Gambaran Umum Pondok Pesantren Darunnajah

3. Meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran, dengan dibentuk Lembaga Ilmu Al- Qur’an LIQ, Lembaga Bahasa Arab dan Inggris dan Lembaga Da’wah dan Pengembangan Masyarakat LDPM. 4. Beasiswa Ashabunnajah kelompok santri penerima beasiswa selama belajar di Darunnajah untuk kader-kader Darunnajah. Usai pembangunan Asrama dan pembangunan berbagai fasilitas di Pondok Pesantren Darunnajah terus dilakukan, salah satu fasilitas yang dibangun pada 1980-an adalah Mesjid Darunnajah. Pembangunan fasilitas ini memakan waktu 1 tahun baru bisa digunakan untuk berbagai aktivitas ibadah, dan pendidikan bahkan pengurus-pengurus OSIS SMU di kawasan Jakarta jika ada kegiatan pesantren kilat menggunakan mesjid Darunnajah. Total daya tampung mesjid Darunnajah bisa memuat sampai 3000 orang. Periode Pengembangan 1987-1993 Ibarat pohon pisang manfaatnya tidak dirasakan maksimal bila tumbuh hanya disatu lokasi saja. Tunas-tunas pohon pisang yang bermunculan disekitar induknya, bila dipisahkan dan ditanam kembali di tempat lain akan tumbuh menjadi pohon-pohon pisang baru sehingga bermanfaat bagi lingkungan sekelilingnya. Darunnajah mulai melebarkan misi dan cita-citanya, mengajarkan agama Islam, dengan falsafat pohon pisang yang KH Mahrus Amin terapkan pada yayasan untuk mengembangkan Darunnajah. pendidikan anak-anak fuqara dan masakin dan bercita-cita membangun seratus Pondok Pesantren Modern. Masa inilah, saat memancarkan pancuran kesejukan ke penjuru-penjuru yang memerlukan. Sampai dengan tahun 2004, Pesantren Darunnajah Group telah berjumlah 41. Periode Dewan Nazir 1994-sekarang Ada satu kecenderungan dalam kelangsungan hidup pesantren di indonesia begitu pengasuhnya meninggal dunia. Sering terdengar pesantren membubarkan barisan dari cita-cita perintisnya sepeninngalan wakif, pendiri atau kyai pengasuhnya. Hal tersebut bertolak belakang dengan pengalaman Universitas Al Azhar cairo, mesir yang berdiri sejak zaman Dinasti Fatimiyah lebih dari 1000 tahun lalu. Hingga sekarang Universitas Al Azhar masih tegak berdiri dan memancarkan dakwah islam ke penjuru dunia. Perjalanan sejarah Pesantren Darunnajah yang relatif lama telah menuntut peraturan kesempurnaan untuk menjadi lembaga yang baik. Belajar dari perjalanan pondok pesantren di Indonesia dan melihat keberhasilan lembaga Universitas Al-Azhar Cairo Mesir, yang telah berumur lebih 1000 tahun lamanya, Yayasan Darunnajah yang memayungi segala kebijakan yang telah berjalan selama ini, berusaha merapihkan dan meremajakan pengurus yayasan. Dengan niat yang tulus dan ikhlas, maka wakif tanah di Ulujami Jakarta K.H.Abdul Manaf Mukhayyar, K.H. Mahrus Amin, dan H. Kamaruzzaman Muslim yang ketiganya mengatasnamakan para dermawan untuk wakaf tanah di Cipining Bogor seluas 70 haktare, mengikrarkan wakaf kembali di hadapan para ulama dan umara dalam acara nasional di Darunnajah pada tanggal 7 Oktober 1994. Dalam acara tersebut wakif menguraikan niat dan cita-citanya mendirikan lembaga ini diatas sebuah piagam wakaf yang ditandatangani oleh para pemegang amanat, Dewan Nazir dan Pengurus Harian Yayasan Darunnajah yang disaksikan oleh para tokoh masyarakat dan ormas di Indonesia. 17

b. Visi Misi

Visi Misi didirikannya Pondok Pesantren Darunnajah adalah : Visi : Menciptakan kader ummat yang bertafaqquh fiddin, untuk menjadi kader pemimpin umat bangsa dan mendidik kader-kader ummat dan bangsa yang bertafaqah fiddin, para ulama, zuama’, dan agniya, menjadi cendekiawan muslim yang bertaqwa, berakhlaq mulia, berpengetahuan luas, jasmani yang sehat, terampil dan ulet. Misi : Mencetak manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlaq mulia, berpengatahuan luas, sehat dan kuat, terampil dan ulet, mandiri, mampu bersaing, kritis, problem solver, jujur, komunikatif dan berjiwa juang. Merintis dan mempelopori berdirinya Pondok Pesantren di seluruh Indonesia sebagai lembaga social keagamaan yang bergerak dibidang pendidikan dan dakwah. 17 KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta Selatan, 16 Mei 2013

D. Program Pembelajaran Unggulan Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami

Jakarta Selatan a. Program Muhadoroh Muhadoroh adalah belajar berbicara di depan audiens atau orang banyak dan juga berpidato, program ini adalah pembelajaran yang di gunakan sebagian besar pendidikan formal dan non formal Islam dan juga pondok pesantren untuk melatih siswa dan santrinya agar terbiasa berbicara di depan umum, karena itu modal santri untuk nantinya terjun di masyarakat untuk berdakwah, itu juga yang beliau pelajari sewaktu dipesantren dan itu diterapkan di Pondok Pesantren Darunnajah. 18 Program ini dilaksanakan setiap kamis pada istrirahat sekolah sampai waktu dzuhur, kamis malam dan hari minggu ba’da shalat dzuhur, program ini sudah sangat baik untuk menghasilkan santri agar terbiasa berbicara di depan banyak orang, selain itu juga untuk hasil prestasi dalam lomba berpidato, perwakilan Pondok Pesantren Darunnajah Khususnya selalu mendapat juara pada lomba pidato yang di selenggarakan di luar lingkungan pesantren. Dan banyak juga hasil dari didikan muhadoroh ini menghasilkan alumni yang menjadi juru dakwah. 19 18 KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi 16 Juni 2013 19 KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta Selatan, 16 Juni 2013

b. Program Sabelana

Program Sabelana ini adalah untuk santri-santri aliyah, sabelana adalah pembelajaran tentang kemandirian, kedisiplinan, dan pendalam tentang cinta agama dan negara. Karena singakatan sabelana sendiri adalah “santri bela agama dan negara”. Sabelana bertujuan agar santri cinta kepada agama dan negaranya, karena menurut KH. Mahrus Amin, kemerdekaan indonesia ini tidak lepas dari peran kiai dan santri, maka dari itu santri di pondok pesantren Darunnajah ini didik untuk cinta agama dan negara didalam lingkaran sabelana. 20

c. Program Pembelajaran Kitab-Kitab Kuning

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam traditional, telah mengajarkan kitab-kitab klasik, khususnya kitab-kitab karangan madzhab Syafi’iyah. Pengajaran kitab-kitab kuning berbahasa arab tanpa syakal atau sering disebut kitab Gundul. Kitab kuning ini adalah salah satu metode yang secara formal diajarkan dalam komunitas pesantren sallaf di Indonesia. Dan di Pondok Pesantren Darunnajah ini menggabungkan antara konsep pondok pesantren modern dan traditional maka dari itu tetap mempelajari kitab-kitab kuning. Kitab-kitab pedoman yang di pelajari santri Pondok Pesantren Darunnajah diantaranya : 1.Tafsir Jalalain 6. Fathul Qarib 2. Riyadhussalihin 7. Fiqhul Wadih 3.Bulugul Maram 8. Jawahirul Kalamiyah 20 KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta Selatan, 16 Juni 2013 4. Mustalahalahul Hadist 9. Arba’in Nawawi 5. Nasahihul Ibad 10.Al-bayan fu ushul fiqh 57

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Metode Dakwah KH. Mahrus Amin Di Pondok Pesantren Darunnajah

Ulujami Jakarta Selatan Dakwah dalam pandangan KH. Mahrus Amin dakwah sebagai suatu kegiatan untuk mengajak manusia kejalan yang benar dan kejalan yang lurus sesuai dengan perintah Allah SWT untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat manusia baik dalam kehidupan mereka di dunia dan akhirat. Banyak macam-macam dakwah itu, dakwah bil Hal, dakwah bil Lisan, dakwah bil Qalam, Sesuai dengan tuntunan agama, hidup harus bermanfaat untuk orang lain, dan hidup ini harus banyak mengambil pelajaran yang bermanfaat. Di dalam hidup itu bagaimana mengamalkan ilmu. Dan KH. Amin berdakwah bil Hal dakwah dengan perbuatan, dengan banyak mengamalkan ilmunya melalui Pondok Pesantren khususnya di Pondok Pesantren Darunnajah Ulujami. 1 Menurut KH. Mahrus Amin dakwah itu mengajak atau menyeru pihak lain kepada sesuatu yang dikehendaki da’i, maka da’i sendiri harus terlebih dahulu menundukkan dirinya itu seperti apa, karena mustahil orang lain akan mengikuti apa yang seorang da’i inginkan kalau da’inya sendiri tidak mempunyai karakter. Semua itu dapat diwujudkan apabila dapat menyatukan kata hatinya dengan ungkapan lisan, dan ungkapan lisan diwujudkan dengan amal dan perbuatan. 1 KH. Mahrus Amin, Wawancara Pribadi, Jakarta Selatan, 16 Mei 2013