Analisis wacana pesan teologis dalam novel Musafir Cinta karya Taufiqurrahman Al-Azizy
Diajukan kepada fakultas dakwah dan komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana ilmu sosial islam ( s.sos. I )
Oleh : HIKMATUNNISA NIM 104051001786
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1431 H / 2010 M
(2)
i
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Juni 2010
(3)
ii
Taufiqurrahman Al-Azizy
Novel Musafir Cinta mengandung pesan teologis, yaitu di dalamnya menyangkut pesan-pesan yang terdapat nilai ketuhanan (keimanan seseorang terhadap Tuhan-nya), yang dimanivestasikan dalam aspek-aspek kehidupan sosial yang juga terkandung dalam agama manapun, seperti Islam yang mencakup pendidikan dan pengajaran tentang akhlak yang baik.
Dari penjabaran di atas, maka penulis memunculkan pertanyaan, sebagai objek pembahasan skripsi ini, bagaimana wacana pesan teologis yang terkandung dalam novel Musafir Cinta yang dikemas oleh Taufiqurrahman Al-Azizy? Bagaimana penyusunan wacana pesan teologis yang terkandung dalam novel Musafir Cinta karya Taufiqurrahman Al-Azizy dilihat dari kognisi sosial dan konteks sosialnya?.
Secara keseluruhan pesan teologis yang terkandung dalam novel
Musafir Cinta karangan Taufiqurrahman al-Azizy ini, lebih banyak menyoroti
tentang kehidupan anak manusia bagaimana hubungan manusia dengan Tuhan-Nya, hubungan manusia dengan manusia lainnya, juga hubungan manusia dengan lingkungannya yang mencoba menapaki hidayah ilahi untuk mendapat ridho dan keadilan Ilahi.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana
(discourse analiysis) yang merupakan salah satu alternatif dalam menganalisis
media dengan pendekatan kualitatif.
Pesan teologis yang ingin disampaikan oleh komunikator adalah dari hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan manusia lainnya dan lingkungan di sekitarnya. Dalam analisis novel melalui pendekatan kognisi sosial ini difokuskan pada bagaimana sebuah teks dirilis, dipahami, dan ditafsirkan. Dalam penulisan novel Musafir Cinta, pengarang merupakan sumber utama dalam terbentuknya cerita. Dan pada analisis novel ini melalui pendekatan konteks sosial adalah faktor eksternal yang mempengaruhi cerita atau teks. Dalam novel Musafir Cinta, terinspirasi setelah mentafakuri salah satu ayat Al-Qur’an yang mengkisahkan tentang pencarian Tuhan oleh Nabi Ibrahim as. Inspirasi besar inilah yang mendorong pengarang untuk menulis buku bacaan Islami seperti novel Musafir Cinta yang mudah dicerna dan dipahami, lugas, mengalir, penuh hikmah, menyentuh jiwa yang dikemas dalam bentuk novel spiritual pembangunan iman.
(4)
iii
saying-Nya selalu memberkati semesta alam raya ini. Sembah sujudku untuk-Nya yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi yang telah mengajarkan tauhid dan akhlak kepada seluruh umat manusia.
Kebahagiaan yang bercampur keharuan beriringan dengan syukur yang selalu tunduk kepada Allah yang tidak henti-hentinya mencurahkan kesempatan, kesanggupan dan kemampuan dalam menghadapi segala hal. Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan perkuliahan, hingga penulisan skripsi ini tidak bisa berjalan sendiri. Karenanya penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga, kepada:
1. Bpk Drs. Arif Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bpk Drs. Jumroni, M.Si, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bpk Drs. Masran, M.Ag, selaku Pembimbing Akademik di Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Umi Musyarrofah, M.Ag, selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, yang selalu senantiasa meluangkan waktu, dan pikirannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
(5)
iv
dalam membesarkan dan membimbing penulis serta doanya selama ini, dan Alm.Ayahanda H.Abd. Salam semoga diterima di sisi Allah SWT dan ditempatkan di tempat yang paling indah di sisi-Nya, dan keluarga yang selalu memberikan motivasi baik moril ataupun materil, dan penulis mengucapkan terima kasih yang teramat dalam atas dukungan dan kepercayaannya.
7. Suami tercinta, Hery Setiawan S.H, terima kasih buat motivasi apapun bentuknya baik moril ataupun materil. Dan anakku tercinta Radhin.
8. Ust. Taufiqurrahman Al-Azizy, penulis mengucapkan banyak terima kasih untuk inspirasi, waktu dan kesempatannya dalam penyelesaian skripsi ini. 9. Para Dosen yang telah berbagi ilmu pengetahuan kepada penulis selama
menempuh pendidikan di perkuliahan. Penulis mengucapkan terima kasih, jasa kalian tiada tara.
10.Teman-teman KPI A, B, C, D terutama KPI B tahun 2004, Komunitas Mahasiswa Kreatif Audio Visual (KOMKA), dan teman-teman sewaktu di kosan yang semuanya memberikan keceriaan dan semangat selama ini terima kasih atas semuanya.
11.Sahabat-sahabatku yang tersayang, Restifa, Anis, Tia, Sarah, Baity, Hayat, Haiza, Mika, Ida, Yayu, Syahrani dan yang tidak disebutkan namanya, terima kasih atas perhatian, dukungan, dan motivasi dari kalian semua.
(6)
v
banyak di masa depan bagi penulis khususnya dan semua pihak pada umumnya.
Ciputat,
(7)
vi
ABSTRAK……….ii
KATA PENGANTAR………......iii
DAFTAR ISI………....vi
DAFTAR TABEL………....viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………..6
D. Tinjauan Pustaka………...7
E. Metodologi Penelitian………...8
F. Sistematika Penulisan……...………...12
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Analisis Wacana dan Teori Van Djik 1. Pengertian Analisis Wacana...………13
2. Kerangka Analisis Wacana………….………...16
B. Pesan Teologi 1. Pengertian Teologi………..………....22
2. Iman kepada Allah SWT………...24
3. Iman kepada Malaikat Allah SWT………...25
4. Iman kepada Kitab Allah SWT………...26
5. Iman kepada Rasul Allah SWT………...29
6. Iman kepada Hari Kiamat………...30
(8)
vii
3. Jenis-jenis Novel………...38 4. Prinsip-Prinsip Novel………...40
BAB III GAMBARAN UMUM NOVEL MUSAFIR CINTA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY
A. Biografi Taufiqurrahman Al-Azizy…….………...42 B. Sinopsis Novel Musafir Cinta……….…………...46
BAB IV TEMUAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Wacana Pesan Teologis dalam Novel Musafir Cinta
yang dikemas oleh Taufiqurrahman Al-Azizy………...53 B. Analisis Novel Musafir Cinta Melalui Pendekatan
Kognisi Sosial………..…..80 C. Analisis Novel Musafir Cinta Melalui Pendekatan
Konteks Sosial………...82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………..…………...84 B. Saran-saran ………...…………...86
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
(9)
viii
(10)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Sebagai makhluk sosial manusia dalam menjalani hidupnya harus mengikuti aturan atau norma yang ada. Maka dalam kehidupannya, manusia diberikan oleh Allah aturan agama agar dapat hidup sesuai dengan aturan Ilahi. Karena agama adalah suatu manivestasi akan suatu keyakinan dan kepercayaan (spitualitas) kepada Tuhannya sebagai sang pencipta. Berdasarkan tuntutan agama, kualitas dan ketinggian derajat seseorang itu ditentukan oleh ketakwaan yang ditujukan oleh prestasi kerjanya yang bermanfaat bagi manusia1. Agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta2.
Agama yang dianut seseorang dapat meningkatkan moral dan spiritualnya. Kekuatan moral dan spiritual ini pada psinsipnya dapat ditingkatkan kualitasnya melalui pembinaan agama, sehingga mampu menyentuh sesuatu yang sangat asasi yakni hati nurani.
Agama yang sampai ke dalam hati nurani manusia, yaitu agama Islam yang dapat bertahan sampai saat ini, karena Rasulullah dalam menyebarkan agama tersebut penuh dengan kebijaksanaan. Kebijaksanaannya dalam menyampaikan risalah dakwahnya merupakan pelajaran bagi siapa saja dalam
1
Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT. Grafindo Persada), h. 88.
2 Elizabeth Nottingham, Terjemahan: Agama dan Masyarakat; Suatu Pengantar Sosiologi Agama, , (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), h. 3.
(11)
menyampaikan pesan dakwahnya salah satunya ada pesan teologis, pesan akan ketauhidan (keesaan dan adanya Tuhan) di dalamnya. Salah satu dalam menyampaikannya melalui media tulisan seperti karya sastra.
Karya sastra adalah refleksi masyarakat dari renungan mendalam serta pengolahan serius penciptanya (sastrawan). Karya sastra harus mengandung kebenaran, sastra yang baik adalah yang mengandung kebenaran. Akan tetapi, kebenaran dalam karya sastra bukanlah kebenaran faktual, melainkan lebih kepada kebenaran ideal. Banyak ide dalam karya sastra, ide-ide itu bisa berujud hal-hal tentang hubungan sesama manusia, tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan makhluk lainnya, tentang pendidikan, agama, dan lain-lain.3
Secara umum bentuk karya sastra terbagi tiga, yaitu prosa, puisi, dan drama. Masing-masing bentuk karya sastra tersebut memiliki ciri khas sebagai pembedanya. Salah satu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa adalah novel. Novel adalah cerita prosa tentang kehidupan manusia, seperti halnya cerpen, tetapi isinya lebih terbatas dari pada roman.
Novel yang merupakan hasil manivestasi dari para sastrawan, memberikan peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Keberadaannya turut membantu perubahan struktur sosial dalam masyarakat. Hal itu dapat dilihat apabila sastra tersebut telah dikenal dan berkembang di masyarakat. Karena novel tidak hanya sekedar bacaan hiburan saja, tetapi di
3
(12)
dalamnya terkandung pelajaran, pengajaran, serta tingkah laku dan pola-pola kehidupan masyarakat4.
Bahasa juga merupakan unsur penting dalam karya sastra, karena pemilihan bahasa yang baik akan berpengaruh pula kepada kualitas karya sastra itu sendiri. Pemilihan bahasa adalah salah satu bentuk interaksi sosial5. Bahasa merupakan alat untuk mengekspresikan diri dan menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada6. Jadi, pemakaian dan pemilihan bahasa yang baik dalam sebuah karya sastra baik itu novel, puisi, cerpen merupakan sarana komunikasi yang dapat menyampaikan semua pesan yang diangkat oleh penulis, sehingga karya tersebut berkualitas dan dapat dinikmati oleh pembaca.
Demikian juga dengan imajinasi atau ide, Kekuatan imajinasi atau ide merupakan sebuah modal dasar seorang penulis novel. Melalui imajinasi pula alur cerita dapat dilukiskan sehingga cerita menjadi lebih nyata dan hidup.
Seni tulis menulis memberikan kesenangan, hiburan, dan kebahagiaan pada manusia, karena seni adalah keindahan. Maka dari itu, novel selain menghibur juga berguna untuk memanusiakan manusia, karena di sana juga terdapat pesan-pesan yang diambil hikmahnya7. Yang di dalamnya banyak mengandung pesan sosial, pesan moral, pesan dakwah, maupun pesan teologis.
4
Nguruh Persua, Peranan Kesusastraan dalam Pendidikan, h.5.
5
S.C Dik dan J.G. Kooij, Ilmu Bahasa Umum (Terj), (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1994), h.20.
6
Gorys Keraf, Komposisi (Nusa Indah, 1994), h.3.
7
(13)
Novel yang mengandung pesan teologis, yaitu yang di dalamnya menyangkut pesan-pesan yang terdapat nilai ketuhanannya (tentang keimanan atau keyakinan seseorang terhadap nya), yang sangat mencintai Tuhan-nya yang dimanivestasikan dalam aspek-aspek kehidupan sosial yang juga terkandung dalam agama manapun, seperti Islam yang mencakup berbagai aspek kehidupan yang bernuansa islami, maupun mengandung pendidikan dan pengajaran tentang akhlak atau tingkah laku yang baik. Hal itu akan lebih mudah diterima dan juga dapat memberikan pengaruh kepada masyarakat pembaca.
Seperti halnya novel Musafir Cinta, yang merupakan novel religius yang di dalamnya tersurat dan tersirat akan pesan teologisnya, yaitu salah satu karya tulis Taufiqurrahman al-Azizy. Kehadiran novel ini memberikan warna khazanah sastra dan pernovelan di Indonesia. Novel ini menceritakan tentang pencarian makna spiritulitas seseorang dalam beragama dan berkeyakinan untuk mendapat ridho dan keadilan Ilahi, yaitu dua orang pemuda yang melakukan pencarian makna spiritulitasnya terhadap Tuhannya, yang bukan hanya sekedar warisan keluarga yang turun-temurun saja, seperti pada kisah Nabi Ibrahim AS, yang melakukan pencarian terhadap Tuhannya, tetapi cerita dalam novel Musafir Cinta ini, mencari akan kebenaran Islam yang kaffah, menyeluruh dan sempurna dengan dasar syari’at, tarekat dan makrifat, yaitu rahasia spiritual terdalam setiap muslim sejati.
Novel ini dikemas dengan bahasa yang menarik, gaya tutur yang lancar, mengalir dan penuh dengan hikmah dan sarat dengan pesan-pesan,
(14)
baik pesan dakwah, moral maupun pesan teologis khususnya, dan disertai dengan dalil-dalil dari ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits, namun pesan itu sama sekali tidak mengganggu kenikmatan membaca ceritanya.
Novel ini yang dikemas oleh pengarang Taufiqurrahman al-Azizy ini, menurut penulis memiliki daya gugah yang amat kuat. Siapapun yang membacanya akan ikut merasakan secara tidak disadari dapat mengidentifikasikan dirinya sendiri, yaitu larut dalam lakon tokoh-tokohnya yang terdapat dalam novel tersebut, dan dapat hanyut dalam suasana yang diceritakan di dalamnya, adanya ketegangan, mengharukan, dapat menggugah hati, menyentuh jiwa akan spiritual seseorang yang membacanya, yaitu dalam novel Musafir Cinta ini, sebuah novel yang menceritakan seorang pemuda yang mencari kesejatian Cinta Ilahi dan kebenaran Islam yang kaffah. Oleh karena itu, wajar novel ini disebut sebagai Novel Spiritual Pembangun Iman, karena setelah membaca novel ini mau tak mau kita harus mengiyakan bahwa memang begitulah efek yang mungkin dirasakan oleh bagi siapa saja yang membacanya.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk lebih jauh dan beralasan untuk menganalisis novel ini. Analisis yang akan dikembangkan adalah mencoba memahami wacana pesan teologis yang dikemas oleh Taufiqurrahman al-Azizy dalam novel Musafir Cinta tersebut. Jadi judul skripsi ini adalah
“ANALISIS WACANA PESAN TEOLOGIS DALAM NOVEL
(15)
Diharapkan isi skripsi ini nantinya dapat mendalami makna dari kalimat yang terdapat dalam novel tersebut yang berisi wacana pesan teologis.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, maka penulis membatasi penelitian ini pada karya Taufiqurrahman Al-Azizy terutama berkenaan dengan wacana pesan teologis yang terkandung dalam novel Musafir Cinta. Adapun rumusan pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana wacana pesan teologis yang terkandung dalam novel Musafir
Cinta yang dikemas oleh Taufiqurrahman Al-Azizy?
2. Bagaimana penyusunan wacana pesan teologis yang terkandung dalam novel Musafir Cinta karya Taufiqurrahman Al-Azizy dilihat dari kognisi sosial dan konteks sosialnya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui wacana pesan teologis yang terkandung dalam novel Musafir
Cinta yang dikemas oleh Taufiqurrahman Al-Azizy .
2. Mengetahui penyusunan wacana pesan teologis yang terkandung dalam novel Musafir Cinta karya Taufiqurrahman Al-Azizy dilihat dari kognisi sosial dan konteks sosialnya.
Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Akademik
(16)
Penulis berharap penelitian ini dapat menambah wawasan bagi para praktisi keagamaan dalam memanfaatkan tulisan sebagai salah media dakwah dan komunikasi, khususnya novel. Dan juga diharapkan untuk memperkaya hasil penelitian melalui pendekatan analisis wacana.
2. Manfaat Praktis
Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan masukan ataupun kontribusi bagi para teorisi, praktisi, pemikir dakwah untuk lebih memanfaatkan kemampuan menulisnya sebagai saluran berdakwah melalui tulisan di era reformasi, tidak terkecuali para seniman sastra.
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu dan buku-buku serta artikel-artikel yang membahas tentang novel. Pada penelitian ini akan disampaikan analisis wacana pesan teologis yang terkandung dalam novel Musafir Cinta karya Taufiqurrahman Al-Azizy. Adapun merujuk pada penelitian terdahulu seperti penelitian:
1. Analisis Wacana Pesan Moral dalam novel Di Bawah Lindungan Ka’bah oleh Nurchasanah tahun 2007.
2. Analisis Wacana Pesan Sinetron Santriwati Gaul oleh Nurseha tahun 2007.
3. Analisis Wacana Dakwah Melalui Film Koran Gondrong oleh Lisa Badriah tahun 2006.
(17)
Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menjadi sinetron atau pun film sebagai objek penelitian. Penelitian yang peneliti lakukan yakni Analisis Wacana Pesan Teologis dalam novel. Meskipun telah ada sebelumnya penelitian terdahulu yang menganalisis wacana namun belum ada yang meneliti analisis wacana pesan teologis dalam sebuah novel. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap dan sebagai bahan perbandingan dari penlitian serupa yang telah ada serta menambah khazanah penelitian di bidang novel dalam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
E. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana
(discourse analiysis) yang merupakan salah satu alternatif dalam menganalisis
media menggunakan pendekatan kualitatif, selain analisis isi dengan pendekatan kuantitatif yang lebih sering digunakan.
Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi atau lebih tepatnya adalah menelaah yang berkenaan dengan aneka fungsi
(pragmatik) bahasa8.
Melalui analisis wacana, penulis tidak hanya mengetahui isi teks, tetapi juga bagaimana sebuah pesan itu disampaikan lewat kata, frase, kalimat, atau metafora macam apa yang disampaikan. Unsur penting dalam analisis
8
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: Rosda Karya, 2004), h. 48.
(18)
wacana adalah kepaduan (coherence) dan kesatuan (unity) serta penafsiran peneliti.9
Model yang digunakan oleh penulis adalah model Teun A. Van Dijk, menurutnya penelitian wacana tidak hanya terbatas pada teks semata, tetapi juga bagaimana suatu teks diproduksi. Kelebihan analisis wacana model ini, adalah bahwa penelitian wacana tidak semata-mata dengan menganalisis teks saja, tetapi juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat dan bagaimana kognisi/pikiran serta kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu.10
Elemen analisis wacana dalam struktur teks yang dipaparkan oleh Van Dijk, dibedakan menjadi tiga struktur atau tingkatan. Maka struktur teks itu adalah sebagai berikut:
1. Struktur makro, adalah makna global/umum dari suatu teks yang dapat dipahami dan diamati dari topik/tema yang diangkat oleh suatu teks. 2. Superstruktur, yaitu kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi,
penutup, dan kesimpulan.
3. Struktur mikro, yaitu makna local dari suatu teks yang apat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.11
Berikut akan dijelaskan satu persatu elemen wacana Teu A. Van Dijk yang diterapkan dalam dimensi teks sosial penelitian ini:
9
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing h. 68.
10
Eriyanto, Analisis wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: LKiS, 2006), h. 224.
11
(19)
Tabel 1 Struktur
Wacana
Hal Yang Diamati Elemen
Struktur Makro
Tematik
Tema atau topik yang dikedepankan dalam novel Musafir Cinta.
Topik
Superstruktur Skematik
Bagaimana bagian dan urutan novel yang dikemas dalam teks yang utuh.
Skema
Struktur Mikro
1.Semantik
Makna yang ingin ditekankan dalam novel Musafir Cinta. 2.Sintaksis
Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih.
3.Stilistik
Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam novel Musafir
Cinta.
4.Retoris
Bagaimana dan dengan cara apa penekanan cerita dilakukan.12
Latar, Detail, dan Maksud. Bentuk kalimat, Koherensi, dan Kata Ganti. Leksikon
Grafis,
Metafora,dan Ekspresi. 1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah novel Musafir Cinta karya Taufiqurrahman Al-Azizy, sedangkan objek penelitiannya adalah konstruksi wacana dari segi atau dimensi teks sosial, kognisis sosial, dan konteks sosial.
12
(20)
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu melakukan penelitian adalah pada pertengahan tahun 2008. Dan tempat melakukan penelitian ini, dalam menganalisis wacana dalam novel Musafir Cinta karya Taufiqurrahman Al-Azizy ini adalah di dalam rumah atau tempat tinggal penulis sendiri.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh datanya, penulis melakuka dokumentasi kerena merupakan sumber yang stabil, berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian, hasil pengkajian dokumen akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan terhadap sesuatu yang diteliti. Dokumen yang dikumpulkan semuanya berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data-data atau teori-teori dari buku, majalah, internet dan yang lainnya yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
4. Tehnik Analisa Data
Dalam penelitian analisis wacana ini, data-data akan disesuaikan dengan metode yang digunakan Teun A. Van Dijk, yaitu meneliti dari analisis teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Data-data tersebut merupakan data yang terdapat dalam novel Musafir Cinta, kemudian akan ditafsirkan oleh peneliti dengan disesuaikan pada kerangka dalam analisa wacana.
Dalam analisis wacana, proses penafsiran dari peneliti merupakan hal utama dalam menganalisis datanya karena dalam penelitian ini, subjek yang diteliti adalah novel Musafir Cinta. Oleh karena itu, penulis dalam melakukan penelitian ini menggunakan teori Van Djik.
(21)
Setelah melakukan penafsiran, selanjutnya melakukan penyajian data yang berbentuk sekumpulan informasi, yang kemudian data tersebut kemungkinan akan dijadikan sebagai acuan dalam penarikan kesimpulan dan pemberian saran.
F. Sistematika Penelitian
Bab I Pendahuluan, mencakup Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penelitian.
Bab II Tinjauan Teoritis, yang mencakup Konsep Analisis Wacana, yang terdiri dari Pengertian Analisis Wacana, Jenis-jenis Analisis Wacana dan Analisis Wacana Teun A. Van Dijk, Pengertian Teologi, Penjelasan Mengenai Rukun Iman, serta Pengertian Novel dan Jenis-jenisnya.
Bab III Gambaran Umum Novel Musafir Cinta Karya Taufiqur-Rahman Al-Azizy, mencakup Biografi Taufiqurrahman Al-Azizy dan Sinopsis Novel Musafir Cinta.
Bab IV Temuan Data Dan Pembahasan, mencakup Wacana Pesan Teologis dalam Novel Musafir Cinta yang dikemas oleh Taufiqurrahman Al-Azizy, Analisis Novel Musafir Cinta Melalui Pendekatan Kognisi Sosial, serta Analisis Novel Musafir Cinta Melalui Pendekatan Konteks Sosial.
(22)
(23)
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Analisis Wacana dan Teori Van Dijk 1. Pengertian Analisis Wacana
Kata analisis wacana terdiri dari dua kata, yaitu analisis dan wacana. Analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa, penjelasan sesudah dikaji sebaik-baiknya, penguraian suatu pokok atas berbagai bagian, serta penguraian karya sastra atas unsur-unsurnya untuk memahami pertalian antar unsur tersebut1.
Secara etimologi, istilah wacana berasal dari bahasa Sansakerta, yaitu wac/wak/uak yang memiliki arti “berkata” atau “berucap”.
Kemudian kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Kata “ana” yang berada di belakang adalah bentuk sufiks (akhiran) yang bermakna “membendakan” (nominalisasi). Dengan demikian, kata wacana dapat diartikan sebagai perkataan atau urutan2.
Namun, istilah wacana diperkenalkan dan digunakan oleh para linguis di Indonesia sebagai terjemahan dari istilah bahasa Inggris “discourse”. Kata “deiscourse” sendiri berasal dari bahasa Latin
1
Departemen Pendididikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. Ke-1, h. 32.
2
Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode, Aplikasi, dan Prinsip-prinsip Analisis Wacana, (Yogjakarta: Tiara Wacana, 2005), h. 3.
(24)
“discursus” (lari ke sana ke mari). Kata ini diurunkan dari kata “dis” (dan/dalam arah yang berbeda) dan kata “currere” (lari).3
Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, terdapat tiga makna dari kata wacana. Pertama, percakapan, ucapan dan tutur. Kedua, keseluruhan tutur atau cakapan yang merupakan satu kesatuan. Ketiga, satuan bahasa terbesar, terlengkap, yang realisasinya pada bentuk karangan yang utuh, seperti novel, buku dan artikel4.
Istilah wacana menunjukkan pada kesatuan bahasa yang lengkap yang umumnya lebih besar dari kalimat, baik disampaikan secara lisan maupun tulisan. Wacana adalah rangkaian kalimat yang serasi yang menghubungkan kalimat satu dengan kalimat lainnya sehingga membentuk satu kesatuan5.
Alex Sobur mengartikan wacana adalah rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, yang dibentuk oleh unsur segmental maupun unsure nonsegmental bahasa6.
Pembahasan wacana pada dasarnya merupakan pembahasan terhadap hubungan antar konteks-konteks yang terdapat di dalam teks. Pembahasan
3
Dede Oetomo, Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana (Yogyakarta: Kanisius, 1993), h. 3.
4
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Modern English Press, 2002), edisi ke-3, h. 1709.
5
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jogjakarta: LkiS, 2006), cet. Ke-5, h. 3.
6
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, (PT. Remaja Rosdakarya, 2006), cet. Ke-4, h. 11.
(25)
itu bertujuan menjelaskan hubungan antar kalimat atau antar ujaran yang berbentuk wacana7.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa wacana adalah bentuk komunikasi bahasa baik lisan maupun tulisan yang disusun dengan menggunakan kalimat yang teratur, sistematis, dan terarah sehingga kalimat yang satu dengan yang lainnya akan menjadi satu kesatuan yang mempunyai makna. Hal ini juga tidak terlepas kaitannya antara teks dan konteks.
Sedangkan pengertian analisis wacana secara konseptual adalah merujuk kepada upaya mengkaji pengaturan bahasa atas kalimat, mengkaji satuan kebahasaan yang lebih luas8.
Analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dalam komunikasi. Lebih lanjut analisis wacana adalah telaah mengenai aneka fungsi (fragmatik) bahasa9.
Analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks dari pada penjumlahan unit kategori, dasar dari analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis wacana merupakan bagian dari metode interpretatif yang mengandalkan interpretasi dan penafsiran peneliti10.
Jadi dapat dipahami bahwa analisis wacana adalah studi tentang pengkajian fungsi bahasa secara sistematis antara kalimat, teks dan konteks, sehingga makna atau pesan yang tekandung dalam kalimat
7
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, h. 10.
8
Mulyana, Kajian Wacana, h. 69.
9
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Wacana, (Bandung: Angkasa, 1993), h. 24.
10
(26)
tersebut dapat diungkapkan dengan jelas. Dalam analisis wacana juga melibatkan pandangan, interpretasi atau tafsiran dari penulis dalam mengurai makna-makna yang tersembunyi.
2. Kerangka Analisis Wacana
Ada banyak model analisis wacana yang diperkenalkan para ahli. Model analisis wacana yang banyak dipakai dalam penelitian wacana adalah model milik Van Dijk, hal ini dikarenakan Van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana, sehingga bisa didayagunakan dan dipakai secara praktis. Model yang dipakai oleh Van Dijk ini sering disebut sebagai “kognisi sosial”.
1. Konteks sosial
Konteks sosial adalah faktor-faktor yang mempengaruhi cerita atau teks yang berasal dari luar. Menurut Van Dijk, struktur ini melihat bagaimana teks dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan pengetahuan yang berkembang dalam publik atas suatu wacana. Konteks sosial berusaha memasukkan semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan mempengaruhi pemakaian bahasa.
2. Kognisi sosial
Struktur ini menekankan pada bagaimana peristiwa yang dipahami, didefinisikan, kemudian ditampilkan dalam suatu model. Proses terbentuknya teks pada tahap ini memasukkan informasi yang digunakan untuk menulis dari suatu wacana.
(27)
Van Dijk membuat kerangka analisis wacana dan membaginya ke dalam tiga tingkatan:
a. Struktur makro; ini merupakan makna umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik suatu teks. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi dari suatu peristiwa.
b. Superstruktur adalah kerangka suatu teks, bagaimana struktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh.
c. Struktur mikro; yaitu makna wacana yang dapat diamati dengan menganalisis kata, kalimat, proposisi, anak kalimat yang dipakai11.
Kerangka atau struktur yang diperkenalkan Van Dijk di atas dapat digambarkan sebagai berikut12:
Tabel 2
Kerangka/struktur Wacana Van Dijk Struktur
Wacana
Hal yang diamati Elemen
Struktur makro Tematik (Apa yang dikatakan)
Topik Superstruktur Skematik
(Bagaimana pendapat itu disusun)
Skema
11
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 229.
12
(28)
Struktur mikro Semantik
(Makna yang ditekankan) Sintaksis
(Bagaimana disampaikan) Stalistik
(Pilihan kata yang dipakai)
Retoris
(Bagaimana dan dengan cara apa penekanan
dilakukan)
Latar, detail, maksud, peraanggapan,
nominalisasi. Bentuk kalimat, koherensi, kata ganti
Leksikon
Grafis, metafora, dan ekspresi
Van Dijk berpandangan bahwa teks itu dapat dianalisis dengan menggunakn kerangka tersebut. Untuk memperoleh gambaran dari kerangka di atas, berikut adalah penjelasan secara singkat:
a. Tematik
Kata tema sering disebut juga topik. Topik dari suatu wacana memainkan peranan penting menunjukkan informasi atau inti pesan yang disampaikan oleh komunikator. Elemen tematik menunjukkan gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari teks. Topik menggambarkan apa yang ingin disampaikan atau diungkapkan oleh penulis13.
Teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu pandangan tertentu atau topik tertentu, tetapi suatu pandangan umum yang koheren. Van Dijk menyebut hal ini sebagai koherensi global (global
13
(29)
coherence), yakni bagian-bagian teks yang saling mendukung satu sama lain untuk menggambarkan topik14.
b. Skematik
Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks dapat disusun dan diurutkan sehingga membentuk satu kesatuan arti.
Secara hipotetik memiliki dua kategori skema besar yakni:
Pertama, Summary yang ditandai dengan dua elemen judul dan lead
(teras berita). Kedua, Story yakni isi berita secara keseluruhan. Judul
biasanya dibuat semenarik mungkin, dicetak bervariasi, posisi judul juga amat menentukan. Judul ini berfungsi untuk mengiklankan cerita, dan mengikhtisarkan cerita. Lead adalah intisari berita yang mempunyai tiga fungsi yaitu: Pertama, menjawab rumus 5W+1H
(who, what, when, where, why + how). Kedua, menekankan
newsfeature of story dengan menempatkan pada posisi awal. Ketiga,
memberikan identifikasi cepat tentang orang, tempat dan kejadian bagi pemahaman cerita.
c. Semantik
Semantik adalah studi linguistik yang mempelajari makna/arti dalam bahasa15. Semantik adalah disiplin ilmu bahasa yang menelaah makna satuan lingual, baik makna leksikal maupun gramatikal. Makna
14
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 230.
15
Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet. Ke-3, h.2.
(30)
leksikal adalah makna unit semantik yang terkecil yang disebut leksem, sedangkan gramatikal adalah makna yang terbentuk dari penggabungan satuan kebahasaan.
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi arti yang ingin ditampilkan. Latar peristiwa itu dipakai untuk menyediakan latar belakang hendak kemana makna suatu teks itu dibawa16.
Detail berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan seseorang (komunikator). Komunikator akan menampilkan secara berlebihan informasi yang sedikit jika hal itu merugikan dirinya.
Elemen maksud melihat apakah teks itu disampaikan secara eksplisit atau tidak, apakah fakta itu disajikan secara gambling atau tidak.
d. Sintaksis
Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antar kata dalam tuturan/kalimat17. Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, proposisi atau kalimat. Koherensi dapat ditampilkan melalui hubungan sebab-akibat, bisa juga sebagai penjelas. Koherensi dapat diamati diantaranya dari kata penghubung (konjungsi) seperti: dan, tetapi, lalu, karena, dan lain-lain.
Kata ganti merupakan alat untuk memanipulasi bahasa dengan menciptakan suatu komunitas imajinatif. Kata ganti merupakan alat
16
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media,, h. 235.
17
W.M.Verhaar, Asas-asas Linguistik Umum, (Jogjakarta: Universitas Gajah Mada Press, 2001), cet. Ke-3, h. 161.
(31)
yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana.
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis. Bentuk kalinat ini menentukan apakah subjek diekspresikan secara eksplisit atau implisit dalam teks.
e. Stalistik
Pada dasarnya elemen ini menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Stalistik menitikberatkan pada style atau gaya bahasa untuk menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Gaya bahasa mencakup diksi atau leksikel, struktur kalimat, majas, dan yang lainnya yang digunakan penulis dalam sebuah karya sastra.
Gaya bahasa menjadi salah satu bagian pemilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata. Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur yakni: kejujuran, sopan santun dan menarik18.
f. Retoris
Strategi dalam retoris ini adalah gaya yang diungkapkan ketika seseorang berbicara. Ada yang dinamakan dengan grafis dan metafora. Grafis adalah bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Elemen grafis
18
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), cet. Ke-14, h. 112.
(32)
muncul dalam bentuk foto, gambar atau tabel untuk mendukung gagasan.
Strategi retoris juga muncul dalam bentuk interaksi, yakni bagaimana pembicara menempatkan atau memposisikan dirinya dengan khalayak. Apakah memakai gaya formal, informal atau malah santai yang menunjukkan kesan bagaimana ia menampilkan dirinya.
Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat19. Dalam wacana tidak hanya menyampaikan pesan lewat teks, tetapi kiasan, ungkapan dan metafora yang dimaksudkan sebagai ornament atau bumbu dari suatu berita.
B. Pesan Teologis Pengertian Teologi
Istilah teologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari theos, yang berarti “Allah, Tuhan”, dan kata logia, yang berarti “kata-kata,
ucapan, wacana”. Wacana yang dimaksud adalah wacana yang
berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan. Dengan demikian, teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama. Teologi meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Para teolog berupaya menggunakan
19
(33)
analisis dan argumen-argumen rasional untuk mendiskusikan, menafsirkan dan mengajarkan dalam salah satu bidang dari topik-topik agama.
Istilah teologi juga terdiri dari kata “theos” artinya Tuhan, dan
“logos” yang artinya ilmu (science, study, discourse)20. Jadi teologi juga berarti ilmu tentang Tuhan atau ilmu ketuhanan. Teologi dalam Islam disebut dengan “Ilmu At-Tauhid”. Kata Tauhid mengandung arti satu atau
esa. Keesaan dalam pandangan Islam, sebagai agama monotheisme, merupakan sifat yang terpenting diantara segala sifat-sifat Tuhan. atau dalam mempertahankan pendapat dan pendirian masing-masing. Orangnya disebut dengan mutakallim, yaitu ahli debat yang pintar dan piawai dalam bersilat lidah. Sehingga muncul beberapa aliran-aliran dalam teologi Islam diantaranya: Khawarij, Murji’ah, Qadari’ah dan Jabariah, Mu’tazilah, maupun Ahli Sunnah wal Jama’ah.
Selanjutnya teologi Islam disebut juga dengan „ilm al-kalam35. Kalam adalah kata-kata, yang dimaksud dengan kalam ini adalah sabda Tuhan (Al-Qur’an). Selanjutnya kalau yang dimaksud dengan kalam, yang diartikan kata-kata manusia, teologi dalam Islam juga menyebutnya „ilm
al-kalam, karena kaum teolog Islam bersilat lidah dengan kata-kata.
Teologis, akan ketuhanan itu sangat didasarkan pada keimanan atau keyakinan seseorang pada Tuhan-nya. Objek keimanan seseorang yang tidak akan berubah manfaatnya dan tidak akan pernah hilang, yaitu
20
A. Hanafi, M.A, Pengantar Teologi Islam, (Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1995), h. 11, cet. Ke-6.
(34)
keimanan yang ditentukan oleh agama. Dalam agama Islam, ada enam pokok keimanan yang dikenal dengan Rukun Iman antara lain21:
1. Iman kepada Allah SWT 2. Iman kepada Malaikat-malaikat 3. Iman kepada Kitab-kitab Allah 4. Iman kepada Rasul-rasul Allah 5. Iman kepada Hari Akhir
6. Iman kepada Qadar baik dan buruk.
Iman kepada Allah SWT
Iman kepada Allah adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah adalah Rabb dan Raja segala sesuatu. Mengimani Rububiyah Allah SWT, artinya bahwa Allah adalah Rabb: Pencipta, Penguasa dan Pengatur segala yang ada di alam semesta ini, Yang Memberi Rizki, Yang Menghidupkan, dan Yang Mematikan, Dia memiliki sifat-sifat kesempurnaan, keagungan, dan kemuliaan, serta Dia bersih dari segala cacat dan kekurangan. Kita juga harus mengimani Uluhiyah Allah SWT artinya Allah adalah Ilaah
(sembahan) Yang hak, sedang segala sembahan selain-Nya adalah batil. Hanya Dia yang berhak diibadahi. Kepasrahan, kerendahan diri, ketundukan, dan segala jenis ibadah tidak boleh diberikan kepada selain-Nya Keimanan kita kepada Allah belumlah lengkap kalau tidak mengimani Asma’ dan Sifat-Nya, artinya bahwa Allah memiliki
21
Zakiyah Daradjat. Islam dan Kesehatan Mental, (Jakarta: Toko Gunung Agung, 2001), h. 7.
(35)
nama yang Maha Indah serta sifat-sifat yang Maha Sempurna dan Maha Luhur.
Firman Allah SWT, dalam QS.Maryam ayat 65 yang berbunyi:
Artinya: “(Dia adalah) Tuhan seluruh langit dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya. Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah
dalam beridat kepada-Nya. Adakah kamu mengetahui ada sesuatu yang
sama dengan-Nya (yang patut disembah)?”.(QS.Maryam: 65).
Dan firman Allah, yang artinya: “Tiada sesuatupun yang serupa
dengan-Nya. Dan Dia-lah yang maha mendengar lagi Maha melihat”.
(QS. Asy-Syura:11).
Iman Kepada Malaikat Allah SWT
Iman kepada malaikat adalah keyakinan yang kuat akan kebenaran bahwa Allah memiliki malaikat-malaikat, yang diciptakan dari cahaya (nur). Mereka, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah, adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Adapun yang diperintahkan kepada mereka, mereka laksanakan. Mereka bertasbih siang dan malam tanpa berhenti. Mereka melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat mutawatir dari nash-nash Al-Qur’an maupun As-Sunnah.
(36)
Dan para malaikat itu, sebagaimana firman-Nya, dalam QS. Al-Anbiya ayat 26-27 yang berbunyi:
Artinya: ”Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan, tidak pernah mereka itu mendahului-Nya dengan
perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.” (QS.
Al-Anbiya: 26-27).
Mereka diciptakan Allah SWT, maka mereka beribadah kepada-Nya dan mematuhi segala perintah-Nya. Firman Allah SWT, yang artinya: ”
…Dan malaikat-malaikat yang disisi-Nya mereka tidak bersikap angkuh
untuk beribadah kepada-Nyadan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu
bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya. “ (QS. Al-Anbiya:
19-20).
Jadi, setiap gerakan di langit dan di bumi, berasal dari para malaikat yang ditugasi di sana, sebagai pelaksanaan perintah Allah Azza wa Jalla. Maka, wajib mengimani secara tafshil (terperinci), para malaikat yang namanya disebutkan oleh Allah, adapun yang belum disebutkan namanya, wajib mengimani mereka secara ijmal (global).
Iman Kepada Kitab Allah
Yaitu meyakini dengan sebenarnya bahwa Allah memiliki kitab-kitab yang diturunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya, yang benar-benar merupakan Kalam (firman, ucapan)-Nya. Ia adalah cahaya dan petunjuk. Apa yang dikandungnya adalah benar. Tidak ada yang
(37)
mengetahui jumlahnya selain Allah. Wajib beriman secara ijmal, kecuali yang telah disebutkan namanya oleh Allah, maka wajib baginya mengimaninya secara tafshil, yaitu terperinci. Dari kitab-kitab itu, yang kita kenal ialah sebagai berikut :
1. Taurat, yang Allah turunkan kepada nabi Musa, sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Maidah: 44.
2. Zabur, ialah kitab yang diberikan Allah SWT kepada Daud AS.
3. Injil, diturunkan Allah kepada nabi Isa AS, sebagai pembenar dan pelengkap Taurat. Dalam firman Allah dalam QS : Al-Maidah ayat 46, yang berbunyi:
Artinya:”…Dan Kami telah memberikan kepadanya (Isa) injil
yang berisi petunjuk dan nur, dan sebagai pembenar kitab yang sebelumnya yaitu Taurat, serta sebagai petunjuk dan pengajaran bagi
orang-orang yang bertaqwa.” (QS : Al-Maidah : 46)
4. Al-Quran, kitab yang Allah SWT turunkan kepada Nabi Muhammad
SAW, penutup para nabi. Firman Allah SWT dalam QS. Al Baqarah: 185, yang berbunyi:
(38)
Artinya: ” Bulan Ramadhan yang diturunkan padanya
(permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi umat manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara
yang haq dan yang batil…” (QS. Al Baqarah: 185).
Selain wajib mengimani bahwa Al-Qur’an diturunkan dari sisi Allah, wajib pula mengimani bahwa Allah telah mengucapkannya sebagaimana Dia telah mengucapkan seluruh kitab lain yang diturunkan. Wajib pula melaksanakan berbagai perintah dan kewajiban serta menjauhi berbagai larangan yang terdapat di dalamnya. Al-Qur’an merupakan tolok ukur kebenaran kitab-kitab terdahulu. Hanya Al-Qur’anlah yang dijaga oleh Allah dari pergantian dan perubahan. Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang diturunkan, dan bukan makhluk, yang berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya.
Kita mengimani bahwa Allah SWT telah menurunkan kepada rasul-rasul-Nya kitab-kitab sebagai hujjah buat umat manusia dan sebagai pedoman hidup bagi orang-orang yang mengamalkannya, dengan kitab-kitab itulah para rasul mengajarkan kepada umatnya kebenaran dan
(39)
kebersihan jiwa mereka dari kemuysrikan. Firman Allah SWT, yang artinya: ”Sungguh, kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka Al-kitab dan neraca (keadilan) agar manusia melaksanakan
keadilan… “ (QS. Al-Hadid: 25).
Iman Kepada Rasul-rasul Allah
Iman kepada rasul-rasul adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah telah mengutus para rasul untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya. Kebijaksanaan-Nya telah menetapkan bahwa Dia mengutus para rasul itu kepada manusia untuk memberi kabar gembira dan ancaman kepada mereka. Maka, wajib beriman kepada semua rasul secara
ijmal (keseluruhan), sebagaimana wajib pula beriman secara tafshil
(terperinci) kepada siapa di antara mereka yang disebut namanya oleh Allah, yaitu 25 diantara mereka yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Wajib pula beriman bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi selain mereka, yang jumlahnya tidak diketahui oleh selain Allah, dan tidak ada yang mengetahui nama-nama mereka selain Allah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi.
Kita mengimani bahwa Allah SWT telah mengutus rasul-rasul kepada umat manusia. Firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa: 165, yang berbunyi:
(40)
Artinya: ” (Kami telah mengutus mereka) sebagai rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, supaya tiada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah (diutusnya) rasul-rasul itu. Dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. AN-Nisa: 165).
Wajib pula beriman bahwa Muhammad SAW adalah yang paling mulia dan penutup para nabi dan rasul, risalahnya meliputi bangsa jin dan manusia, serta tidak ada nabi setelahnya. Kita mengimani bahwa rasul pertama adalah nabi Adam dan rasul terakhir adalah Nabi Muhammad
SAW, semoga shalawat dan salam sejahtera untuk mereka semua.
Iman Kepada Hari Kiamat
Kita mengimani kebenaran hari akhirat, yaitu hari kiamat, yang tiada kehidupan lain sesudah hari tersebut. Untuk itu kita mengimani adanya Hari Kebangkitan, yaitu dihidupkannya semua mahkluk yang sesudah mati oleh Allah SWT. Firman Allah SWT dalam QS. Az-Zumar: ayat 68 yang artinya: ”Dan ditiuuplah sangkakala, maka matilah siapa
yang ada dilangit dan siapa yang ada di bumi kecuali yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka
bangkitmenunggu (putusannya masing-masing).” (QS. Az-Zumar: 68).
Kita mengimani adanya catatan-catatan amal yang diberikan kepada setiap manusia. Ada yang mengambilnya dengan tangan kanan dan
(41)
ada yang mengambilnya dari belakang punggungnya dengan tangan kiri. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Insyiqaq: 13-14, yang berbunyi:
Artinya: ” Adapun orang yang diberikan kitabnya dengan tangan kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakang punggungnya, maka dia akan berteriak celakalah aku dan dia akan masuk
neraka yang menyala.” (QS. Al-Insyiqaq: 13-14).
Iman Kepada Qadar Baik dan Buruk
Iman kepada takdir adalah meyakini secara sungguh-sungguh bahwa segala kebaikan dan keburukan itu terjadi karena takdir Allah, yaitu ketentuan yang telah ditetapkan Allah untuk seluruh mahkluk-Nya sesuai dengan ilmu-Nya dan menurut hikmah kebijakan-Nya. Allah ta’ala telah mengetahui kadar dan waktu terjadinya segala sesuatu sejak zaman azali, sebelum menciptakan dan mengadakannya dengan kekuasaan dan kehendak-Nya, sesuai dengan apa yang telah diketahui-Nya itu. Allah telah menulisnya pula di dalam Lauh Mahfuzh sebelum menciptakannya.
Banyak sekali dalil mengenai keenam Rukun Iman ini, baik dari segi Al-Qur’an maupun As-Sunnah. Diantaranya adalah firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah ayat 177 yang berbunyi:
(42)
...
Artinya: ”Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, dan
nabi-nabi…”(Al-Baqarah:177).
Dan dalam surah yang lain yang artinya: ”Sesungguhnya Kami
menciptakan segala sesuatu menurut qadar (ukuran).”(Al-Qomar: 49).
Juga sabda Nabi SAW dalam hadits Jibril, yang artinya:
”Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasulNya, dan hari akhir. Dan engkau beriman kepada
takdir Allah, yang baik maupun yang buruk.” (HR. Muslim).
Iman kepada qadar ada empat tingkatan:22
1. ‘Ilmu
ialah mengimani bahwa Allah Maha tahu atas segala sesuatu, mengetahui apa yang terjadi, dengan ilmu-Nya yang Azali dan abadi. Allah sama sekali tidak menjadi tahu setelah sebelumnya tidak menjadi tahu dan sama sekali tidak lupa dengan apa yang dikehendaki.
22
(43)
2. Kitabah
ialah mengimani bahwa Allah telah mencatat di Lauh Mahfuzh apa yang terjadi sampai hari kiamat. Firman Allah SWT,dalamQS. Al-Hajj: 70 yang berbunyi:
Artinya: ”Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. sesungguhnya tu (semua) tertulis dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya Allah yang demikian
itu amat mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hajj: 70).
3. Masyi’ah
ialah mengimani bawa Allah SWT telah menghendaki segala apa yang ada di langit dan di bumi, tiada sesuatupun yang terjadi tanpa dengan kehendak-Nya. Apa yang dikehendaki Allah itulah yang terjadi dan apa yang tidak dikehendaki Allah tidak akan terjadi.
4. Khal
Ialah mengimani Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu. Firman Allah
SWT, dalam QS. Az-Zumar ayat 62-63yang berbunyi:
(44)
Artinya: ” Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Hanya kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan)
langit dan bumi…” (QS. Az-Zumar: 62-63).
Keempat tingkatan ini meliputi apa yang terjadi dari Allah SWT
sendiri dan apa yang terjadi dari mahkluk. Maka segala apa yang dilakukan oleh mahkluk berupa ucapan, perbuatan atau tindakan meninggalkan, adalah diketahui, dicatat dan dikehendaki serta diciptakan oleh Allah SWT.
Jadi, pengertian pesan teologis disini dapat diartikan, pesan-pesan akan makna yang terkandung di dalamnya mengenai sifat-sifat ketuhanan, kebesaran dan kekuasaan Tuhan, spiritualitas ataupun keyakinan seseorang yang dimiliki terhadap Tuhannya, yang didasarkan pada keenam Rukun Iman, yang dimanifestasikan melalui pola hidup manusia sehari-hari demi menuju cahaya ilahi.
C. Novel
1. Pengertian Novel
Novel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku23. Novel biasanya lebih panjang dan lebih kompleks dari pada cerpen,
23
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasiona, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), edisi ke-3, h. 788.
(45)
umumnya novel bercerita tentang tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-hari.
Secara istilah novel banyak diberikan oleh para ahli, menurut Abdullah Ambary, novel adalah cerita yang menceritakan suatu kejadian luar biasa dari kehidupan pelakunya yang menyebabkan perubahan sikap hidup atau menentukan nasibnya24.
Menurut P. Suparman, novel adalah kisah realita dari perjalanan hidup seseorang25. Sedangkan menurut Suprapto, novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan menonjolkan watak dan sikap pelaku26.
Novel juga merupakan salah satu karya sastra yang berbentuk prosa dimana karya seni yang dikarang menurut standar kesusastraan. Kesusastraan yang dimaksud adalah penggunaan kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik27.
Novel memiliki unsur-unsur pembangun yang menyebabkan karya sastra tersebut menjadi sebuah karya yang baik dan mempunyai kekuatan dalam cerita, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik28.
Unsur intrinsik dalam novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut membangun cerita, seperti: plot, tokoh atau penokohan,
24
Abdullah Ambary, Intisari Sastra Indonesia, (Bandung: Djatnika, 1983), h. 61.
25
P. Suparman Natawijaya, Bimbingan Untuk Cakap Menulis, (Jakarta: Gunung Mulia, 1979), cet. Ke-2, h.37.
26
Suprapto, Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia, (Surabaya: Nusa Indah, 1993), h. 53.
27
Zainudin, Materi Pokok Bahasan dan Sastra Indonesia, (Jakarta: Rineke Cipta, 1992), cet. Ke- 1, h.99.
28
(46)
latar atau setting dan sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik juga termasuk unsur yang mengandung keadaan subjektifitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup yang semuanya itu mempengaruhi karya yang ditulisnya29.
Definisi novel itu sendiri yaitu bentuk karangan yang lebih pendek dari roman, tetapi lebih panjang dari cerpen. Novel menceritakan sebagian kehidupan seorang tokoh, yaitu sesuatu yang luas biasa dalam hidupnya yang menimbulkan konflik yang menjurus kepada perubahan nasib si tokoh30.
Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa novel adalah karangan prosa yang menggambarkan kehidupan manusia yang menyebabkan perubahan sikap pelakunya, alur cerita novel yang biasanya mengisahkan kehidupan yang nyata yang diperoleh dari hasil manifestasi ayau pengalaman pengarang yang secara tidak langsung memberi suguhan pesan baik itu pesan moral, sosial maupun pesan teologis yang menyangkut dengan Penciptanya (Tuhan).
29
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Jogjakarta: Universitas Gajah Mada, 1995), cet. Ke-1, h. 23.
30
(47)
2. Novel Islami
Pada saat ini sastra Islam sedang mengalami polemik dan secara definitif sasta Islam pun belum memiliki pijakan yang mutlak31. Sastra Islam masih kurang berkembang pada dewasa ini, kerena masih kurangnya perhatian dan apresiasi di kalangan alim ulama, cendekiawan muslim.
Sebuah novel dapat dikatakan novel Islam, jika unsur dari novel berkaitan dengan kaidah-kaidah Islam, kasih sayang Islam, dan indahnya Islam, kembali kepada kebenaran yang hakiki yaitu kebenaran Allah SWT. Maka kata islami berarti perilaku atau tingkah laku seseorang muslim dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah SAW.
Ada beberapa para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai novel islami, yaitu:
a. Menurut Sunarwoto Prono Legsono dalam buku Menandai Kebangkitan Fiksi Islam.
b. Menurut Said Hawa dalam bukunya Al-Islam III, bahwa sastra Islam (novel islami) haruslah berlandaskan kepada akhlak Islam.
c. Pandangan dari Ismail Raja Al-Faruqi, sastra Islam (novel islami) adalah unsur nahi munkar dengan tanpa menggurui tentunya ibrah dan hikmah. Dan cerita dalam novelnya berisikan mengenai cinta, baik cinta kepada Allah, Rasulullah, dan perjuangan di jalan-Nya, juga cinta kaum muslimin dan semua makhluk sesama manusia, hewan,
31
Siti Shobariatul Irvani, Skripsi: Metode Dakwah Islam habiburrahman El Shirazy dalam Novel Islami, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2007), h. 22.
(48)
tumbuhan, alam raya, dan segala ciptaan-Nya serta seluruh cintanya hanya diekstensikan kepada cinta Allah32.
d. Dan Habiburrahman El Shirazy mengungkapkan bahwa, novel islami adalah novel yang ditulis untuk kebaikan, dan berisikan kebaikan, juga dikemas dalam bingkai yang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Maka dalam hal ini novel islami adalah novel yang seluruh unsurnya memiliki substansi menuju kepada kebenaran, dari segi plotnya, karakter tokohnya, setting cerita, juga pesannya berlandaskan al-Qur’an dan teladan Nabi Muhammad (As-Sunnah) dan yang pasti penulisnya pun orang Islam.
3. Jenis-jenis Novel
Menurut Hashim Awang, novel terbagi atas 8 bagian33, diantaranya: 1. Novel perwatakan, yakni novel yang menceritakan tentang pelukisan
dan perkembangan watak. Contoh: Rentong.
2. Novel Psikologi, yakni novel yang menekankan penjiwaan watak. Contoh: Hari-hari Terakhir Seorang Seniman.
3. Novel Peristiwa, yakni novel yang membahas tentang peristiwa-peristiwa yang menarik, tetapi mungkin tidak berhubungan. Contoh: Puteri Gunung Tahan.
32
Siti Shobariyatul Irfani, Skripsi: Metode Dakwah Islam habiburrahman El Shirazy dalam Novel Islami , h. 24.
33
(49)
4. Novel Resaman, yakni penceritaan tentang adapt resam satu-satu masyarakat pada satu masa dan tempat tertentu. Contoh: Cinta Gadis Rimba.
5. Novel Sejarah, yakni yang menekankan kepada kedua aspek, yaitu aspek sejarah dan adapt resam. Contoh: Panglima Awang.
6. Novel Sosial, yakni novel yang menyangkut tentang persoalan yang ada di masyarakat. Contoh: Salina.
7. Novel Politik, yakni novel yang menceritakan tentang hal-hal yang berhubungan dengan politik. Contoh: Kristis.
8. Novel Lawan Alam, yakni novel tentang kawasan-kawasan tertentu. Contoh: Ranjau Sepanjang Jalan.
Sedangkan menurut Moctar Lubis, jenis-jenis novel terdiri dari:
a. Novel Avontur, yakni dipusatkan pada seorang lakon utama, pengalaman lakon dimulai pada pengalaman oertama dan diteruskan pada pengalaman-pengalaman selanjutnya hingga akhir cerita. Sering rintangan datang, dari rintangan satu ke rintangan yang lain untuk mencapai tujuan. Biasanya dalam novel ini mempunyai sifat romantis adalah lakon perempuan. Jenis novel ini mempunyai cerita yang kronologis.
b. Novel Psikologis, yakni perhatian pada novel ini tidak ditujukan avontur yang berturut-turut terjadi. Tetapi lebih diutamakan pemeriksaan seluruhnya dari semua pikiran-pikiran pelaku. Novel jenis
(50)
ini berisi kupasan tentang bakat, watak, karakter para pelakunya beserta kemungkinan perkembangan jiwa.
c. Novel Detektif, yakni novel yang melukiskan cara penyelesaian suatu peristiwa atau kejadian, untuk membongkar suatu kejadian dalam novel detektif dibutuhkan bukti-bukti untuk dapat mengungkap si pembunuh dan sebagainya.
d. Novel sosial, yakni pelaku pria dan wanita tenggelam dalam masyarakat, kelas atau golongan. Persoalan ditinjau bukan dari sudut persoalan golongan dalam masyarakat, reaksi setiap golongan terhadap masalah-masalah yang timbul dan pelaku hanya dipergunakan sebagai pendukung jalan cerita.
e. Novel Politik, yakni uraian mengenai novel politik yang dapat pula dipakai dari likisan bentuk sosial.
f. Novel Kolektif, yakni novel yang melukiskan tentang semua aspek-aspek kehidupan yang ada.
4. Prinsip-prinsip Novel
Untuk meningkatkan daya apresiasi pembaca yang baik, maka seorang pengarang harus mempunyai prinsip-prinsip dalam membuat karangan tersebut34.
P. Suparman mengemukakan prinsip-prinsip novel adalah sebagai berikut yaitu35:
34
P.Suparman Natawijaya, Bimbingan Untuk Cakap Menulis, (Jakarta: Gunung Mulia, 1979), cet.ke-2, h.37.
(51)
a. Kisah perjalanan sehari-hari; Karya sastra yang merupakan gambaran kehidupan yang diungkapkan melalui bahasa. Problematika kehidupan merupakan suatu kenyataan social yang dijadikan inspirasi dalam menciptakan sebuah karya sastra.
b. Tokoh memiliki keistemawaan; Suatu cerita bukan saja menyajikan urutan-urutan kejadian, tetapi kejadian tersebut ada sangkut pautnya dengan orang atau tokoh tertentu, maka dari itu tokoh dalam cerita mempunyai peranan penting, sebab ia merupakan penggerak jalan cerita dan tokoh tersebut harus memiliki keistemawaan.
c. Mempunyai periode awal; Pada periode ini pengarang biasanya mulai memperkenalkan informasi yang dianggap penting kepada para pembacanya.
d. Memiliki periode perubahan nasib; Pada periode ini biasanya muncul berbagai konflik yang dialami oleh tokoh.
e. Memiliki periode akhir; Pada periode ini konflik biasanya dapat diatasi dan diselesaikan.
f. Skematis tanpa fantasi; Novel diciptakan secara skematis agar pembaca tidak kabur dalam memahami cerita.
g. Materi sepanjang roman atau sependek cerpen; Dalam menulis novel, panjang materi yang diceritakan harus sesuai dengan aturan penulisan novel.
35
P.Suparman Natawijaya, Bimbingan Untuk Cakap Menulis, (Jakarta: Gunung Mulia, 1979), cet.ke-2, h. 38.
(52)
(1)
mengembalikan sahabatnya yaitu Firman untuk kembali ke jalan yang telah lama ditinggalkannya yaitu menuju jalan Ilahi.
Penulis menilai, kurangnya orang tua dalam memberikan perhatian kepada perkembangan anaknya, karena banyak diantara mereka terlalu sibuk dengan urusan mereka masing-masing, sehingga mereka hanya mampu melihat kebutuhan anak-anaknya hanya sebatas kulit luar, mereka kurang mamahami betul apa yang benar-benar dibutuhkan anaknya. Menurut penulis, bahwa kedekatan emosional dan ikatan batin antara orang tua dan anak sangat diperlukan. Fenomena yang terjadi seperti Firman bukanlah hal tabu yang sering terjadi di tengah masyarakat. Firman adalah salah-satu contoh dari sekian banyak pemuda yang mencoba mencari kebahagiaan yang tidak pernah didapatkan di rumah mereka sendiri.
Secara keseluruhan, menurut penulis novel ini telah mampu memunculkan ketakjuban, penuh tenaga, getaran, dan sekaligus gugatan terhadap Tuhan. Menghamparkan pengembaraan spiritual demi pematangan akan keteguhan iman yang sesungguhnya yang didasarkan kepada Rukun-rukun Iman.
(2)
84
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Secara keseluruhan pesan teologis yang terkandung dalam novel Musafir Cinta karangan Taufiqurrahman al-Azizy ini, lebih banyak menyoroti tentang kehidupan anak manusia yang mencoba menapaki hidayah ilahi untuk mendapat ridho dan keadilan Ilahi, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan manusia lainnya, juga hubungan manusia dengan lingkungannya. Pesan teologis yang ingin disampaikan dari hubungan manusia dengan Tuhannya ini tercermin dari sikap, sifat, perilaku, pergaulan dan etika yang baik yang dimiliki oleh tokoh Iqbal Maulana. Kemudian pesan teologis yang ingin disampaikan dari hubungan manusia dengan manusia lainnya, juga terdapat pada sosok Iqbal yang dengan segala kerendahan hati, keikhlasan, dan ketulusan niatnya ia berusaha mengajak dan membawa para sahabatnya, serta orang-orang yang berada di sekitarnya untuk kembali menapaki jalah hidayah yang diridloi ilahi. Pesan teologis yang ingin disampaikan oleh komunikator adalah dari hubungan manusia dengan Tuhannya terlihat dari penokohan Iqbal yang dengan keistiqamahannya terus mentafakuri tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Tuhan. Juga hubungan manusia dengan manusia yang tampak pada perangai Iqbal yang bisa
(3)
dijadikan contoh teladan yang baik untuk dijadikan pola hidup manusia sehari-hari demi menuju cahaya ilahi.
2. Dalam analisis novel melalui pendekatan kognisi sosial ini difokuskan pada bagaimana sebuah teks dirilis, dipahami, dan ditafsirkan. Dalam penulisan novel Musafir Cinta, pengarang merupakan sumber utama yang mempunyai peran dalam terbentuknya cerita. Di sini dapat diamati dan ditafsirkan ide pengarang dalam memahami cerita, serta tokoh dalam novel tersebut. Novel Musafir Cinta ini juga dirilis dengan bahasa yang sangat lugas, lancar, mengalir, hingga mudah dicerna dan dipahami, mengandung cerita yang dapat menggugah hati, menyentuh jiwa, dan penuh hikmah.
Dan pada analisis novel ini melalui pendekatan konteks sosial adalah faktor eksternal yang mempengaruhi cerita atau teks. Sehingga faktor tersebut menjadi inspirasi dan salah-satu alasan bagi pengarang dalam menuangkan pemikirannya lewat novel. Bahwa pengarang dalam novel Musafir Cinta, telah terinspirasi sesuai mentafakuri salah satu ayat Al-Qur’an yang menceritakan kisah tentang pencarian Tuhan oleh Nabi Ibrahim as. Inspirasi besar inilah yang mendorong pengarang untuk menulis buku bacaan Islami, ringan, mudah dicerna namun tidak instan, penuh hikmah, yang dikemas dalam bentuk novel spiritual pembangunan iman.
(4)
86
B. Saran
1. Bagi pengarang, diharapkan dapat meningkatkan kreatifitasnya dan terus menunjukkan eksistensinya dalam hasil karya sastranya bukan hanya dari novel saja. Namun, bisa dalam bidang sastra lainnya, agar dapat bermanfaat bagi semua lapisan masyarakat. Dan yakinlah bahwa penulis atau sastrawan bisa menjadi seorang da’i dengan membuat hasil karya yang bernafaskan Islam, agar langkah dalam bidang dakwah dalam bidang sastra lebih baik dan meningkat.
2. Kepada para sastrawan, baik sastrawan muslimin ataupun bukan yang ada di Indonesia, hendaknya dalam sebuah novel yang ditulisnya, tidak saja berdasarkan pengembangan imajinasi saja, akan tetapi juga dilandasi sebuah riset dan literatur yang cermat. Karena ada banyak novel-novel Indonesia yang berisi hiburan saja tanpa adanya nilai-nilai sastra yang bersifat artistik, cultural, etis, moral, religius dan nilai praktis.
3. Bagi para pembaca novel, hendaknya tidak hanya sekedar menikmati novel sebagai kesenangan dan hiburan belaka. Namun, dipelajari lalu ditelaah nilai-nilai apa saja yang terkandung di dalamnya. Jika terdapat nilai-nilai-nilai-nilai yang baik yaitu merupakan ajakan ke jalan yang baik dan benar maka dapat diikuti dan dipraktekkan dalam kehidupan nyata.
(5)
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
Eriyanto. Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS, 2005.
Hanafi, A. M.A..Pengantar Teologi Islam. Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1995. Irvani, Siti Shobariatul. Skripsi: Metode Dakwah Islam Habiburrahman El Shirazy
dalam Novel Islami. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2007. Keraf, Gorys. Komposisi. Nusa Indah, 1994.
Kooij, J.G., S.C Dik, Ilmu Bahasa Umum (Terj). Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1994.
Mulyana. Kajian Wacana Teori, Metode Aplikasi dan Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005.
Nasution, Harun. Teologi Islam Aliran-aliran Sejarah, Analisis, Perbandingan. Jakarta: UI-Press, 1986.
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT. Grafindo Persada, t.t. Natawijaya, P. Suparman. Bimbingan Untuk Cakap Menulis. Jakarta: Gunung Mulia,
1979.
Nottingham, Elizabeth, Terjemahan Agama dan Masyarakat; Suatu Pengantar Sosiologi Agama, CV. Jakarta: Rajawali, 1985.
Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada,
1995.
Oetomo, Dede. Kelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana. Yogyakarta: Kanisius, 1993.
Persua, Nguruh. Peranan Kesusastraan dalam Pendidikan. Suara Guru. XII, 1980.
Rahmanto. Metode Pengajaran. Jogjakarta: Kanisius, 1992.
Salim,Yenny, dan Peter Salim. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Modern English Press, 2002.
Semi, M. Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Subardjo, Jakob. Seluk Beluk dan Petunjuk Menulis Novel dan Cerpen. Bandung: Pustaka Latifah, 2004.
Suprapto. Kumpulan Istilah dan Apresiasi Sastra Bahasa Indonesia. Surabaya: Nusa
Indah, 1993.
Tarigan, Henry Guntur. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa, 1993. Teeuw, A.. Sastra Baru Indonesia. Surabaya: Nusa Indah, 1980.
(6)
Tim Penyusun UIN Jakarta. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2007.
Verhaar, W.M. Asas-asas Linguistik Umum. Jogjakarta: Universitas Gajah Mada Press, 2001.
Zainudin. Materi Pokok Bahasan dan Sastra Indonesia. Jakarta: Rineke Cipta, 1992.
Zakiyah, Dradjat. Islam dan Kesehatan Mental. Jakarta: Toko Gunung Agung, 2001.
www. Members.tripod.com. http: //www.mediamuslim.info.