tumbuhan, alam raya, dan segala ciptaan-Nya serta seluruh cintanya hanya diekstensikan kepada cinta Allah
32
. d.
Dan Habiburrahman El Shirazy mengungkapkan bahwa, novel islami adalah novel yang ditulis untuk kebaikan, dan berisikan kebaikan, juga
dikemas dalam bingkai yang tidak bertentangan dengan Al- Qur’an dan
As-Sunnah. Maka dalam hal ini novel islami adalah novel yang seluruh
unsurnya memiliki substansi menuju kepada kebenaran, dari segi plotnya, karakter tokohnya, setting cerita, juga pesannya berlandaskan
al- Qur’an dan teladan Nabi Muhammad As-Sunnah dan yang pasti
penulisnya pun orang Islam.
3. Jenis-jenis Novel
Menurut Hashim Awang, novel terbagi atas 8 bagian
33
, diantaranya: 1.
Novel perwatakan, yakni novel yang menceritakan tentang pelukisan dan perkembangan watak. Contoh: Rentong.
2. Novel Psikologi, yakni novel yang menekankan penjiwaan watak.
Contoh: Hari-hari Terakhir Seorang Seniman. 3.
Novel Peristiwa, yakni novel yang membahas tentang peristiwa- peristiwa yang menarik, tetapi mungkin tidak berhubungan. Contoh:
Puteri Gunung Tahan.
32
Siti Shobariyatul Irfani, Skripsi: Metode Dakwah Islam habiburrahman El Shirazy dalam Novel Islami , h. 24.
33
www. Members.tripod.com.
4. Novel Resaman, yakni penceritaan tentang adapt resam satu-satu
masyarakat pada satu masa dan tempat tertentu. Contoh: Cinta Gadis Rimba.
5. Novel Sejarah, yakni yang menekankan kepada kedua aspek, yaitu
aspek sejarah dan adapt resam. Contoh: Panglima Awang. 6.
Novel Sosial, yakni novel yang menyangkut tentang persoalan yang ada di masyarakat. Contoh: Salina.
7. Novel Politik, yakni novel yang menceritakan tentang hal-hal yang
berhubungan dengan politik. Contoh: Kristis. 8.
Novel Lawan Alam, yakni novel tentang kawasan-kawasan tertentu. Contoh: Ranjau Sepanjang Jalan.
Sedangkan menurut Moctar Lubis, jenis-jenis novel terdiri dari: a.
Novel Avontur, yakni dipusatkan pada seorang lakon utama, pengalaman lakon dimulai pada pengalaman oertama dan diteruskan
pada pengalaman-pengalaman selanjutnya hingga akhir cerita. Sering rintangan datang, dari rintangan satu ke rintangan yang lain untuk
mencapai tujuan. Biasanya dalam novel ini mempunyai sifat romantis adalah lakon perempuan. Jenis novel ini mempunyai cerita yang
kronologis. b.
Novel Psikologis, yakni perhatian pada novel ini tidak ditujukan avontur yang berturut-turut terjadi. Tetapi lebih diutamakan
pemeriksaan seluruhnya dari semua pikiran-pikiran pelaku. Novel jenis
ini berisi kupasan tentang bakat, watak, karakter para pelakunya beserta kemungkinan perkembangan jiwa.
c. Novel Detektif, yakni novel yang melukiskan cara penyelesaian suatu
peristiwa atau kejadian, untuk membongkar suatu kejadian dalam novel detektif dibutuhkan bukti-bukti untuk dapat mengungkap si
pembunuh dan sebagainya. d.
Novel sosial, yakni pelaku pria dan wanita tenggelam dalam masyarakat, kelas atau golongan. Persoalan ditinjau bukan dari sudut
persoalan golongan dalam masyarakat, reaksi setiap golongan terhadap masalah-masalah yang timbul dan pelaku hanya dipergunakan sebagai
pendukung jalan cerita. e.
Novel Politik, yakni uraian mengenai novel politik yang dapat pula dipakai dari likisan bentuk sosial.
f. Novel Kolektif, yakni novel yang melukiskan tentang semua aspek-
aspek kehidupan yang ada.
4. Prinsip-prinsip Novel
Untuk meningkatkan daya apresiasi pembaca yang baik, maka seorang pengarang harus mempunyai prinsip-prinsip dalam membuat
karangan tersebut
34
. P. Suparman mengemukakan prinsip-prinsip novel adalah sebagai
berikut yaitu
35
:
34
P.Suparman Natawijaya, Bimbingan Untuk Cakap Menulis, Jakarta: Gunung Mulia, 1979, cet.ke-2, h.37.
a. Kisah perjalanan sehari-hari; Karya sastra yang merupakan gambaran
kehidupan yang diungkapkan melalui bahasa. Problematika kehidupan merupakan suatu kenyataan social yang dijadikan inspirasi dalam
menciptakan sebuah karya sastra. b.
Tokoh memiliki keistemawaan; Suatu cerita bukan saja menyajikan urutan-urutan kejadian, tetapi kejadian tersebut ada sangkut pautnya
dengan orang atau tokoh tertentu, maka dari itu tokoh dalam cerita mempunyai peranan penting, sebab ia merupakan penggerak jalan
cerita dan tokoh tersebut harus memiliki keistemawaan. c.
Mempunyai periode awal; Pada periode ini pengarang biasanya mulai memperkenalkan informasi yang dianggap penting kepada para
pembacanya. d.
Memiliki periode perubahan nasib; Pada periode ini biasanya muncul berbagai konflik yang dialami oleh tokoh.
e. Memiliki periode akhir; Pada periode ini konflik biasanya dapat diatasi
dan diselesaikan. f.
Skematis tanpa fantasi; Novel diciptakan secara skematis agar pembaca tidak kabur dalam memahami cerita.
g. Materi sepanjang roman atau sependek cerpen; Dalam menulis novel,
panjang materi yang diceritakan harus sesuai dengan aturan penulisan novel.
35
P.Suparman Natawijaya, Bimbingan Untuk Cakap Menulis, Jakarta: Gunung Mulia, 1979, cet.ke-2, h. 38.