Hak Anak Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum Islam

23 mumayiz. Anak dianggap belum mumayiz usianya belum sampai 7 tahun meskipun ada anak dibawah 7 tahun lebih cepat untuk dapat membedakan yang baik dan buruk dari pada anak lain seusianya. 2. Fase kemampuan berfikir lemah Fase ini dimulai sejak si anak menginjak usia 7 tahun sampai ia mencapai usia baligh. Mayoritas fuqaha membatasinya sampai usia 15 tahun. Apabila seorang anak telah mencapai usia tersebut, ia dianggap telah dewasa secara hukum meskipun ia belum dewasa dalam arti sebenarnya. Imam Abu Hanifah membatasi kedewasaan pada usia 18 tahun. 3. Fase kekuatan berfikir penuh sempurna Menurut pendapat mayoritas fuqaha, fase ini dimulai sejak si anak menginjak usia kecerdasan dewasa, yaitu menginjak usia 15 tahun, atau 18 tahun menurut pendapat Imam Abu Hanifah dan madzhab Maliki.

B. Hak Anak Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum Islam

Dalam islam seorang anak mempunyai hak yang harus diakui, hak yang harus diterima oleh anak dari orang tua, masyarakat, bangsa dan Negara. Hak-hak anak yang mutlak dalam pandangan kehidupan agama islam terdiri dari: 1. Hak nasab keturunan Yang dimaksud dengn hak nasab adalah hak anak atas kepastian status diri anak dan diri orang tuanya. Anak berhak memperoleh identitas pribadi, karena 24 identitas pribadi berpengaruh kepada status dan kedudukan anak dimana hal tersebut bertujuan untuk menjaga kehormatan anak. Seorang anak berhak mengetahui siapa orang tua kandungnya. Nasab berakibat timbulnya hubungan hukum antara anak dengan ayahnya dan menimbulkan adanya hak bagi anaknya, seperti hak waris, nafkah, wali, dan lain sebagainya. Agama islam memelihara keturunan agar jangan sampai tersia-sia, jangan didustakan dan jangan dipalsukan. Islam menetapkan bahwa ketentuan keturunan itu menjadi hak anak; anak akan dapat menangkis penghinaan atau musibah terlantar yang mungkin menimpa dirinya. Setiap ibu bertugas menolak hal-hal yang menghinakan dari tuduhan-tuduhan yang tidak baik terhadap anaknya. Demikian juga setiap ayah bertugas memelihara keturunannya dan keturunan cucu-cucunya agar jangan sampai tersia-sia atau dihubung-hubungkan dengan orang lain. 24 2. Hak anak untuk tetap hidup. Allah SWT Berfirman didalam Al- Qur‟an:                س ءآ سّا 17 : 31 Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. 24 Zakaria Ahmad Al-Barry, Ahkamul Auladi Fi al-Islami, Terj:Dra. Chadidjah Nasution, Jakarta: Bulan Bintang,1997, Cet. I, hlm. 13 25 Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar” QS. Al-Israa: 31 3. Hak anak untuk mendapat perlindungan dari ketika masih dalam kandungan. Allah SWT berfirman didalam Al- Qur‟an:                                                  ف ـقحّا 46 : 15 Artinya: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah pula. mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan memberi kebaikan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri.QS. Al-Ahqaaf46: 15 4. Hak anak untuk disusui selama 2 dua tahun. Setiap bayi berhak menyusu semata-mata dengan kelahirannya agar ia bertambah besar, tumbuh dan makan makanan yang wajar yaitu air susu ibunya. Ibu wajib menyusui anaknya, kalau memang ia ditentukan untuk itu; maksudnya tidak ada wanita lain yang akan mengambil alih tugas itu darinya atau bayi itu 26 tidak mau menyusu kecuali kepada ibunya saja. 25 Dan perintah penyusuan itu tercantum dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 233;                                                                         ـق ا 2 : 233 Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara maruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih sebelum dua tahun dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan” QS. Al- Baqarah2: 233. Mengenai keterangan diatas sudah jelas bahwa menyusukan anak itu adalah kewajiban menurut agama, bukan menurut peradilan kecuali kalau si ibu itu satu-satunya yang akan menyusukan. Dalam madzhab Hanafi maka dipihak 25 Ibid, hlm. 43 27 lain kita tetapkan juga bahwa menyusukan itu adalah hak dari ibu, wajib diberikan kalau dimintanya dan selamanya ibu kandung lebih berhak dari wanita lain untuk menyusukan anaknya. 5. Hak anak untuk diberi pendidikan, ajaran, pembinaan, tuntunan dan akhlak yang baik dan benar. Setiap anak membutuhkan orang lain yang akan menjaga dan memeliharanya serta mendidik dan mengajarinya bermacam-macam urusan yang berhubungan dengan jasmani dan pembentukan kepribadiannya. Anak juga membutuhkan orang yang akan mengawasi urusan hak miliknya, supaya dipelihara dan dikembangkan. Anak berhak diasuh oleh ibunya; mendidik dan memelihara anak termasuk mengurus makanan, minuman, pakaian dan kebersihannya dalam periode umurnya yang pertama. Dalam hal ini ibu kandunglah yang berhak mengasuh anaknya daripada keluarganya ibu atau keluarga laki-laki. Wanita lebih mampu dari pada laki-laki untuk mengurus anak kecil dan memeliharanya dalam usia sekian itu dan juga lebih lembut dan lebih sabar, lebih tekun dan banyak waktu. 26 26 Ibid, hlm. 51 28                                 ـج ا 58 : 11 Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: Berlapang- lapanglah dalam majlis, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” QS. Al-Mujadillah 58: 11. 6. Hak anak untuk mendapatkan nafkah dari kedua orang tuanya. Ahli fuqaha menetapkan bahwa hubungan kekeluargaan yang menyebabkan wajib nafkah itu ialah keluarga dekat yang membutuhkan bantuan. Imam Malik berpendapat bahwa nafkah wajib diberikan oleh ayah kepada anak dan kemudian anak kepada ayah dan ibunya dan terbatas hanya disitu saja, Imam Syafi‟I berpendapat bahwa nafkah itu wajib diberikan kepada semua keluarga yang mempunyai hubungan vertikal keatas dan kebawah tanpa membatasinya dengan anggota-anggota tertentu, seorang ayah wajib memberi nafkah kepada anak dan cucunya sampai kebawah. Jadi, lingkungan wajib nafkah lebih luas daripada pendapat imam Malik. Menurut Imam Hanafi kewajiban memberi nafkah itu berlaku kepada semua anggota kaum keluarga yang muhrim dengan dia, dengan demikian lingkungan wajib nafkah bertambah luas lagi. 29 Kewajiban ayah memberi nafkah tercantun dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 233;                                                                         ـق ا 2 : 233 Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara maruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih sebelum dua tahun dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan ” QS. Al- Baqarah 2: 233 7. Hak perwalian terhadap diri dan harta Perwalian berlaku kepada setiap anak. Anak yang lahir kedunia ini pasti membutuhkan orang lain yang akan memeliharanya, baik dirinya maupun harta 30 benda, hak miliknya; karena ia membutuhkan orang lain yang akan mengawasi penyusunan dan pengasuhannya, dalam periode kehidupannya yang pertama itu. Maka dari itu, perwalian yang berlaku terhadap seorang anak, sesudah ia lahir ada 3 tiga macam yaitu, pertama, perwalian terhadap pengasuhan dan menyusukannya. Kedua, perwalian terhadap diri anak yang dilaksanakan untuk menjaga kesejahteraan anak itu sendiri, dan untuk mengawasi hal-hal yang berhubungan dengan dirinya dan segala macam kesejahteraan yang belum dapat dikelolanya sendiri. Ketiga, perwalian terhadap hak milik anak mencakup transaksi dan „aqad yang berhubungan dengan hak milik anak yang diwalikan diantaranya menjual, membeli, mempersewakan, meminjamkan dan sebagainya; urusan itu semuanya dilaksanakan oleh wali karena anak belum sanggup mengurus hak miliknya itu sendiri. 27

C. Status Anak Dalam Rumah Tangga Menurut Hukum Positif.