demikian, para santri diberikan kebebasan untuk memilih minat dan mengebangkan bakatnya.
Santri diarahkan menjadi orang yang merdeka. Mereka tidak diharuskan menjadi pengasuh pesantren atau guru agama. Dan beliau juga
dididik agar disiplin dan taat pada aturan. Dan gembelengan para kiai, ustad dan kehidupan pesantren yang mengajarkan keiklasan, petasaan senasib
seperjuangan menumbuhkan keakraban dan persaudaraan yang kuat di antara para santri. Dan Beliau juga pernah berjalan dari madiun sampai cirebon
untuk mencari pengalaman dan mendatangi organisasi-organisasi massa seperti NU, Masyumi, dan lain-lain di kota-kota yang beliau singgahi.
9
Pada tanggal 1 april 1961 beliau lulus dari Pondok Modern Gontor bergabung sebagai pengajar di raudhatul Athfal Petukangan, beliau diberi
kepercayaan untuk segala urusan pendidikan di lembaga yang kemudian menjadi balai pendidikan Darunnajah pada 1 Agustus 1961. Dan belaiu juga
sempat ikut menyantri bersama Jamaah Tabligh selama 44 hari yang berdakwah dengan berpindah-pindah. Setelah beliau aktif mengajar di
yayasan darunnajah beliau juga sambil meneruskan pendidikan di IAIN Jakarta yang sekarang UIN Jakarta di Fakultas Dakwah Jurusan Ushuludin
tepatnya pada tahun 1962 – 1972. Dan sempat menjadi asisten dosen, Prof.
Dr. Toha Umar Yahya. Pada akhirnya pada tahun 1979 ia menjadi dosen tetap di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10
Tahun 1989 memulai mengembangkan Pesantren di berbagai Daerah, tahun 2008 mendirikan SABELANA santri bela agama dan negara untuk
9
KH. Mahrus Amin, Dakwah Melalui Pondok Pesantren, hal. 7-12
10
KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta Selatan, 16 Mei 2013
pesantren-pesantren di Indonesia, 2009 ia menggagas Pesantren Nusantara di daerah-daerah tertinggal di perbatasan NKRI.
11
B. Aktivitas KH. Mahrus Amin
a. Aktivitas
Aktivitas suatu kegiatan yang dilakukan oleh laki-laki 73 tahun ini, ia ada
lah suami sekaligus ayah dan da’i yang aktif dalam semua perannya. Dalam setiap perannya ia tidak pernah melupakan kewajibannya.Sejak masa
kecil ia sudah banyak melakukan hal-hal yang membawanya ke arah yang lebih baik, diantaranya : belajar, mengajar, berpidato, mengkaji dan
mendalami kitab-kitab, bahkan aktif dalam organisasi. Ia termasuk seorang da’i yang gemar membina pesantren, sudah
banyak pesantren yang ia bina karena memang cita-citanya mendirikan 1000 pesantren di seluruh indonesia. Da’i yang bijaksana ini, tidak pernah merasa
lelah untuk melakukan semua aktifitasnya. Selalu berprasangka baik terhadap orang . Aktivitas beliau saat ini diantaranya :
1. Pendiri dan Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah Group, meliputi
pesantren yang beliau bina yaitu : Darunnajah II Cipining bogor, Darunnajah III Al-Mansyur Serang, Darunnajah IV Tsurayya Padarincang
Banten, Darunnajah V An-Nahl Cikesik Pandeglang, DarunnajahVI An- Nakhil Muko-muko Bengkulu, Darunnajah VII Jaziratunnajah Nunukan
Kalimantan Timur, Darunnajah VIII Annur Cidokom Gunung Sindur
11
Dok Pribadi KH. Mahrus Amin.
Bogor, Darunnajah IX Al-Hasanah Pamulang Tanggerang, Darunnajah XI Al-Barokah, Seluma Bengkulu.
2. Anggota Dewan Penasehat Majlis Ulama DKI Jakarta dan
3. Ketua I DPP Forum Islamic Center Indonesia.
4. Ketua I DPP GUPPI Gerakan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam
5. Ketua umum BKsPPI Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia
6. Ketua MSKP3I Majelis Silaturahmi Kyai Pengasuh Pondok Pesantren
Indonesia. 7.
Ketua I Yayasan QOLBUN SALIM di Istiqlal Jakarta.
12
KH Mahrus Amin aktif mengisi pengajian-pengajian, diantaranya pengajian ibu-ibu dari masyarakat ulujami dan sekitarnya pada senin siang
hari dan pengajian untuk wali santri pada senin pagi hari, dan juga pengajian para guru pada hari kamis dan pengurus pembina pondok pesantren
dilaksanakan setiap hari ba’da subuh, yang dinamakan dengan majelis fajar.
13
Akan tetapi setiap beliau mengisi pengajian, ceramah, kepada mad
’unya beliau jarang menggunakan kitab-kitab kuning, hanya sesekali saja, yang ia gunakan kitab Riyadushalihin. Beliau sering memberikan pengajian
dan ceramah, kepada mad’unya dengan memaparkan pengalaman-
pengalamannya pribadinya mengingatkan sesama muslim, dan nasehat- nasehat yang berkaitan kehidupan sehari hari.
14
12
Dok Pribadi, KH. Mahrus Amin
13
KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta Selatan, 16 Mei 2013
14
KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta Selatan, 6 Juni 2013
b. Karya-karya KH. Mahrus Amin
Sampai saat ini ada beberapa karya tulis beliau, walaupun buku tersebut diterbitkan belum untuk umum, hanya untuk kalangan santri dan
alumni. Buku-bukunya yaitu yang berjudul :
1. Dakwah Melalui Pondok Pesantren tahun terbit, 2008
2. Pembinaan Kader Bangsa dan Umat Melalui Pendidikan Gerakan Pramuka
Santri. tahun terbit, 2011 3.
Kyai Enterpreneur tahun terbit, 2010 4.
Panduan Pekan Perkenalan Khutbatul „Arsy tahun terbit, 2004 5.
Panduan Ibadah Amaliah tahun terbit, 2003
C. Gambaran Umum Pondok Pesantren Darunnajah
a. Sejarah Singkat Pondok Pesantren Darunnajah
Periode Cikal Bakal 1942-1960
Pada tahun 1942 K.H. Abdul Manaf Mukhayyar mempunyai sekolah Madrasah Al-Islamiyah di Petunduhan Palmerah. Semuanya berawal pada
1958 indonesia terpilih sebagai tuan rumah pesta olahraga Asian Games IV. Pemerintah berencana membangun arena olahraga untuk pelaksanaan Asian
Games IV, Tahun 1959 tanah dan madrasah tersebut digusur untuk perluasan komplek Perkampungan Olah Raga Sea Games, yang sekarang dikenal
dengan komplek Olah Raga Senayan. Untuk melanjutkan cita-citanya, maka diusahakanlah tanah di Ulujami. Tahun 1960, didirikan Yayasan
Kesejahteraan Masyarakat Islam YKMI, dengan tujuan agar di atas tanah
tersebut didirikan pesantren. Periode inilah yang disebut dengan periode cikal bakal, sebagai modal pertama berdirinya Pondok Pesantren Darunnajah.
15
Periode Rintisan 1961-1973
Pada tahun 1961 K.H. Abdul Manaf membangun gedung madrasah enam lokal di atas tanah wakaf. Ide mendirikan pesantren didukung oleh H.
Kamaruzzaman yang saat itu sedang menyelesaikan kuliahnya di Yogyakarta. Untuk pengelolaan pendidikan diserahkan kepada Ust. Mahrus Amin,
alumnus KMI Gontor yang mulai menetap di Jakarta pada tanggal 2 Februari 1961. Karena banyaknya rintangan dan hambatan, maka pendidikan belum
bisa dilaksanakan di Ulujami, tetapi dilaksanakan di Petukangan bersama beberapa tokoh masyarakat, berkerjasama dengan YKMI, tanggal 1 Agustus
1961.
16
KH. Mahrus Amin mulai membina madrasah Ibtidaiyah Darunnajah dengan jumlah siswa sebanyak 75 orang dan tahun 1964 membuka
Tsanawiyah dan TK Darunnajah. Tahun 1970 ada usaha memindahkan pesantren ke Petukangan, tapi mengalami kegagalan. Dan usaha merintis
pesantren pernah pula dicoba dengan menampung kurang lebih 9 anak dari Ulujami dan Petukangan, yakni antara tahun 1963-1964. Dan tahun 1972
menampung kurang lebih 15 anak di Petukangan, namun kedua usaha itu dapat dilanjutkan dengan berbagai kesulitan yang timbul. Para periode ini,
meskipun pesantren yang diharapkan belum terwujud, tetapi dengan usaha-
15
KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta Selatan, 16 Mei 2013
16
KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta Selatan, 16 Mei 2013