Metode Dakwah KH. Mahrus Amin Di Pondok Pesantren Darunnajah

Dengan demikian metode dakwah KH. Mahrus Amin dapat di bagi menjadi 2 jenis, yaitu metode dakwah berdasarkan pendekatan pada mad ’u dan metode dakwah berdasarkan aktivitas. 1. Metode Dakwah Berdasarkan Pendekatan Pada mad’u a. Metode Al Hikmah kebijaksanaan Metode dakwah yang diajarkan KH. Mahrus Amin adalah dakwah harus sesuai dengan objeknya, dakwah kepada orang berpendidikan tinggi itu harus dengan al Hikmah, yaitu mampu menyajikan ajaran agama dengan pendekatan yang rasional. Dalam dakwah beliau tidak menyampaikan suatu materi pada sasaran dakwah tapi melainkan beliau juga mempunyai jati diri yang begitu rendah hati untuk menyampaikan suatu materi atau ceramah, sifat beliau bukan saja rendah hati melainkan beliau mempunyai sosok kepribadian yang sangat bersahaja tegar berwibawa, apa adanya dan bijaksana terhadap santri dan lingkungan sekitarnya. 2 bukan hanya di lingkungan pesantren tetapi di lingkungan luar pesantren, jika memberikan ceramah beliau sangat berhati-hati tidak pernah memaksakan kehendak, akan tetapi dengan pembawaanya yang berwibawa, bersahabat, ramah, itu yang menjadikan orang lain segan dan tertarik terhadap beliau. Dan ketika mengajak mad’u untuk berbuat baik, beliau mengajak dengan secara perlahan dan lemah lembut tidak memaksa dan selalu memberikan contoh yang baik terlebih dahulu terhadap mad’unya, agar mad’unya bisa melihat dan menerapkannya. Itu semua di kembalikan pada mad’u dengan pilihan tersebut. 2 Kholif Amin Murid KH. Mahrus Amin dan Pengurus Pondok Pesantren Darunnajah, Wawancara Pribadi Jakarta Selatan, 3 september 2013 b. Metode Mau’idzhatil Hasanah nasihat yang baik Beliau menerapkan metode ini pada saat mengisi ceramah dan di sisipkan dengan nasihat-nasihat dan juga Dalam penyampaian dakwah KH. Mahrus Amin banyak disukai oleh mad ’unya karena beliau selalu memberikan contoh yang baik yang sesuai dengan materi yang disampaikan yaitu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari permasalahan fiqh dan berkaitan dengan ketakwaan kepada Allah. Dan sasaran dakwah terhadap orang-orang yang awam, beliau menerapkan metode al Mau’idzhatul Hasanah, yaitu dengan pembelajaran yang baik, dengan keteladan dan percontohan, tentang kehidupan dan keseharian yang islami. 3 Dan beliau juga suka memberikan pengertian yang mudah dan masuk akal dan secara perlahan dengan kata-katanya yang sangat bijaksana dengan pembawaan yang santai mudah diterima, sasaran dakwah pun merasa tersirami hatinya, sehingga para santri, atau orang sekitar yang sering beliau ajak berbicara berkaitan tentang kehidupan beragama, banyak yang berubah dan menyadari menjadi lebih baik dari sebelumnya. Diantara metode-metode yang KH. Mahrus terapkan metode ini yang sering digunakan oleh beliau kepada para santri ataupun para jamaah, selalu memberikan nasihat-nasihat yang baik. c. Metode Al-Mujadalah Billati hiya ahsan berdiskusi Dakwah kepada orang yang berpendidikan menengah beliau menggunakan metode mujadalah yakni menyampaikan informasi dengan disertai argumen yang jelas dan baik dari yang dimiliki oleh objek dakwah 3 Fahmi Santriwan Darunnajah, Wawancara Pribadi Jakarta Selatan, 6 Juni 2013 Dakwah yang sering dilakukan KH. Mahrus Amin tidak hanya berbicara di atas mimbar saja, akan tetapi beliau melibatkan mad’u dengan memberi kesempatan untuk bertanya atas materi dakwah yang mungkin kurang dipahami tanya jawab ini biasanya sering dilakukan setelah beliau mengakhiri ceramahnya, ataupun di akhir wejangannya beliau selalu mempersilahkan mad’unya untuk menanyakan atau bertukar pikiran tentang hal-hal yang belum jelas, dengan adanya forum diskusi ini, KH. Mahrus Amin merasa bertukar pikiran, ia tidak memposisikan dirinya menjadi yang paling benar. Hanya saja apa yang disampaikan memang tidak lepas dari Al- Qur’an dan As-sunah. Jadi, apabila ada beberapa mad’u yang kurang memahami atas isi ceramahnya, maka harus menjelaskan dengan kata-kata yang mudah di mengerti. Bila perlu beliau menjelaskan dengan contoh dan cerita-cerita yang menarik. Metode dakwah dalam bentuk ini biasanya dilakukan juga oleh KH. Mahrus Amin didalam majelis fajar yang dimana dilaksanakan setiap hari ba’da subuh itu dilakukan antara beliau dengan para pengurus dan pengajar di Pondok Pesantren, beliau selalu istiqomah untuk mengadakan mejelis ini. 4 Di dalam majelis fajar beliau memberi tausiah dan membahas suatu permasalahan yang berkaitan dengan pesantren serta bertukar pikiran tentang agama islam. Musyawarah seperti ini dilakukan di Masjid Pusaka, dimana Masjid Pusaka itu merupakan bangunan bersejarah di Pondok Pesantren Darunnajah. 4 Kholif Amin Murid KH. Mahrus Amin dan Pengurus Pondok Pesantren Darunnajah, Wawancara Pribadi Jakarta Selatan, 3 september 2013 Jadi metode dakwah KH. Mahrus Amin disamping melakukan upaya-upaya melakukan ceramah. Beliau juga melakukan tindakan terjun langsung kelapangan dan menyempatkan berkumpul dengan masyarakat dalam menyampaikan misi dakwahnya. 2. Metode dakwah berdasarkan bentuk-bentuk aktivitasnya terdiri dari tiga, yaitu bentuk dakwah bil Lisan, bil Hal, dan bil Qolam.

a. Bentuk Dakwah bil Lisan

Metode yang digunakan dalam aktivitas dakwah melalui perkataan atau komunikasi langsung dengan ma’dunya. KH. Mahrus Amin sering menggunakan metode bil Lisan ceramah kepada santri atau jamaah pengajian, karena dengan menggunakan metode bil lisan bisa menyampaikan informasi atau pesan dakwahnya melalui perkataan “tabligh” atau berkomunikasi langsung dengan mad’unya. Dalam Al- Qur’an dengan tegas mengenai hal ini dengan menitik beratkan kepada kata: ahsan kaulan ucapan yang baik dan uswatun hasanah perbuatan yang baik               Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang berserah diri ? Al- Fushilat : 33. Dakwah yang diungkapkan dalam ayat tersebut tidak hanya dakwah berdimensi ucapan atau lisan tetapi dakwah dengan perbuatan yang baik seperti yang dicontohkan oleh rasulullah SAW. Yang dimaksud dakwah bil lisan memanggil, menyeru ke jalan Tuhan untuk kebahagiaan hidup dunia dan akhirat, tentu nya dengan menggunakan bahasa sesuai keadaan mad’u dalam berdakwah. Dan metode dakwah KH. Mahrus Amin yang berkaitan dengan dakwah bil Lisan antara lain : 1 Metode Ceramah Beliau selalu mengadakan ceramah agama, 3 kali dalam seminggu pada hari Senin, Rabu, dan Jum’at ba’da shalat shubuh yang bertempat di Masjid jami Darunnajah yang membahas tentang : a Fiqh Pembinaan pengetahuan dalam bidang Ilmu Fiqh ini mengenai ibadah sehari-hari, muamalat, syariat, dimana dalam pemberian materi ini pembimbing berpegang taguh pada Al- Qur’an dan Hadist, dalam materi Fiqh ini juga diatur tentang hubungan manusia. Di Pesantren Darunnajah diajarkan bagaimana merealisasikan itu semua dalam kehidupan sehari- hari, materi fiqh ini diberikan oleh KH. Mahrus Amin. Buku atau kitab yang dipakai untuk rujukan adalah Ushul Fiqh, Fiqh Sunah, dan lain- lain. 5 5 KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta Selatan, 16 Mei 2013 b Motivasi Dalam materi ini, KH. Mahrus Amin memberikan motivasi-motivasi bertujuan agar santri-santri semangat dalam belajar dan mendekatkan diri kepada Allah, supaya kelak menjadi yang sukses menjadi generasi penerus bangsa. 6 Yang mempunyai semangat beragama dan semangat berprestasi, dapat menjaga diri, serata mempunyai jiwa kepemimpinan. Beliau memberikan motivasi yang diselaraskan dengan perkembangan zaman saat ini. c Majelis Taklim Mengadakan Majelis Taklim dan doa Wisata Rohani untuk sarana berbagi ilmu-ilmu agama kepada jamaah ibu-ibu dari lingkungan ulujami Pada hari senin pukul 10.00 sampai dengan pukul 12.00 yang di selenggarakan di rumah KH Mahrus Amin. Tema yang beliau bahas bersama ibu-ibu itu berkaitan dengan masalah keseharian dalam ibadah, sesekali beliau menceritakan pengalaman-pengalamannya kepada para jamaah. 2 Metode Halaqoh atau Membaca Al-Qur’an bersama Metode halaqoh yaitu biasanya beliau membacakan ayat Al- Qur’an, sementara santri mendengarkan, lalu membaca bersama. Jadi dalam metode ini beliau membaca Al- Qur’an terlebih dahulu kemudian para santri menirukan apa yang dibaca kyai. 6 Fahmi Santriwan Darunnajah, Wawancara Pribadi Jakarta Selatan, 6 Juni 2013 Dengan diaplikasikannya metode ini diharapkan agar mad’u yang kurang da lam membaca dapat menirukan apa yang dibaca da’i terutama dalam membaca dapat menirukan apa yang dibaca da’i terutama dalam membaca huruf hijaiyah, makhroj huruf, dan panjang pendek bacaan, dan hukum tajwid. Meskipun mad’u umumnya sudah bisa membaca al-Qur’an, tetapi akan lebih baik mengulas kembali agar lebih fasih. Metode ini juga diselingi dengan metode ceramah. J adi setelah dai membaca dan mad’u menirukan apa yang akan dibaca da’i kemudian dilanjutkan dengan penjelasan tafsir tentang ayat yang beliau baca dan uraian yang sedang dibahas disampaikan da’i dengan ceramah biasanya disajikan dalam metode halaqoh ini adalah tafsir dan hadits. Dalam metode halaqoh ini, KH. Mahrus Amin menyempatkan waktu khusus seminggu sekali yaitu pada hari kamis jam 16.00-17.00 WIB di Masjid Pondok Pesantren Darunnajah. 3 Metode Tanya Jawab Metode ini adalah metode pelengkap dari metode ceramah dan biasanya dibawakan ketika setelah selesai memberikan beliau selesai memberikan ceramah. Dan biasanya diberikan waktu oleh beliau untuk bertanya, bilamana ada materi yang diberikan terdapat ketidakpahaman mad’u yang mendengarkan. Dengan adanya metode sudah dapat dikatakan berkomunikasi efektif dan lebih akrab. Metode ini di maksudkan untuk melayani masyarakat atau santri yang sedang mendengarkan ceramah beliau paham dengan ceramah atau kultum yang dibawakan beliau. Sebab dengan bertanya berarti orang ini mengerti dan dapat mengamalkannya. Oleh karena itu jawaban pertanyaan sangat diperlukan kejelasan dan pembahasan sedalam- dalamnya metode ini sering juga dilakukan oleh Rasulullah SAW dengan malaikat Jibril AS. Dalam metode ini biasanya mad’u suka bertanya mengenai sesuatu. M asalah yang belum dimengerti ketika seorang da’i menjelaskan materi, dan yang menjawab pertanyaan mad’u adalah da’i yang menyampaikan materi tersebut. Metode Tanya jawab ini diaplikasikan untuk melayani kebutuha n jama’ah atau mad’u dan menjelaskan tentang hal-hal yang berkenaan dengan materi yang sedang dibahas, juga untuk mengurangi kesalahpahaman jama’ah. Metode ini menjadi sangat cocok karena sebagai pendalaman metode dalam kegiatan pengajian. Dalam kegiatan yang sedemikian rupa terjalin hubungan yang erat antara seorang da’i dan mad’unya, mengenai permasalahan agama. Metode ini bersumber dari Q.S.An-Nahl: 125 yakni mujadalah bil lati hiya ahsan. Metode ini harus diterapkan secara baik dan tidak saling menjatuhkan. Karena metode ini sangat merangsang daya pikir seorang mad’u. Kelebihan Metode Tanya Jawab KH. Mahrus Amin diantaranya : 1 Dapat dipergunakan sebagai komunikasi dua arah interaksi antara da’i dan mad’u. 2 Bila tanya jawab sebagai selingan ceramah, maka audiens atau forum dapat hidup aktif. 3 Timbulnya perbedaan pendapat terjawab antara audiens. 4 Membuat audiens objek dakwah lebih aktif dan bersungguh- sungguh hidup aktif. 5 Meningkatkan martabat dan harga diri da’i jika semua pertanyaan dapat dijawab dengan baik. Kekurangan Metode Tanya jawab yang digunakan KH. Mahrus Amin diantaranya : 1 Biasanya seorang da’i mempunyai penilaian kepada seorang mad’u apabila jawaban da’i kurang jelas atau mengena maka akan terjadi pemikiran yang meremehkan da’i. 2 Biasanya seorang madu sulit untuk mengerti atau menyimpulkan seluruh isi materi pembicaraan seorang da’i. 3 Bila diantara dan mad’u terdapat perbedaan pendapat maka akan memakan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan permasalahannya. Oleh karena itu dibutuhkan penguasaan materi yang sangat mendalam agar seorang da’i bisa menjawab persoalan yang ditanyakan audiens atau mad’u. Semua ini akan menjadi tantangan seorang da’i.

b. Bentuk Dakwah bil Hal

Menurut KH. Mahrus Amin, dakwah bil Hal adalah metode dakwah yang menggambarkan secara langsung dan nyata apakah perbuatan seseorang da’i sesuai dengan perkataannya atau tidak. Metode bil Hal merupakan bentuk perbuatan nyata dari seseorang da’i. Artinya, ketika da’i meng ajak mad’u untuk berbuat baik. Ketika seorang da’i menyeru untuk banyak-banyak bersedekah untuk shalat, maka ia harus terlebih dahulu melaksanakannya, dari sekian banyak metode dakwah KH. Mahrus Amin, beliau lebih banyak menggunakan metode bil Hal, beliau setiap berbicara tentang kebaikan diantara shalat, sedekah, menyantuni anak yatim, beliau selalu mengaplikasikanya langsung. Agar para mad’u khususnya santri dapat melihat langsung pengamalan dan beliaupun mempertanggung jawabkan perkataannya, itu yang membuat beliau sosok yang di segani. Karena memang beliau seorang guru yang sedikit berbicara akan tetapi cepat dalam bertindak dalam melaksanakan kebaikan, beliau selalu yakin setiap melakukan kebaikan pertolongan allah selalu ada. 7 Singkatnya dakwah bil Hal merupakan bukti pengaplikasian ajaran islam sesuai dengan apa yang se orang da’i katakan pada saat berdakwah. Dalam metode dakwah bil Hal ini KH. Mahrus Amin menerapkannya dalam berbagai hal, diantaranya sebagai berikut: 1 Dalam bidang Keagamaan dan Pendidikan a Mendirikan Majelis Taklim untuk para ibu-ibu sekitar Ulujami 7 Harir Rijal Pendamping KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi Jakarta Selatan, 6 Juni 2013 b Mendirikan Yayasan Ashabunnajah fungsinya untuk memberikan bea siswa untuk para orang yang secara finansial kurang mampu akan tetapi berprestasi yang ada di luar daerah Jakarta. Seperti, dari daerah Papua, Maluku, Aceh, bengkulu tujuan beliau agar kelak setelah lulus nanti menjadi bermanfaat di daerahnya masing- masing. 8 c Mendirikan ma’had ali untuk para lulusan yang berprestasi dari pondok pesantren binaan KH. Mahrus Amin, akan tetapi kurang mampu secara finansial. Dan dana yang dipakai untuk bea siswa para kader itu dari para dermawan dan pendapatan pondok pesantren. Ini bisa membantu biaya kuliah para kader tersbebut di STAIDA Sekolah Tinggi Agama Islam Darunnajah d Kyai Membiasakan para santri untuk Qiyamul Lail Pondok Pesantren Darunnajah membiasakan para santrinya bangun pada malam hari sampai menjelang waktu shubuh, untuk bermunajat dan mendekatkan diri kepada Allah. 9 . e Memerintahkan dan mengajak para santri untuk melaksanakan shalat dhua dan berdoa Bersama. KH. Mahrus Amin membiasakan para santrinya juga untuk melakukan shalat dhua bersama-sama di masjid ketika istrirahat sekolah tiba pada pukul 09.30 pagi hari. 10 para santri langsung menuju masjid dan melaksanakan shalat dhua 8 Harir Rijal Pendamping KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi Jakarta Selatan, 6 Juni 2013 9 Kholif Amin Murid KH. Mahrus Amin dan Pengurus Pondok Pesantren Darunnajah, Wawancara Pribadi Jakarta Selatan, 3 september 2013 10 Kholif Amin Murid KH. Mahrus Amin dan Pengurus Pondok Pesantren Darunnajah, Wawancara Pribadi Jakarta Selatan, 3 september 2013 setelah itu berdoa bersama-sama yang di pimpin oleh KH. Mahrus Amin. f Mengadakan Wisata Rohani Rihlah Ubudiyah. Dalam pelaksanaan wisata ini, kegiatan wajib santri aliyah yang KH. Mahrus memantau dan memberi pembimbing untuk mengajak para santri berwisata mengunjungi pesantren-pesantren di sekitar pulau jawa selama 3 hari, yang bertujuan agar mengetahui kehidupan, perbedaan, cara belajar mengajar dari pesantren kepesantren, dan setelah wisata rohani selesai, para santri di wajibkan membuat sebuah laporan tentang perjalanan kerohaniannya. 11 2 Dalam bidang pemberdayaan Ekonomi Umat Dakwah di Pondok Pesantren bukan hanya dalam bidang keagamaan saja, namun juga di bidang lain seperti contoh berikut ini: a Bidang Perdagangan Dalam bidang perdagangan, Pondok Pesantren Darunnajah mendirikan koperasi Darunnajah. Usaha ini dikelola oleh para ustadz yang dibantu oleh para karyawan. Koperasi ini menjual berbagai macam keperluan santri juga masyarakat sekitar Pondok Pesantren Darunnajah. Mulai dari kebutuhan sembilan bahan pokok, alat tulis dan kantor, sampai produk kerajinan dari hasil karya para santri, ataupun Ustadz. Dimana masyarakat juga ikut berpartisipasi dengan cara menjadi pemasok makanan seperti, roti, snack, minuman, untuk 11 Kholif Amin Murid KH. Mahrus Amin dan Pengurus Pondok Pesantren Darunnajah, Wawancara Pribadi Jakarta Selatan, 3 september 2013 para santri itu dilakukan sampai saat ini, jadi dengan adanya koperasi Darunnajah masyarakat pun ikut terbantu secara ekonomi. b Bidang Sosial dan Kesejahteraan Mengelola zakat fitrah atau zakat mal untuk para mustahik atau orang yang berhak menerima zakat. zakat adalah sebagai harta kekayaan yang di ambil dari milik seseorang yang punya dan diberikan sesuai dengan ketentuannya kepada yang berhak. Aktivitas dakwah KH. Mahrus Amin dalam bidang sosial dan kesejahteraan di Pondok Pesantren Darunnajah kepedulian beliau terhadap masyarakat yang berada disekitar pesantren. Mengelola dan Menyalurkan zakat fitrah atau zakat mal kepada para mustahik atau orang-orang yang berhak menerima zakat. Beliau turut serta menyalurkan zakat secara langsung kepada yang berhak menerimanya, terutama fakir miskin, anak yatim, ibu-ibu jompo yang berada dilingkungan sekitar Pondok Pesantren Darunnajah.

c. Bentuk Dakwah bil Qalam

Metode ini adalah metode dakwah melalui tulisan. Baginya menulis adalah kegiatan yang efektif bagi mereka yang senang berbagi ilmu dan pelajaran melalui tulisan. Melaui metode ini, KH. Mahrus Amin menulis sebuah buku tentang riwayat hidupnya yang tidak lepas dari pendidikan dan suasana pesantren. Karena menurut beliau setiap ada kesempatan untuk berdakwah melaui apa saja, itu akan beliau lakukan demi untuk bermanfaat untuk orang lain. Sampai saat ini ada beberapa karya tulis beliau, walaupun buku tersebut diterbitkan belum untuk umum, hanya untuk kalangan santri dan alumni. Buku-bukunya yaitu yang berjudul : 1. Dakwah Melalui Pondok Pesantren tahun terbit, 2008 2. Pembinaan Kader Bangsa dan Umat Melalui Pendidikan Gerakan Pramuka Santri. tahun terbit, 2011 3. Kyai Enterpreneur tahun terbit, 2010 4. Panduan Pekan Perkenalan Khutbatul „Arsy tahun terbit, 2004 5. Panduan Ibadah Amaliah tahun terbit 2003 Karena dalam perkembangan seperti sekarang ini dakwah harus menyesuaikan situasi dan kondisi karena memang dunia semakin berubah ke arah yang lebih maju. Untuk itulah keberhasilan dakwah ditentukan oleh da’i atau da’iyyah itu sendiri. Keberhasilan dan kesuksesan yang di raih sekarang ini tidak ia dapat dengan mudah. Justru keberhasilan itu datang karena ketekunan dan istiqamah dalam beramal, selalu berusaha dan mempunyai tekad yang kuat untuk membagun kader-kader islam yang cinta agama dan negara.

B. Hambatan-hambatan Yang dihadapi Serta Solusinya

Hambatan-hambatan yang dialami KH. Mahrus Amin diantaranya: 1. Tingkat pemahaman mad’u yang berbeda-beda. 2. Dalam menyampaikan dakwahnya beliau mengalami komunikasi yang kurang terjalin dengan baik. Biasanya sering kali ditemui mad’u yang tidak memperhatikan atau tidak menyimak. 3. Biasanya seorang mad’u sulit untuk mengerti atau menyimpulkan seluruh isi materi pembicaraan seorang da’i. 4. Sulit untuk mengetahui pemahaman audien terhadap materi yang disampaikan. 12 Solusi yang diterapkan KH. Mahrus Amin 1. Penyampaian materi disampaikan dengan baik, audiensmad’u akan dapat mempelajari kandungan serta menghayati materi yang telah diceramahkan. 2. Mensiasati isi pesan yang disampaikan beliau dengan Cerita-cerita inspiratif yang pas sehingga madu tidak merasa bosan. 3. Untuk mad’u yang kurang memahami biasanya dibuka tanya jawab. 4. Menjelaskan isi materi yang kurang dipahami dengan cara mempraktekkan materi yang disampaikan sehingga mad’u merasa jelas. 5. Penyampaian materi dibawakan dengan gaya bahasa yang sopan, santun, dan lemah lembut. 13 Maka dari itu seorang penceramah harus mempunyai siasat metode tersendiri agar pesan risalah yang diberikan dapat dipahami para jamaah dan pesan yang dikemas pun harus mudah dipahami dan diterima. Sudah tentunya hambatan dalam memberikan pesan sering terjadi. Yang terpenting memberikan solusi atau jalan keluarnya. 12 KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta Selatan, 16 Mei 2013 13 Harir Rijal Pendamping KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi Jakarta Selatan, 6 Juni 2013 75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh kemudian dilakukan analisa, maka hasil uraian yang dikemukakan pada bab-bab sebelumnya tentang metode dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta maka dapat di simpulkan bahwa Metode Dakwah Yang diterapkan antara lain : 1. Metode Dakwah Berdasarkan Pendekatan Pada Mad’u a. Metode Al Hikmah kebijaksanaan yaitu mampu menyajikan penyampaian ajaran agama dengan pendekatan yang rasional. Dengan pembawaan yang bijak sana, mengajak mad’u untuk berbuat baik, tidak memaksa dan selalu memberikan contoh yang baik terlebih dahulu terhadap mad’unya, agar mad’unya bisa melihat dan menerapkannya. b. Metode Mau’idzhatil Hasanah nasihat yang baik yaitu dengan pembelajaran yang baik, dengan keteladan dan nasihat- nasihat baik dan percontohan, tentang kehidupan dan keseharian yang islami. c. Metode Al-Mujadalah Billati hiya ahsan berdiskusi Metode berdiskusi atau tanya jawab yang dilakukan setelah beliau mengakhiri ceramahnya, dan mempersilahkan mad’unya untuk menanyakan atau bertukar pikiran tentang hal-hal yang belum jelas. 2. Metode dakwah berdasarkan bentuk-bentuk aktivitasnya terdiri dari tiga metode, yaitu metode dakwah bil Lisan, bil Hal, dan bil Qolam. a. Metode Dakwah bil Lisan KH. Mahrus Amin menggunakan metode ceramah, metode tanya jawab, metode halaqoh atau membaca Al- Qur’an bersama. b. Metode Dakwah bil Hal KH. Mahrus Amin mengaplikasikannya dalam berbagai bidang diantaranya adalah : bidang keagamaan dan pendidikan, bidang layanan sosial kemasyarakatan. c. Metode Dakwah bil Qalam KH. Mahrus Amin menggunakan media tulisan seperti menulis buku agar bermanfaat untuk orang banyak. 3. Hambatan-hambatan yang dialami KH. Mahrus Amin diantaranya: Tingkat pemahaman mad’u yang berbeda-beda. Dalam menyampaikan dakwahnya beliau mengalami komunikasi yang kurang terjalin dengan baik. Biasanya sering kali ditemui mad’u yang tidak memperhatikan atau tidak menyimak. Biasanya seorang mad’u sulit untuk mengerti atau menyimpulkan seluruh isi m ateri pembicaraan seorang da’i sulit untuk mengetahui pemahaman audiens terhadap materi yang disampaikan. Untuk menangani hal itu KH. Mahrus Amin mempunyai solusi diantaranya : Penyampaian materi disampaikan dengan baik, audiens mad’u akan dapat mempelajari kandungan serta menghayati materi yang telah diceramahkan. Mensiasati isi pesan yang disampaikan beliau dengan Cerita-cerita inspiratif yang pas sehingga madu tidak merasa bosan. Untuk mad’u yang kurang memahami biasanya dibuka