Aktivitas KH. Mahrus Amin
tersebut didirikan pesantren. Periode inilah yang disebut dengan periode cikal bakal, sebagai modal pertama berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah.
15
Periode Rintisan 1961-1973
Pada tahun 1961 K.H. Abdul Manaf membangun gedung madrasah enam lokal di atas tanah wakaf. Ide mendirikan pesantren didukung oleh H.
Kamaruzzaman yang saat itu sedang menyelesaikan kuliahnya di Yogyakarta. Untuk pengelolaan pendidikan diserahkan kepada Ust. Mahrus Amin,
alumnus KMI Gontor yang mulai menetap di Jakarta pada tanggal 2 Februari 1961. Karena banyaknya rintangan dan hambatan, maka pendidikan belum
bisa dilaksanakan di Ulujami, tetapi dilaksanakan di Petukangan bersama beberapa tokoh masyarakat, berkerjasama dengan YKMI, tanggal 1 Agustus
1961.
16
KH. Mahrus Amin mulai membina madrasah Ibtidaiyah Darunnajah dengan jumlah siswa sebanyak 75 orang dan tahun 1964 membuka
Tsanawiyah dan TK Darunnajah. Tahun 1970 ada usaha memindahkan pesantren ke Petukangan, tapi mengalami kegagalan. Dan usaha merintis
pesantren pernah pula dicoba dengan menampung kurang lebih 9 anak dari Ulujami dan Petukangan, yakni antara tahun 1963-1964. Dan tahun 1972
menampung kurang lebih 15 anak di Petukangan, namun kedua usaha itu dapat dilanjutkan dengan berbagai kesulitan yang timbul. Para periode ini,
meskipun pesantren yang diharapkan belum terwujud, tetapi dengan usaha-
15
KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta Selatan, 16 Mei 2013
16
KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta Selatan, 16 Mei 2013
usaha tersebut, Yayasan telah berhasil mempertahankan tanah wakaf di Ulujami dari berbagai rongrongan banyak pihak, antara lain BTI PKI saat itu.
Periode Pembinaan dan Penataan 1974-1987
Setelah tidak berhasil mendirikan pesantren di Petukangan usaha pendirian pesantren kembali diarahkan ke Ulujami, Pada tanggal 1 April
1974, dicobalah untuk ke sekian kalinya mendirikan Pesantren Darunnajah di Ulujami. Mula-mula Pesantren mengasuh 3 orang santri, sementara
Tsanawiyah Petukangan dipindah ke Ulujami untuk meramaikannya. Baru pada tahun 1976, Madrasah Tsanawiyah Petukangan dibuka kembali dan
secara berangsur.
Pesantren Darunnajah Ulujami hanya menerima anak yang mukim saja, kecuali anak Ulujami yang boleh pulang pergi. Bangunan yang pertama
didirikan adalah masjid dengan ukuran 11 X 11 m2 dan beberapa lokal asrama. Meskipun bangunanya sederhana, namun sudah sesuai dengan master
plan yang dibuat oleh Ir. Ery Chayadipura. Pada awal pembangunannya, dan pada periode ini didirikan beberapa lokal kelas bantuan dari Gubernur DKI
Jakarta Ali Sadikin. Seluruh santri selalu dilibatkan untuk membantu kerja bakti. Pada periode inilah ditata kehidupan di Pesantren Darunnajah dengan
sunnah-sunnahnya. diantranya :
1. Aktivitas santri dan kegiatan pesantren disesuaikan dengan jadwal waktu
sholat. 2.
Menggali dana dari pesantren sendiri untuk lebih mandiri.
3. Meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, dengan dibentuk
Lembaga Ilmu Al- Qur’an LIQ, Lembaga Bahasa Arab dan Inggris
dan Lembaga Da’wah dan Pengembangan Masyarakat LDPM. 4.
Beasiswa Ashabunnajah kelompok santri penerima beasiswa selama belajar di Darunnajah untuk kader-kader Darunnajah.
Usai pembangunan Asrama dan pembangunan berbagai fasilitas di Pondok Pesantren Darunnajah terus dilakukan, salah satu fasilitas yang
dibangun pada 1980-an adalah Mesjid Darunnajah. Pembangunan fasilitas ini memakan waktu 1 tahun baru bisa digunakan untuk berbagai aktivitas ibadah,
dan pendidikan bahkan pengurus-pengurus OSIS SMU di kawasan Jakarta jika ada kegiatan pesantren kilat menggunakan mesjid Darunnajah. Total
daya tampung mesjid Darunnajah bisa memuat sampai 3000 orang.
Periode Pengembangan 1987-1993
Ibarat pohon pisang manfaatnya tidak dirasakan maksimal bila tumbuh hanya disatu lokasi saja. Tunas-tunas pohon pisang yang
bermunculan disekitar induknya, bila dipisahkan dan ditanam kembali di tempat lain akan tumbuh menjadi pohon-pohon pisang baru sehingga
bermanfaat bagi lingkungan sekelilingnya. Darunnajah mulai melebarkan misi dan cita-citanya, mengajarkan agama Islam, dengan falsafat pohon
pisang yang KH Mahrus Amin terapkan pada yayasan untuk mengembangkan Darunnajah. pendidikan anak-anak fuqara dan masakin dan bercita-cita
membangun seratus Pondok Pesantren Modern. Masa inilah, saat