Perbedaan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Toddler Usia

75 6. Perbedaan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Toddler Usia 30 bulan di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur dengan Anak Usia Toddler di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung Tabel 5.10 Analisis Perbedaan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia 30 Bulan n=12 Tugas Perkembangan Lingkungan tempat tinggal Perkembangan Bahasa Total P value Ya Tidak n n n 1,000 Anak menunjuk dengan benar paling sedikit satu bagian badannya, tanpa bimbingan RW 17 4 80 1 20 5 100 PSAA B TB 5 71,4 2 28,6 7 100 Total 12 100 Anak membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta RW 17 2 40 3 60 5 100 1,000 PSAA B TB 3 42,9 4 57,1 7 100 Total 12 100 Anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara RW 17 3 60 2 40 5 100 0,558 PSAA B TB 2 28,6 5 71,4 7 100 Total 12 100 Menyebut 2 binatang diantara gambar kucing, burung, kuda dan anjing RW 17 3 60 2 40 5 100 0,222 PSAA B TB 1 14,3 6 85,7 7 100 Total 12 100 Dari Tabel 5.10 diatas untuk tugas perkembangan bahasa pertama didapatkan hasil uji analisis didapatkan p value = 1,000 pada derajat kemaknaan 95. Hal tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan perkembangan bahasa yang signifikan antara anak usia 76 toddler di RW 17 dan di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung dalam menunjuk dengan benar paling sedikit satu bagian badannya. Tugas perkembangan bahasa kedua menunjukkan p value = 1,000. Hal tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan perkembangan bahasa yang signifikan antara anak usia toddler di RW 17 dan di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung dalam kemampuan anak untuk membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta. Diperoleh pula hasil uji analisis tugas perkembangan ketiga didapatkan p value = 0,558. Hal tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan perkembangan bahasa yang signifikan antara anak usia toddler di RW 17 dan di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung dalam kemampuan anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara. Hasil yang diperoleh dari Tabel 5.10 diatas didapatkan p value = 0,222. Hal tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan perkembangan bahasa yang signifikan antara anak usia toddler di RW 17 dan di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung dalam menyebutkan 2 diantara gambar kucing, burung, kuda dan anjing. 77 7. Perbedaan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Toddler Usia 36 bulan di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur dengan Anak Usia Toddler di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung Tabel 5.11 Analisis Perbedaan Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia 36 Bulan n=13 Tugas Perkembangan Lingkungan tempat tinggal Perkembangan Bahasa Total P value Ya Tidak n n n 0,029 Anak menggunakan 2 kata pada saat berbicara RW 17 5 83,3 1 16,7 6 100 PSAA B TB 1 14,3 6 85,7 7 100 Total 13 100 Menyebut 2 binatang diantara gambar kucing, burung, kuda dan anjing RW 17 4 66,7 2 33,3 6 100 0,529 PSAA B TB 3 42,9 4 57,1 7 100 Total 13 100 Mengikuti perintah dengan seksama. RW 17 3 50 3 50 6 100 0,529 PSAA B TB 2 28,6 5 71,4 7 100 Total 13 100 Hasil yang diperoleh dari Tabel 5.11 menunjukkan hasil uji analisis untuk tugas perkembangan bahasa pertama didapatkan p value = 0,029 pada derajat kemaknaan 95. Hal tersebut menunjukkan ada perbedaan perkembangan bahasa yang signifikan antara anak usia toddler di RW 17 dan di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung dalam kemampuan menggunakan 2 kata pada saat berbicara. Didapatkan pula untuk tugas perkembangan bahasa kedua didapatkan p value = 0,592. Hal tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan perkembangan bahasa yang signifikan antara anak usia toddler di RW 17 dan di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung dalam 78 kemampuan anak untuk menyebutkan 2 diantara gambar kucing, burung, kuda dan anjing. Tabel 5.11 diatas juga menunjukkan hasil analisis tugas perkembangan bahasa ketiga didapatkan p value = 0,592. Hal tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan perkembangan bahasa yang signifikan antara anak usia toddler di RW 17 dan di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung dalam mengikuti perintah yang diberikan dengan seksama. 79

BAB VI PEMBAHASAN

Bab pembahasan ini akan diuraikan interpretasi hasil penelitian yang dikaitkan dengan kajian literatur serta hasil dari penelitian terdahulu. Bab ini juga akan menjelaskan tentang keterbatasan penelitian yang terjadi selama pelaksanaan penelitian.

A. Analisa Univariat

1. Gambaran Karakteristik Responden Menurut Usia

Hasil penelitian ini menunjukkan pada anak usia toddler di RW 17 Kelurahan Pisangan memiliki usia dengan rata-rata 23,75 bulan. Sedangkan anak-anak toddler di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung tahun 2014 memiliki usia rata-rata 24,71 bulan. Terdapat selisih rata-rata usia yang sedikit, menunjukkan bahwa karakteristik usia dari dua kelompok tersebut adalah sama. Desain dasar penelitian komparatif melibatkan pemilihan dua kelompok yang berbeda dan membandingkan pada variabel terikat. Mengontrol variabel ekstra untuk membantu menjamin kesamaan kedua kelompok Arikunto, 2006. Penelitian Dewi 2009 menunjukkan tidak terdapat hubungan antara usia anak dan perkembangan bahasa anak.

2. Gambaran Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan data jenis kelamin bahwa pada anak usia toddler di RW 17 Kelurahan Pisangan memiliki jenis kelamin laki- laki sebesar 55,6 dan perempuan sebesar 44,4. Menurut data jumlah lahir hidup Kota Tangerang Selatan Tahun 2012, jumlah kelahiran laki-laki yaitu 14.155 51 dan perempuan yaitu 13.595 49. Sedangkan di PSAA Balita Tunas Bangsa yang memiliki jenis kelamin laki-laki sebesar 64,7 dan perempuan sebesar 35,3. Data tersebut sejalan dengan data profil kesehatan anak tahun 2012 yang menunjukkan bahwa penduduk 0-17 tahun lebih banyak berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan. Menurut Hurlock 2000 jenis kelamin anak berpengaruh terhadap kemampuan bahasa anak. Anak perempuan cenderung cepat belajar berbicara daripada anak laki-laki. Hal ini diperkuat oleh penelitian Hidajati 2009 bahwa jenis kelamin anak yang mengalami disfasia perkembangan lebih banyak laki-laki daripada perempuan. Leung 1999 melaporkan bahwa keterlambatan bahasa 3-4 kali lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki daripada perempuan. Hasil yang berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi 2009 bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin anak dan kemampuan bahasa. Hasil yang sama diperoleh oleh Jaenudin 2000 bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin anak dan kemampuan berbahasa. Berdasarkan penelitian tersebut maka dalam penelitian ini peneliti tidak mengelompokkan responden berdasarkan jenis kelamin.

B. Analisa Bivariat

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perbedaan perkembangan bahasa pada anak usia toddler di RW 17 Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Timur dan di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung menunjukkan bahwa ada perbedaan perkembangan bahasa antara anak usia toddler di RW 17 dan di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung dalam mengatakan 2 suku kata yang sama pada anak usia 12 bulan p value = 0,029 dan dalam menggunakan 2 kata pada saat berbicara pada anak usia 36 bulan p value = 0,029. Penelitian ini juga menggambarkan tidak ada perbedaan perkembangan bahasa antara anak usia toddler di RW 17 dan di PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung dalam menyebutkan 2-3 kata yang dapat ditiru oleh anak usia 12 bulan p value = 0,070 , mengatakan “papa” ketika ia memanggilmelihat ayah atau mengatakan “mama” jika memanggilmelihat ibu pada usia 15 bulan p value = 0,486 dan 18 bulan p value = 0,143, mengucapkan paling sedikit 3 kata yang mempunyai arti selain “papa” dan “mama” pada usia 21 bulan p value = 0,464 dan 24 bulan p value = 1,000, menunjuk dengan benar paling sedikit satu bagian badannya pada usia 24 bulan p value = 0,429 dan 30 bulan p value = 1,000, membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring jika diminta pada anak usia 24 bulan p value =1,000 dan 30 bulan p value = 1,000, menggunakan 2 kata pada saat berbicara pada usia 30 bulan p value = 0,558, menyebutkan 2 diantara gambar kucing, burung, kuda dan anjing pada usia 30 bulan p value = 0,222 dan 36 bulan p value = 0,529 dan mengikuti perintah yang diberikan dengan seksama p value = 0,529. Adanya perbedaan perkembangan dalam mengatakan 2 suku kata yang sama misalnya “ma-ma”, “da-da” atau “pa-pa” pada anak usia 12 bulan dan dalam menggunakan 2 kata pada saat berbicara seperti “minta minum ”, “mau tidur” pada anak 36 bulan bisa disebabkan pemberian stimulasi bahasa ketika anak berusia dibawah 12 bulan yang kurang. Pada saat bayi, kecepatan pembentukan sinaps meningkat sebagai respon dari stimulasi. Stimulasi yang tidak dilakukan secara berkesinambungan akan menyebabkan sinaps yang terbentuk menjadi kurang synaptic pruning Berk, 2012. Menurut Suryawan 2012 penyebab anak mengalami keterlambatan perkembangan bahasa 90 dikarenakan adanya gangguan input yakni kurangnya pemberian stimulasi. Keterlambatan perkembangan bahasa pada anak dikarenakan kurangnya stimulus yang diberikan orang tua kepada anak seperti kurangnya mengajak anak berbicara, berinteraksi dan bermain Suryawan, 2012. Wijaya 2009 menjelaskan bahwa stimulasi perlu dilakukan secara terus menerus karena setiap kali anak berfikir atau memfungsikan otaknya, akan terbentuk sinaps baru untuk merespon stimulasi tersebut. Stimulasi yang terus menerus akan memperkuat sinaps yang lama sehingga otomatis membuat fungsi otak semakin baik. Dalam teori Operant Conditioning untuk meningkatkan respon perlu adanya pembiasaan conditioning yang terjadi dengan suatu penguatan reinforcement Skinner dalam Kristianty, 2006. Penelitian yang dilakukan Suryani 2013 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara stimulasi perkembangan bahasa dengan tingkat kemampuan bahasa anak usia 1-3 tahun. Angka korelasi Spearman Rank = +0,309 dengan hubungan kekuatan sedang, dan dikatakan ada korelasi positif yang artinya semakin baik stimulasi perkembangan bahasa, maka semakin baik tingkat perkembangan bahasa anak. Lebih banyak hasil penelitian yang menunjukkan tidak adanya perbedaan perkembangan bahasa pada anak di dua lokasi tersebut disebabkan karena jumlah sampel yang sedikit. Di dalam PSAA Balita Tunas Bangsa Cipayung, anak mendapatkan pengasuhan secara kontinyu selama 24 jam dari para pengasuh. Pemenuhan kebutuhan dasar anak di panti seperti makan, kebersihan diri, bermain dan hiburan seluruhnya dipenuhi oleh pihak panti. Anak di RW 17 juga mendapatkan pemenuhan kebutuhan yang maksimal dengan ibu yang tidak bekerja. Menurut penelitian Sudono 2000, pekerjaan orang tua yang menyita waktu dapat mengurangi interaksi orang tua dengan anak dan dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Sejalan dengan hasil penelitian Dewi 2009 bahwa terdapat hubungan antara pekerjaan ibu dengan perkembangan bahasa anak, dimana ibu yang tidak bekerja ibu rumah tangga memiliki anak yang perkembangan bahasanya baik. Hal ini mungkin disebabkan