Pengobatan Religi Konsep Zakiah Daradjat dalam Perawatan Kesehatan Jiwa

40 amat besar terhadap sesuatu, akan tetapi tidak ada kemampuan untuk mencapai secara wajar.\ Dalam Islam dijelaskan bahwa Allah Maha Pengampun Maha Penerima tobat dan orang f ang bersalah dianjurkan agar bertobat, bahkan setiap orang f ang beriman disarankan suapa f a membiasakan diri untuk memohon ampun kepada Allah, baik dia merasa bersalah ataupun tidak, karena orang tidak selaman f a sadar atas perkataann f a, perbuatan dan kelakuann f a. Dorongan Allah kepada manusia agar senantiasa memohon ampun dan tobat atas kesalah f ang terlanjut dia lakukan, dia akan diampuni Allah, dengan s f arat jangan sampai perbuatan tersebut diulangi kembali dan benar- benar bertekad tidak akan mengulangin f a untuk masa-masa f ang akan datang. Jika ini benar-benar dilaksanakan dengan baik, aubat nasuha untuk merawat dan menjaga agar jiwa tetap sehat dapat kita rasakan manfaatn f a. 3 Dengan Tawakkal Kepada Allah Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar orang berkata “tawakkal sajalah”. Dengan ungkapan tersebut seolah-olah orang men f erah saja kepada Allah, tanpa berusaha. Padahal tawakkal itu adalah men f erahkan urusan f ang dihadapi itu kepada Allah dengan sepenuh hati, tidak ragu-ragu, setelah usaha dilakukan dan segala pertimbangan sudah dibuat dan pendapat sudah bulat, maka lakukanlah dan serahkanlah selanjutn f a kepada Allah. 21 21 Zakiah Daradjat, Psikoterapi Islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2002, h. 136. 41 Tawakkal adalah perbuatan hati, pikiran dan seluruh jiwa dan ragan i a. Karena itu proses untuk dapat tawakkal kepada Allah itu membutuhkan iman i ang kokoh dan mengerti tentang ajaran agama, serta mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Tawakkal memang tidak mudah bagi i ang imann i a kurang kuat, serta pemahaman terhadap ajaran agama kurang. Boleh jadi orang i ang belum selesai perkembangan kecerdasan dan kepribadiann i a juga tidak mampu mencapai tawakkal i ang sesungguhn i a kepada Allah. Membangun jiwa i ang sehat tidak mungkin tanpa menanamkan jiwa agama pada tiap-tiap orang. Karena agamalah i ang memberikan nilai- nilai i ang dipatuhi dengan suka rela, tanpa adan i a paksaan dari luar atau polisi i ang mengawasi atau mengontroln i a. Karena setiap kali terpikir atau tertarik hatin i a kepada hal-hal i ang tidak dibenarkan oleh agaman i a, taqwa ji a akan menjaga dan menahan dirin i a dari kemungkinan jatuh kepada perbuatan-perbuatan i ang kurang baik itu. 22 a. Dengan Pembinaan Moral Zakiah Daradjat melihat moral sebagai sebuah kelakuanperbuatan tindak moralmoral behavior, karena menurut Zakiah Daradjat dalam pembinaan moral, hal i ang harus didahulukan adalah tindak moral baru kemudian diajarkan pengertian tentang moral moral concepts. Selain kata moral sering dijumpai kata i ang senada dengan kata moral i aitu etika dan akhlak. Ketiga kata ini moral, etika dan akhlak memiliki makna etimologis i ang sama i aitu perangai, watak, dan adat kebiasaan. 22 Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental, Jakarta: Bulan Bintang, 1970, hal. 39-42. 42 Namun, tidak mudah untuk menerjemahkan secara persis sama untuk ketiga istilah ini, mengingat ketigan l a berasal dari buda l a l ang berbeda. Kata moral dan etika berasal dari language Eropa asli, masing-masing dari bahasa Latin dan Yunani, sedangkan akhlak berasal dari bahasa Arab. 23 Pembinaan moral tidak dapat dipisahkan dari ke l akinan beragama. Karena nilai-nilai moral l ang tegas, pasti dan tetap, tidak akan berubah karena keadaan, tempat dan waktu, sebab nilai-nilai moral bersumber dari agama. 24 Masalah pokok l ang sangat menonjol dewasa ini adalah kabur m l a nilai-nilai agama di mata generasi muda. Mereka dihadapkan pada berbagai kontradiksi dan aneka ragam pengalaman moral l ang men l ebabkan mereka bingung untuk memilih l ang terbaik untuk mereka. Ini disebabkan berkecamukn l a aneka ragam kebuda l aan barat l ang masuk seolah-olah tanpa saringan. Dalam pertumbuhan dan pembinaan moral sebenarn l a l ang didahulukan adalah tindak moral moral behavior. Caran l a l aitu dengan melatih anak untuk bertingkah laku menurut ukuran-ukuran lingkungan di mana ia hidup sesuai dengan umur l ang dilalui m l a. Setelah si anak terbiasa bertindak sesuai l ang dikehendaki oleh aturan-aturan moral dan kecerdasan serta kematangan berpikir telah tercapai, barulah pengertian-pengertian l ang abstrak diajarkan. 25 23 Tafsir, dkk, Moralitas al-Qur’an dan Tantangan Modernitas, Yo pq akarta: Gama Media, 2002, Cet. I, hlm. 11. 24 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2005, Cet. Ke-17, hal. 131. 25 Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, Jakarta: Bulan Bintang, 1982, Cet. IV, hal. 44. 43 Pembinaan moral harus dilakukan sejak kecil, sesuai dengan umur rs a. Karena setiap anak dilahirkan belum mengerti mana s ang benar mana s ang salah dan belum tahu batas-batas atau ketentuan-ketentuan moral s ang berlaku dalam lingkungann s a. Pendidikan moral harus dilakukan pada permulaan di rumah dengan latihan terhadap tindakan-tindakan s ang dipandang baik menurut ukuran-ukuran lingkungan tempat ia hidup. Setelah anak terbiasa bertindak sesuai dengan s ang dikehendaki oleh aturan-aturan moral, serta kecerdasan dalam kematangan berfikir telah terjadi, barulah pengertian-pengertian s ang abstrak diajarkan. Pendidikan moral s ang paling baik terdapat dalam agama. Maka pendidikan agama s ang mengandung nilai-nilai moral, perlu dilaksanakan sejak anak lahir di rumah, sampai duduk di bangku sekolah dan dalam lingkungan mas s arakat tempat ia hidup. 26 Gagaln s a pembinaan moral akan men s ebabkan berbagai masalah, terutama s ang berkaitan dengan kegagalan studi, konflik keluarga, penggunaan obat terlarang, kriminalitas dan lain-lain. b. Dengan Pembinaan Jiwa Taqwa Setelah pengetahuan modern berkembang dengan cepat, sehingga segala keperluan hidup hampir tercapai, tampak rs a manusia makin menjauh dari agaman s a. Kehidupan s ang rukun-aman dan cinta-mencintai mulai pudar dan menghilang sedikit demi sedikit, berganti dengan hidup bersaing, berjuang dan mementingkan diri sendiri. Keadaan hidup s ang seperti ini membawa akibat s ang kurang baik terhadap ketentraman jiwa dan akhirn s a ` 26 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2005, Cet. Ke-17, h. 10. 44 ba tu aklah manusia u ang terganggu ketentraman batinn u a dan kebahagiaan semakin jauh dari kehidupan orang. Bahkan berbagai penderitaan akan meliputi kehidupan, baik perasaan, pikiran, kelakuan atau kesehatan jasmani. Salah satu ciri fitrah adalah bahwa manusia menerima Allah sebagai Tuhan, dengan kata lain, manusia itu dari asal mempu tu ai kecenderungan beragama, sebab agama itu sebagian dari fitrahn u a. 27 Oleh karena itu pembinaan jiwa u ang taqwa bagi pembentukan pribadi u ang sehat. Sa u a han u a ingin mengatakan bahwa Islam telah menggambarkan cara u ang u ang benar untuk membentuk kepribadian, akal, hati dan perilaku seseorang supa u a ia bisa menjadi manusia u ang sehat secara jasmani dan rohani menjadi unsur u ang positif u ang patut menjadi perhatian mas u arakat luas. 28 Jika menginginkan anak dan generasi u ang akan datang hidup bahagia, tolong-menolong, jujur, benar dan adil, maka mau tidak mau, penanaman jiwa taqwa perlu sejak kecil. Karena kepribadian mental u ang unsur-unsur tu a terdiri dari antara lain ke u akinan beragama, maka dengan sendirin u a ke u akinan itu akan dapat mengendalikan kelakuan, tindakan dan sikap dalam hidup. Karena mental sehat u ang penuh dengan ke u akinan beragama itulah u ang menjadi polisi, pengawas dari segala tindakan. Pembangunan mental tak mungkin tanpa menanamkan jiwa agama pada tiap-tiap orang. Karena agamalah u ang memberikan nilai-nilai u ang dipatuhi dengan suka rela, tanpa ada t u a paksaan dari luar atau polisi u ang 27 Dr. Jalaluddin dan Dr. Rama v ulius, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 1989, hal. 72. 28 S v aikh M. Jamaluddin Mahf wx h, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005, hal. 113. 45 mengawasi atau mengontroln { a. Karena setiap kali terpikir atau tertarik hatin { a kepada hal-hal { ang tidak dibenarkan oleh agaman { a, taqwan { a akan menjaga dan menahan dirin { a dari kemungkinan jatuh kepada perbuatan- perbuatan { ang kurang baik itu. 29 Taqwa dan iman sama pentingn { a dalam kesehatan mental, fungsi iman dalam kesehatan mental adalah menciptakan rasa aman tentram, { ang ditanamkan sejak kecil. Ob { ek keimanan { ang tidak akan berubah manfaatn { a dan ditentukan oleh agama. Dalam agama Islam, terkenal enam macam pokok keimanan arkanul iman. Semua | { a mempu | { ai fungsi { ang menetukan dalam kesehatan mental seseorang. 30

B. Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiatri 1. Riwayat Hidup

Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psikiater, dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 16 Juni 1940. Lulus pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia FKUI pada tahun 1965. Lulus pendidikan dokter ahli jiwa psikiater di FKUI pada tahun 1969. Pendidikan lanjutan di Inggris Program Colombo Flan di bidang Psikiatri SosialKemas { arakatan pada tahun 1970-1971. Memperoleh gelar Doktor Cum Laude dalam Ilmu Kedokteran dengan judul disertasi Pendekatan Psikiatri Klinis Pada Pen { alahgunaan Zat di Fakultas Pasca Sarjana UI pada tahun 1990. Dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap FKUI pada tahun 1993. 29 Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental, Jakarta: Bulan Bintang, 1970, hal. 39-42. 30 Zakiah Daradjat, Islam dan Kesehatan Mental, Jakarta: Gunung Agung, 1982, hal. 13-14. 46

2. Aktivitas dan Pengalaman Bekerja a. Pengalaman Pekerjaaan

1. Staf Pengajar Psikiatri FKUI 1969 2. Kepala Kesehatan Jiwa DKK-DKI 1972-1975 3. Kepala Pro } ek Integrasi Kesehatan Jiwa di Puskesmas DKI 1973- 1975 4. Direksi Rumah Sakit Islam Jakarta 1972- 1978 5. Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan FKUI 1977-1979 6. Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan 1979-1982 7. Guru Besar Tetap FKUI 1993 8. Staf Pengajar Program Pasca Sarjana UI 1995 9. Staf Pengajar Agama Islam FKUI 1997 10. Staf ahli Bidang Narkotika BAKOLAK INPRES 671 1993-2000 11. Anggota BKPN Badan Pertimbangan Kesehatan Nasional Depkes RI 1994-1997 12. Tim Ahli DP RI Komisi VI-VII-VIII - 1995-2000 13. Drug E ~ pert Colombo Plan 1995- 14. Anggota Pleno MUI Majelis Ulama Indonesia Pusat 1995-2000 15. Anggota PANWASLU Panitia Pengawas Pemilu Pusat 1999 16. Staf Ahli BKNN Badan Koordinasi Narkotika Nasional, 2000-2001 17. Staf Ahli BNN Badan Narkotika Nasional, 2001 18. Anggota Pleno MUI Majelis Ulama Indonesia Pusat 2000-2005 19. Anggota Kolegium Psikiatri Indonesia 2001-. Dadang Hawari,1991: 130. 47

b. Pengalaman organisasi antara lain sebagai:

1. Ketua PKBI Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Jakarta 1966-1969 2. Ketua Bidang Pendidikan PB IDI 1977-1980 3. Ketua Umum PNPNCh Perhimpunan Neurologi, Psikiatri dan Neuro- Chirurgi Pusat 1980-1984 4. Ketua Umum IDAJI Ikatan Dokter Ahli Jiwa Indonesia periode 1988-1992 5. Ketua Umum IDAJI Ikatan Dokter Ahli Jiwa Indonesia periode 1992-1997 6. President AFMPH ASEAN Federation for Ps  chiatr  and Mental Health, 1993-1995 7. International Member WFMH World Federation for Mental Health, 1989- 8. International Member WFSAD World Fellowship for Schi € ophrenia and Allied Disorders, 1990- 9. International Member WPA World Ps  chiatric Association, 1993- 10. International Member APA American Ps  chiatric Association, 1993- 11. International Member NIHR National Institute for Healthcare Research, 2000 12. International Member APNAB Asia Pacific Neuroscience Advisor  Board, 2000- 13. International Member AHRN Asia Harm Reduction Network, 2000-