Hukum Positif Tentang Perlindungan Anak Korban Kekerasan Dalam

76 Hukuman ta‟zir didasari oleh adanya kejahatan atau penyimpangan atau penyalahgunaan yang dapat merugikan kepentingan publik atau kepentingan umum atau hak-hak individu. Jadi ta‟zir adalah hukuman yang tidak ada ketentuannya dalam Al-Qur‟an, adapun hukuman yang diberikan kepada orang yang melakukan kesalahan adalah sesuai dengan keputusan hakim.

B. Hukum Positif Tentang Perlindungan Anak Korban Kekerasan Dalam

Rumah Tangga Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan, diskriminasi, eksploitasi, penelantaran, kekejaman, penganiayaan, penyiksaan, ketidakadilan dan perlakuan salah lainnya. Karena itu, Negara, pemerintah, masyarakat, orang tua dan keluarga wajib memberikan perlindungan kepada anak. Upaya perlindungan hukum anak perlu dilaksanakan sedini mungkin sejak masih dalam kandungan sampai dengan anak tersebut berumur 18 tahun. Penyelenggaraan perlindungan anak harus berdasarkan pancasila dan berlandaskan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar deklarasi hak-hak anak 77 Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia DUHAM-Universal Declaration of Human Right mencantumkan bahwa keluarga adalah kesatuan alamiah dan mendasar dalam masyarakat dan berhak atas perlindungan dari masyarakat dan Negara. DUHAM sebagai suatu instrument internasional memiliki sifat yang universal, dalam arti setiap hak-hak yang diatur didalamnya berlaku untuk semua umat manusia didunia tanpa terkecuali serta pemenuhannya tidak ditentukan oleh batas usia.. Anak sebagai bagian dari keluarga memerlukan pemeliharaan dan pertolongan orang dewasa, terutama pada tahun - tahun pertama dalam kehidupannya. 64 Terlebih dalam pemenuhan haknya, seorang anak tidak dapat melakukannya sendiri. Orang dewasa, khususnya orang tua memegang peranan penting dalam memenuhi hak-hak anak. Pada Pasal 1 butir 12 Undang-undang Perlindungan Anak, merumuskan hak anak sebagai bagian dari Hak Asasi Manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan Negara.. Namun sayang, dalam kenyataanya justru banyak orang tua yang mengabaikan kewajibannya untuk memelihara anaknya sendiri dengan berbagai alasan. Berkaitan dengan perlindungan hukum bagi anak dalam rumah tangga maka pemenuhan dan pemberian hak-hak anak harus menjadi hal yang utama, karena hak- hak anak adalah berbagai kebutuhan dasar yang harus diperoleh anak untuk 64 Nathalina Naibaho,SH., Hak-Hak Anak, Depok: Sentra HAM Univ. Indonesia, 2003, hlm. 1 78 menjamin kelangsungan hidup, tumbuh, kembang, dan perlindungan dari segala bentuk perlakuan salah, eksploitasi, dan penelantaran terhadap anak, baik yang mencakup hak sipil, ekonomi, sosial dan budaya anak. 65 Adapun hal-hal yang dilindungi adalah hal-hal yang berkenaan dengan kesejahteraan mereka. Ini dapat kita lihat dalam Undang-undang Perlindungan Anak pada Bab III Pasal 4-19 yang mana oleh penulis telah dijabarkan pada Bab II dalam skripsi ini. Setiap anak berhak untuk hidup, berhak untuk mendapatkan nama sebagai identitas diri, berhak mengetahui orang tuanya serta berhak diasuh oleh orang tuanya sendiri, berhak untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya, berhak memperoleh layanan kesehatan, berhak mendapatkan pendidikan, Dimana hak-hak tersebut harus dilindungi terutama oleh orang tua sebagai pelaku utama dalam upaya memberikan perlindungan bagi anak. Bahkan perlindungan hukum bagi anak tidak hanya didasarkan atas cinta dan kasih sayang dari orang tua dan keluarga tetapi juga perlindungan terhadap tindakan- tindakan yang merugikan, menimbulkan penderitaan-penderitaan mental, fisik, sosial dari siapa saja termasuk ancaman, penganiayaan, dan pembunuhan yang mengancam jiwanya. 65 Soleh Soedy, Dasar Hukum Perlindungan Anak, Jakarta: CV. Novindo Pustaka Mandiri, 2001, hlm. 4 79 Maka dari itu, orang tua, masyarakat, pemerintah mempunyai kewajiban dan tanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang menyangkut masalah perlindungan hukum bagi anak yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Orang tua, pemerintah dan masyarakat tidak lagi tinggal diam ketika melihat, mendengar dan atau menyaksikan kekerasan terhadap anak, karena hal tersebut dapat membantu penyelenggaraan perlindungan anak secara optimal. Sebagaimana telah dituangkan dalam Undang-undang Perlindungan Anak bab IV ayat 20-26; Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak pasal 20 Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggungjawab menghormati dan menjamin hak asasi setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik danatau mental pasal 21 Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggungjawab memberikan dukungan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak. pasal 22 Negara dan pemerintah menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap anak pasal 23 ayat1. 80 Negara dan pemerintah mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak pasal 23 ayat 2 Negara dan pemerintah menjamin anak untuk mempergunakan haknya dalam menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak pasal 24 Kewajiban dan tanggung jawab masyarakat terhadap perlindungan anak dilaksanakan melalui kegiatan peran masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan anak pasal 25 Orang tua berkewajiban dan bertanggungjawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak, menumbuhkembangkan anak sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya dan mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak pasal 26 Adapun bagi siapa saja yang tidak menjalankan kewajiban untuk memenuhi hak-hak anak maka akan mendapatkan sanksi sebagaimana telah dijabarkan pada Undang-undang Perlindungan Anak bab XII mengenai ketentuan pidana pasal 77-89; Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindakan diskriminasi terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami kerugian baik materil maupun moril sehingga menghambat fungsi sosialnya atau penelantaran terhadap anak yang mengakibatkan anak mengalami sakit atau penderitaan, baik fisik, mental maupun sosial dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun danatau denda paling banyak Rp.100.000.000,- pasal77 81 Setiap orang yang mengetahui dan sengaja membiarkan anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang tereksploitasi secara ekonomi danatau seksual,anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alcohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya napza, anak korban penculikan, anak korban perdagangan, atau anak korban kekerasan padahal anak tersebut memerlukan pertolongan dan harus dibantu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun danatau denda paling banyak Rp.100.000.000,- pasal78 Setiap orang yang melakukan pengangkatan anak yang bertentangan dengan ketentuan yang berlaku dipidana dengan penjara paling lama 5 tahun danatau denda paling banyak Rp.100.000.000,- pasal79 Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun 6 bulan danatau denda paling banyak Rp. 72.000.000,-. Dalam hal anak mengalami luka berat maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun danatau denda paling banyak Rp.100.000.000,-. Dalam hal anak mengalami kematian maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun danatau denda paling banyak Rp.200.000.000,-. Dan jika pelaku adalah orang tuanya sendiri maka pidananya ditambah sepertiga dari ketentuan. pasal 80 Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain 82 dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan paling singkat 3 tahun dan denda paling banyak Rp.300.000.000,- dan paling sedikit Rp.60.000.000,- pasal 81 Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan paling singkat 3 tahun, dan denda paling banyak Rp.300.000.000,- dan paling sedikit Rp.60.000.000,-. pasal 82 Setiap orang yang memperdagangkan, menjual, atau menculik anak untuk diri sendiri atau untuk dijual, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahum dan paling singkat 3 tahun, dan denda paling banyak Rp.300.000.000,- dan paling sedikit Rp.60.000.000,-. pasal 83 Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan transplantasi organ danatau jaringan tubuh anak untuk orang lain dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun danatau denda paling banyak Rp.200.000.000,-. pasal 84 Setiap orang yang melakukan jual beli organ tubuh danatau jaringan tubuh anak dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun danatau denda paling banyak Rp.300.000.000,- pasal 85 ayat 1 dan setiap orang yang secara melawan hukum melakukan pengambilan organ tubuh danatau jaringan tubuh anak tanpa memperhatikan kesehatan anak, atau penelitian kesehatan yang menggunakan anak sebagai objek penelitian tanpa seizin orang tua atau tidak mengutamakan kepentingan 83 yang terbaik bagi anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun danatau denda paling banyak Rp.200.000.000,- pasal 85 ayat 2 Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan tipu muslihat, rangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk memilih agama lain bukan atas kemauannya sendiri padahal diketahui atau patut diduga bahwa anak tersebut belum berakal dan belum bertanggung jawab sesuai dengan agama yang dianutnya dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun danatau denda paling banyak Rp.100.000.000,- pasal 86 Setiap orang yang secara melawan hukum merekrut atau memperalat anak untuk kepentingan militer, atau penyalahgunaan dalam kegiatan politik, atau pelibatan dalam sengketa bersenjata, atau pelibatan dalam kerusuhan sosial, atau pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan, atau pelibatan dalam peperangan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun danatau denda paling banyak Rp.100.000.000,- pasal 87 Setiap orang yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dipidana paling lama 10 tahun danatau denda paling banyak Rp.200.000.000,- pasal 88 Setiap orang yang dengan sengaja menempatkan, membiarkan, melibatkan, menyuruh melibatkan anak dalam penyalahgunan, prduksi atau distribusi narkotika danatau psikotropika dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling lama 20 tahun dan pidana penjara paling singkat 5 tahun. 84 Danatau denda paling banyak Rp.500.000.000,- dan paling sedikit Rp.50.000.000,- pasal 89 ayat1. Dan setiap orang yang dengan sengaja menempatkan, membiarkan, menyuruh melibatkan anak dalam penyalahgunaan, produksi atau distribusi alcohol dan zat adiktif lainnya dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan paling sedikit 2 tahun, dan denda paling banyak Rp.200.000.000,- dan paling sedikit Rp.20.000.000,- pasal 89 ayat 2 1. Contoh Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga: Bahwa adalah ABDU ROCHIM bin SUHARI pada hari Senin tanggal 9 Juni 2008 sekira jam 16.30 WIB bertempat di Perumnas II Jl.Alpukat II03 rt.0207 Desa dan Kecamatan Parung Panjang Kabupaten Bogor, atau setidak- tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Cibinong telah melakukan kekerasan fisik dalam ruang lingkup rumah tangga. Pada waktu dan tempat sebagaimana yang tersebut diatas terdakwa minta makan dan dibuatkan kopi oleh saksi ULFA SA‟ADAH selaku isteri terdakwa dan oleh saksi ULFA SA‟ADAH hanya dibuatkan kopi saja dan makan tidak, terdakwa yang sudah lapar menjadi emosi dan tidak terima penjelasan saksi ULFA SA‟ADAH yang mengatakan bahwa belum beli beras, terdakwa langsung mengambil pisau yang ada didekat terdakwa dan langsung mengejar saksi ULFA SA‟ADAH dengan mengacung-ngacungkan pisau tersebut kepada saksi ULFA SA‟ADAH dan saat itu ada anak terdakwa yang bernama saksi KIKI TUANDA yang berusaha membela saksi ULFA SA‟ADAH dan hal 85 ini semakin menbuat terdakwa emosi, lalu terdakwa mengambil kopi yang masih panas yang dibuatkan oleh saksi ULFA SA‟ADAH dan menyiramkannya kepada saksi KIKI TUANDA, karena merasa jiwanya terancam maka saksi ULFA SA‟ADAH dan saksi KIKI TUANDA lari keluar rumah untuk mencari perlindungan dan terdakwa terus mengejar mereka dengan pisau ditangan. Terdakwa selama berumah tangga dengan saksi ULFA SA‟ADAH selama 30 tahun telah sering melakukan kekerasan fisik dan psikis dengan cara memukul dengan tangan kosong, memukul dengan batu bata, melempar dengan matril, melempar dengan kursi, melempar dengan pisau dan mencoba menusuk saksi ULFA SA‟ADAH, selain itu terdakwa juga sering memecahkan barang-barang yang ada dirumah, mengunci saksi ULFA SA‟ADAH diluar rumah hingga larut malam, membentak dan mengancam akan membunuh saksi ULFA SA‟ADAH. Dalam contoh kasus diatas terdakwa hanya dijerat Undang-undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, tetapi tdak dijerat Undang- undang Perlindungan Anak.Secara psikologis saksi ULFA SA‟ADAH mengalami perasaan sangat tertekan, merasa terancam jiwanya, dan hidup dalam ketakutan. Dan secara tidak langsung pertikaian antara keduanya juga dapat membawa akibat yang tidak baik bagi anak mereka yaitu saksi KIKI TUANDA. Anak yang hidup atau tinggal dalam ruang lingkup keluarga yang penuh dengan kekerasan akan mempunyai dampak secara psikologis seperti, merasa terancam jiwanya, takut, tertekan, tidak percaya diri, sulit bersosialisasibergaul, dan lain sebagainya 86 yang mungkin akibat-akibat yang ditimbulkan tersebut tidak timbul secara langsung tetapi akan terus menerus ada dalam diri, pikiran, dan hati anak-anak yang nantinya akan berpengaruh ketika mereka dewasa nanti.Maka dari itu seharusnya terdakwa dalam kasus diatas bukan hanya dijerat Undang-undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga saja tetapi seharusnya juga dijerat Undang-undang Perlindungan Anak.Apalagi dikatakan dalam kasus diatas bahwa saksi KIKI TUANDA selaku anak terdakwa juga turut mengalami kekerasan yang dilakukan oleh terdakwa dengan menyiramkan kopi panas kepada saksi KIKI TUANDA.

C. Persamaan dan Perbedaan Hukum Islam dan Hukum Positif Tentang