4. Menurut ustad apa faktor pendukung dan faktor penghambat pak
kyai selama berdakwah di pesantren Darunnajah ?
Kalau bicara Darunnajah dengan pak kyai ya itu tidak akan terpisahkan dimana pun KH. Mahrus Amin berada Darunnajah sudah melekat didalam
dirinya, dan bagi orang-orang yang sadar akan sejarah bisa dikatakan tanpa beliau Darunnajah tidak akan berdiri. Bagaimana beliau kerja keras
perjuangannya, ketika mendirikan Darunnajah banyak di musuhi oleh orang sekitar bahkan beliau sempat bercerita, dahulu beliau dengan umi
Mahrus sempat menjual ternak ayamnya hanya untuk membayar gaji-gaji untuk guru-guru yang mengajar dan faktor pendukungnya menurut saya
beliau adalah seseorang yang mukhlis, kerja keras orang yang husnudzon terhadap siapa saja, itu mungkin menurut saya yang mendukung dakwah
beliau. Dan faktor penghambatnya menurut saya beliau itu memiliki hati seluas samudera jadi apa yang kata orang hambatan bagi beliau itu bukan
hambatan, yang penting prinsip beliau setahu saya “jika ini perbuatan baik
maka terus maju berusaha” itu yang saya ketahui, bahkan tidak sedikit beliau mendapat gagasan tetapi finansial tidak mendukung bagi beliau
bukan hambatan, yang penting jalan jalan dan nanti dalam prakteknya pasti akan mendapatkan pertolongan, itu yang disebut ma’unah yaitu
pertolongan dari Allah. Yang penting kita mau bergerak kerja keras permasalahan dana penting namun tidak dijadikan kendala, jadi tidak ada
hambatan bagi beliau walaupun kita-kita menganggapnya hambatan, kenapa tidak ada hambatan ? karena beliau itu sosok ulama yang benar-
benar mukhlis, berjuang untuk umat dan mempunyai hati selapang samudera.
5. Pelajaran apa yang bisa ustad ambil dari sosok pak kyai ?
Pelajaran yang saya bisa ambil yang pertama, ketika kita sudah yakin jikalau ini perbuatan baik maka bergerak dan bergerak jangan ditunda-
tunda lagi, yang kedua adalah positive thingking karena sifat beliau itu selalu berprasangka baik kepada siapapun tetapi bukan berarti kehati-
hatian tidak ada, tapi berprasangka baik kehati-hatian tetap ada pada diri kita.
Interview Narasumber
Mochammad Zia Ulhaq H. Harir Rizal Taljani