Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
                                                                                4
2. Penampilanpesona  seorang  da’i  memiliki  daya  tarik  personal  yang
menyebabkan  masyarakat  mudah  menerima  pesan  dakwahnya,  walaupun kualitas dakwahnya sederhana.
3. Kondisi  psikologi  masyarakat  yang  sedang  haus  siraman  rohani  dan  mereka
terlanjur memiliki persepsi yang positif kepada seorang da’i tersebut, sehingga pesan  dakwah  yang  sebenarnya  kurang  jelas  ditafsirkan  sendiri  oleh
masyarakat dengan penafsiran yang jelas. 4.
Sebuah  kemasan  yang  menarik  masyarakat  yang  semula  acuh  tak  acuh terhadap agama dan juga terhadap da’i setalah melihat kemasan lain misalnya :
kesenian,  stimuli,  ataupun  program  pengembangan  masyarakat  maka  paket dakwah  menjadi  stimuli  yang  menggelitik  persepsi  masyarakat  dan  akhirnya
mereka pun merespon secara positif.
4
Al- Qur’an  adalah  kitab  Allah  yang  terakhir  diwahyukan  kepada  Nabi
Muhammad  SAW,  guna  memberikan  pedoman  hidup  kepada  umat  manusia sepanjang  masa.  Al-
qur’an  memberikan  pedoman  hidup  dalam  bidang  Aqidah, Ibadah,  Akhlaq,  dan  Mu’amalah  dunia  dan  pembinaan  masyarakat  dan
pengelolahan  dunia  yang  menjalin  para  penganutnya  untuk  memeperoleh kesejahteraan  hidup  di  dunia  dan  kebahagiaan  di  akhirat,  Al-
Qur’an  juga memberikan petunjuk hidup kepada umat manusia untuk menjalin hidup di dunia
secara  tepat,  sesuai  dengan  kedudukannya  sebagai  makhluk  ciptaannya  Allah yang akhirnya akan kembali kepadanya untuk memetik hasil perbuatan yang baik
dan perbuatan yang buruk.
4
Ahmad Syafi’i Ma’arif dan Sahid Tuhu Leley ed, Al-Qur’an dan tantangan Modernisasi, Yogyakarta: Sipres, 1990 cet.ke-1, h.2.
5
Firman Allah SWT :
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Artinya  : “Serulah  manusia  kepada  jalan  Tuhan-mu  dengan  hikmah  dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu  dialah  yang  lebih  mengetahui  tentang  siapa  yang  tersesat  dari  jalan-
Nya  dan  dialah  yang  lebih  mengetahui  orang-orang  yang  mendapat  petunjuk
. ”
An-Nahl : 125
Kata ud’u  yang  diterjemahkan  denga  ajakan  adalah  fi’il  amr,  menurut
aturan ushul fiqh, setiap
fi’il amr menjadi perintah wajib yang harus dipatuhi atau lain-lainnya. Jadi melakukan dakwah Islamiyah itu adalah wajib, karena tidak ada
dalam hal ini dalil-dalil lain yang memalingkan kepada sunah atau ibadah boleh dikerjakan atau boleh tidak
Wajib  itu  ada  dua  jenis,  yakni  wajib  aini  dan  wajib kifa’i  wajib  aini
maksudnya  setiap  orang  Islam  dewasa  tidak  ada  uzur  wajib  mengerjakan,  baik laki-laki maupun perempuan, setiap sholat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan
dan  lainnya.  Sedangkan  wajib kifa’i  artinya  harus  ada  seseorang  didalam  satu
tempat atau kelompok yang mengerjakannya, agar mereka lepas dari perintah itu. Kalau  tidak  mereka  berdosa  semuanya  seperti  sholat  janazah,  menyuruh  berbuat
baik ma’ruf, melarang berbuat jahat melarang munkar dan lain-lainnya. Adapu jenis  wajib  yang  dimaksud  didalam  dakwah  islamiyah  ini  pada  asalnya  adalah
wajib kifa’i tetapi harus diingat tentang pertanggungan jawabannya.
5
Islam  selalu  berusaha  untuk  membuka  bagi  segenap  manusia  pintu pengetahuan  selebar-lebarnya  sebelum  islam  mengajak  mereka  menjadi  kaum
5
Muhammad Nuh Sayid. Dakwah Fardiyah pendekatan personal dalam dakwah, Solo : Era Intermedia, 1996. Hal 4
6
beriman  sehingga,  mereka  akan  menjadi  mukmin  dengan  penuh  kesadaran.
6
Kegiatan dakwah pada intinya bertujuan agar manusia mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun akhirat.
KH. Mahrus Amin terlihat secara lebih jelas merupakan salah satu bagian dakwah,  menyebarkan  seruan  Islam  dan  meneruskan  perjuangan  Nabi  dalam
membangun Islam yang Rahmatan Lil Alamin, dan beliau adalah sosok seseorang yang  telah  membangun  lembaga  pendidikan  modern  di  Jakarta  dengan  sistem
yang  berbeda,  dan  turut  membangun  kualitas  manusia  indonesia  agar  menjadi berguna bagi lingkungan sekitar.
Pertama,  gagasan  KH.  Mahrus  Amin  tentang  kemodernan  pondok pesantren  yang  mana  di  dalamnya  santri  putra  dan  putri  digabung  dalam  satu
lingkungan  tetapi  hanya  berbeda  kawasan  saja  dan  termasuk  Pondok  Pesantren ternama di jakarta.
Kedua, KH. Mahrus Amin beliau seorang Alim Ulama yang non material, yang  memiliki  sosok  yang  unik,  istiqomah,  dan  jiwa  yang  sederhana,  beliau
memiliki  keinginan  untuk  mendirikan  dan  mengelola  1001  Pondok  Pesantren yang sudah lebih dari 5 Pondok Pesantren yg dipimpin dan dikelola, diantaranya
Pondok  Pesantren  Darunnajah  Ulujami  Jakarta,  Darunnajah  Cipining  Bogor, Darunnajah  Al  Mansur  di  Serang  Banten,  Darunnajah  4  Tsuraya  Padarincang
Banten, Darunnajah An-Nahl Pandeglang, Banten. Ketiga, perjalanan tiga puluh tujuh tahun Darunnajah yang dibangun diatas
dasar kekuatan pemikiran dan kerja keras yang disertai istiqomah dan perjuangan
6
Muhammad Husain Fadhullah, Methodologi Dakwah al- qur’an : Jakarta : Penerbit
Lentera 1997. Hal.143.
7
yang  tak  kenal  lelah  oleh  KH.  Mahrus  Amin  dalam  mengembangkan  agar  dapat menjadi wadah dalam berdakwah.
Berpijak  dari  uraian  diatas  peneliti  ingin  mengadakan  penelitian  dengan
judul “ Metode Dakwah KH. Mahrus Amin di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami Jakarta Selatan
”.