, mereka laksanakan. Mereka bertasbih siang dan malam tanpa berhenti. Mereka melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat mutawatir dari nash-nash Al- Qur’an maupun As-Sunnah. Dan para malaikat itu, sebagaimana firman-Nya, dalam QS. Al- Anbiya ayat 26-27 yang berbunyi:            Artinya: ”Sebenarnya malaikat-malaikat itu adalah hamba- hamba yang dimuliakan, tidak pernah mereka itu mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah- Nya.” QS. Al- Anbiya: 26-27. Mereka diciptakan Allah SWT, maka mereka beribadah kepada-Nya dan mematuhi segala perintah-Nya. Firman Allah SWT, yang artinya: ” …Dan malaikat-malaikat yang disisi-Nya mereka tidak bersikap angkuh untuk beribadah kepada-Nyadan tiada pula merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti- hentinya. “ QS. Al-Anbiya: 19- 20. Jadi, setiap gerakan di langit dan di bumi, berasal dari para malaikat yang ditugasi di sana, sebagai pelaksanaan perintah Allah Azza wa Jalla. Maka, wajib mengimani secara tafshil terperinci, para malaikat yang namanya disebutkan oleh Allah, adapun yang belum disebutkan namanya, wajib mengimani mereka secara ijmal global. Iman Kepada Kitab Allah Yaitu meyakini dengan sebenarnya bahwa Allah memiliki kitab- kitab yang diturunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya, yang benar- benar merupakan Kalam firman, ucapan-Nya. Ia adalah cahaya dan petunjuk. Apa yang dikandungnya adalah benar. Tidak ada yang mengetahui jumlahnya selain Allah. Wajib beriman secara ijmal, kecuali yang telah disebutkan namanya oleh Allah, maka wajib baginya mengimaninya secara tafshil, yaitu terperinci. Dari kitab-kitab itu, yang kita kenal ialah sebagai berikut : 1. Taurat, yang Allah turunkan kepada nabi Musa, sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Maidah: 44. 2. Zabur, ialah kitab yang diberikan Allah SWT kepada Daud AS. 3. Injil, diturunkan Allah kepada nabi Isa AS, sebagai pembenar dan pelengkap Taurat. Dalam firman Allah dalam QS : Al-Maidah ayat 46, yang berbunyi:                             Artinya: ”…Dan Kami telah memberikan kepadanya Isa injil yang berisi petunjuk dan nur, dan sebagai pembenar kitab yang sebelumnya yaitu Taurat, serta sebagai petunjuk dan pengajaran bagi orang- orang yang bertaqwa.” QS : Al-Maidah : 46 4. Al-Quran, kitab yang Allah SWT turunkan kepada Nabi Muhammad SAW, penutup para nabi. Firman Allah SWT dalam QS. Al Baqarah: 185, yang berbunyi:                                                 Artinya: ” Bulan Ramadhan yang diturunkan padanya permulaan Al-Quran sebagai petunjuk bagi umat manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dan ya ng batil…” QS. Al Baqarah: 185. Selain wajib mengimani bahwa Al- Qur’an diturunkan dari sisi Allah, wajib pula mengimani bahwa Allah telah mengucapkannya sebagaimana Dia telah mengucapkan seluruh kitab lain yang diturunkan. Wajib pula melaksanakan berbagai perintah dan kewajiban serta menjauhi berbagai larangan yang terdapat di dalamnya. Al- Qur’an merupakan tolok ukur kebenaran kitab-kitab terdahulu. Hanya Al- Qur’anlah yang dijaga oleh Allah dari pergantian dan perubahan. Al- Qur’an adalah Kalam Allah yang diturunkan, dan bukan makhluk, yang berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Kita mengimani bahwa Allah SWT telah menurunkan kepada rasul- rasul-Nya kitab-kitab sebagai hujjah buat umat manusia dan sebagai pedoman hidup bagi orang-orang yang mengamalkannya, dengan kitab- kitab itulah para rasul mengajarkan kepada umatnya kebenaran dan kebersihan jiwa mereka dari kemuysrikan. Firman Allah SWT, yang artinya: ”Sungguh, kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al-kitab dan neraca keadilan agar manusia melaksanakan keadilan… “ QS. Al-Hadid: 25. Iman Kepada Rasul-rasul Allah Iman kepada rasul-rasul adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah telah mengutus para rasul untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya. Kebijaksanaan-Nya telah menetapkan bahwa Dia mengutus para rasul itu kepada manusia untuk memberi kabar gembira dan ancaman kepada mereka. Maka, wajib beriman kepada semua rasul secara ijmal keseluruhan, sebagaimana wajib pula beriman secara tafshil terperinci kepada siapa di antara mereka yang disebut namanya oleh Allah, yaitu 25 diantara mereka yang disebutkan oleh Allah dalam Al- Qur’an. Wajib pula beriman bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi selain mereka, yang jumlahnya tidak diketahui oleh selain Allah, dan tidak ada yang mengetahui nama-nama mereka selain Allah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Kita mengimani bahwa Allah SWT telah mengutus rasul-rasul kepada umat manusia. Firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa: 165, yang berbunyi:                  Artinya: ” Kami telah mengutus mereka sebagai rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, supaya tiada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” QS. AN-Nisa: 165. Wajib pula beriman bahwa Muhammad SAW adalah yang paling mulia dan penutup para nabi dan rasul, risalahnya meliputi bangsa jin dan manusia, serta tidak ada nabi setelahnya. Kita mengimani bahwa rasul pertama adalah nabi Adam dan rasul terakhir adalah Nabi Muhammad SAW, semoga shalawat dan salam sejahtera untuk mereka semua. Iman Kepada Hari Kiamat Kita mengimani kebenaran hari akhirat, yaitu hari kiamat, yang tiada kehidupan lain sesudah hari tersebut. Untuk itu kita mengimani adanya Hari Kebangkitan, yaitu dihidupkannya semua mahkluk yang sesudah mati oleh Allah SWT. Firman Allah SWT dalam QS. Az-Zumar: ayat 68 yang artinya: ”Dan ditiuuplah sangkakala, maka matilah siapa yang ada dilangit dan siapa yang ada di bumi kecuali yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka bangkitmenunggu putusannya masing- masing.” QS. Az-Zumar: 68. Kita mengimani adanya catatan-catatan amal yang diberikan kepada setiap manusia. Ada yang mengambilnya dengan tangan kanan dan ada yang mengambilnya dari belakang punggungnya dengan tangan kiri. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Insyiqaq: 13-14, yang berbunyi:             Artinya: ” Adapun orang yang diberikan kitabnya dengan tangan kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah dan dia akan kembali kepada kaumnya yang sama-sama beriman dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang punggungnya, maka dia akan berteriak celakalah aku dan dia akan masuk neraka yang menyala.” QS. Al-Insyiqaq: 13-14. Iman Kepada Qadar Baik dan Buruk Iman kepada takdir adalah meyakini secara sungguh-sungguh bahwa segala kebaikan dan keburukan itu terjadi karena takdir Allah, yaitu ketentuan yang telah ditetapkan Allah untuk seluruh mahkluk-Nya sesuai dengan ilmu-Nya dan menurut hikmah kebijakan-Nya. Allah ta’ala telah mengetahui kadar dan waktu terjadinya segala sesuatu sejak zaman azali, sebelum menciptakan dan mengadakannya dengan kekuasaan dan kehendak-Nya, sesuai dengan apa yang telah diketahui-Nya itu. Allah telah menulisnya pula di dalam Lauh Mahfuzh sebelum menciptakannya. Banyak sekali dalil mengenai keenam Rukun Iman ini, baik dari segi Al- Qur’an maupun As-Sunnah. Diantaranya adalah firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 177 yang berbunyi:                    .....  Artinya: ”Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, dan nabi- nabi…”Al-Baqarah:177. Dan dalam surah yang lain yang artinya: ”Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut qadar ukuran.”Al-Qomar: 49. Juga sabda Nabi SAW dalam hadits Jibril, yang artinya: ”Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab- kitab-Nya, rasul-rasulNya, dan hari akhir. Dan engkau beriman kepada takdir Allah, yang baik maupun yang buruk.” HR. Muslim. Iman kepada qadar ada empat tingkatan: 22 1. ‘Ilmu ialah mengimani bahwa Allah Maha tahu atas segala sesuatu, mengetahui apa yang terjadi, dengan ilmu-Nya yang Azali dan abadi. Allah sama sekali tidak menjadi tahu setelah sebelumnya tidak menjadi tahu dan sama sekali tidak lupa dengan apa yang dikehendaki. 22 httpwwwmediamuslim.info . 2. Kitabah ialah mengimani bahwa Allah telah mencatat di Lauh Mahfuzh apa yang terjadi sampai hari kiamat. Firman Allah SWT,dalam QS. Al-Hajj: 70 yang berbunyi:                      Artinya: ”Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. sesungguhnya tu semua tertulis dalam sebuah kitab Lauh Mahfuzh. Sesungguhnya Allah yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” QS. Al-Hajj: 70. 3. Masyi’ah ialah mengimani bawa Allah SWT telah menghendaki segala apa yang ada di langit dan di bumi, tiada sesuatupun yang terjadi tanpa dengan kehendak-Nya. Apa yang dikehendaki Allah itulah yang terjadi dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak akan terjadi. 4. Khal Ialah mengimani Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu. Firman Allah SWT, dalam QS. Az-Zumar ayat 62-63 yang berbunyi:                 Artinya: ” Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Hanya kepunyaan-Nyalah kunci-kunci perbendaharaan langit dan bumi …” QS. Az-Zumar: 62-63. Keempat tingkatan ini meliputi apa yang terjadi dari Allah SWT sendiri dan apa yang terjadi dari mahkluk. Maka segala apa yang dilakukan oleh mahkluk berupa ucapan, perbuatan atau tindakan meninggalkan, adalah diketahui, dicatat dan dikehendaki serta diciptakan oleh Allah SWT. Jadi, pengertian pesan teologis disini dapat diartikan, pesan-pesan akan makna yang terkandung di dalamnya mengenai sifat-sifat ketuhanan, kebesaran dan kekuasaan Tuhan, spiritualitas ataupun keyakinan seseorang yang dimiliki terhadap Tuhannya, yang didasarkan pada keenam Rukun Iman, yang dimanifestasikan melalui pola hidup manusia sehari-hari demi menuju cahaya ilahi .

C. Novel

1. Pengertian Novel

Novel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku 23 . Novel biasanya lebih panjang dan lebih kompleks dari pada cerpen, 23 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasiona, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, edisi ke-3, h. 788. umumnya novel bercerita tentang tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari- hari. Secara istilah novel banyak diberikan oleh para ahli, menurut Abdullah Ambary, novel adalah cerita yang menceritakan suatu kejadian luar biasa dari kehidupan pelakunya yang menyebabkan perubahan sikap hidup atau menentukan nasibnya 24 . Menurut P. Suparman, novel adalah kisah realita dari perjalanan hidup seseorang 25 . Sedangkan menurut Suprapto, novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan menonjolkan watak dan sikap pelaku 26 . Novel juga merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk prosa

Dokumen yang terkait

KAJIAN RELIGIUS DALAM NOVEL JANGAN BIARKAN SURAU INI ROBOH KARYA TAUFIQURRAHMAN JANGAN BIARKAN SURAU INI ROBOH KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY

0 25 8

KAJIAN RELIGIUS DALAM NOVEL SURAU INI ROBOH KARYA TAUFIQURRAHMAN JANGAN BIARKAN AL-AZIZY

0 11 13

KAJIAN RELIGIUS DALAM NOVEL SURAU INI ROBOH KARYA TAUFIQURRAHMAN KAJIAN RELIGIUS DALAM NOVEL JANGAN BIARKAN SURAU INI ROBOH KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY JANGAN BIARKAN SURAU INI ROBOH KARYA TAUFIQURRAHMAN

0 62 12

ASPEK RELIGIUS DALAM NOVEL SYAHADAT CINTA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY ASPEK RELIGIUS DALAM NOVEL SYAHADAT CINTA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY TINJAUAN: SOSIOLOGI SASTRA.

0 0 12

PENDAHULUAN ASPEK RELIGIUS DALAM NOVEL SYAHADAT CINTA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY TINJAUAN: SOSIOLOGI SASTRA.

0 0 18

ASPEK SOSIAL DALAM NOVEL DI BAWAH LANGIT KARYA OPICK DAN TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY: Aspek Sosial dalam Novel Di Bawah Langit Karya Opick dan Taufiqurrahman Al-Azizy : Tinjauan Sosiologi Sastra.

0 1 12

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL MUNAJAT CINTA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY : TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL MUNAJAT CINTA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY : TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

1 3 11

BAB 1 KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL MUNAJAT CINTA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY : TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA.

3 22 29

RELASI INTERTEKSTUAL ASPEK-ASPEK RELIGIUSITAS NOVEL DALAM MIHRAB CINTA KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY DAN NOVEL SYAHADAT CINTA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY

0 0 9

SIMBOL-SIMBOL RELIGIUS DALAM NOVEL MUNAJAT CINTA 1 KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY: PERSPEKTIF SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PIERCE

0 1 88