Ciri-Ciri Jiwa Yang Sehat

3. Merasa lebih puas memberi dari pada menerima. 4. Secara relatif bebas dari rasa tegang, cemas dan depresi. 5. Berhubungan dengan orang lain dengan tolong menolong. 6. Menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pelajaran dikemudian hari. 7. menjuruskan rasa permusuhan pada pe 34 elesaian 4 ang kreatif dan kostruktif. 8. Mempu 3 4 ai rasa kasih sa 4 ang 4 ang besar. 14 Adapun jiwa 4 ang sehat memiliki gejala: posisi pribadin 4 a harmonis dan seimbang, baik ke dalam, terhadap diri sendiri, maupun keluar, terhadap lingkungan sosialn 4 a. Oleh karena itu, ciri-ciri khas pribadi 4 ang berjiwa sehat, antara lain berikut ini: 1. Ada koordinasi dari segenap usaha dan potensin 4 a sehingga mudah mengadakan adaptasi terhadap tuntutan lingkungan, standar, dan norma sosial, serta perubahan-perubahan sosial 4 ang serba cepat. 2. Memiliki integrasi dan regulasi terhadap struktur kepribadian sendiri sehingga mampu memberikan partisipasi aktif kepada mas 4 arakat. 3. Senantiasa giat melaksanakan proses realisasi diri 4 aitu mengembangkan secara riil segenap bakat dan potensi, memiliki tujuan hidup, dan selalu mengarah pada transendensi diri, berusaha untuk melebihi kondisin 4 a 4 ang sekarang. 4. Bergairah, sehat lahir dan batin, tenang dan harmonis kepribadiann 4 a, efisien dalam setiap tindakann 4 a, serta mampu mengha 4 ati kenikmatan dan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhann 4 a. 14 Dadang Hawari, Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Yog 5 akarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2004, cet. Ke-XI, h. 34. Orang 6 ang sehat jiwan 6 a adalah orang-orang 6 ang mampu merasakan kebahagiaan dalam hidup, karena merasakan bahwa dirin 6 a berguna, bermakna, mampu menggunakan segala potensi dan bakatn 6 a, sehingga membuat 7 6 a bahagia terhindar dari kegelisahan dan gangguan kejiwaan. 15 Salah satu ciri jiwa 6 ang sehat adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri self control. Pengendalian diri amat penting bagi kesehatan jiwa sehingga da 6 a tahan jiwa dapat mengatasi stres dalam kehidupan. Karenan 6 a problem utama kesehatan jiwa adalah timbul 7 6 a berbagai stressor psikososial 6 ang mengakibatkan seseorang menderita ketegangan, kecemasan, depresi, ketidakpuasan, ketidakbahagiaan, kekecewaan, prasangka buruk, niat jahat ill will. 16 Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwasa 89 a tolok ukur orang 9 ang sehat jiwan 9 a adalah orang 9 ang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berusaha secara sadar merealisasikan nilai-nilai agama sehingga kehidupa 889 a itu dijalani 89 a sesuai dengan tuntutan agama.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa

Ada ba 76 ak faktor 6 ang mempengaruhi kesehatan jiwa seseorang. Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, 6 aitu: Pertama, faktor internal 6 aitu faktor dari dalam diri seseorang seperti keimanan ketaqwaan, sikap dalam menghadapi problem hidup, keseimbangan dalam berfikir dan kondisi kejiwaan seseorang. 15 Zakiah Dradjat, Islam dan Kesehatan Jiwa, Jakarta: PT. Toko Gunung agung, 1996, cet. Ke-VIII, h. 39. 16 Imam Musbikin, Rahasia Puasa, Yo : akarta: Mitra Pustaka, 2004, cet. Ke-I, h. 40. Seseorang ; ang memiliki keimanan dan ketaqwaan ; ang tinggi, maka ia akan memperoleh ketenangan dan ketenteraman. Bila ia menghadapi problematika hidup, maka ia akan sabar dan tidak putus asa dalam menghadapin ; a. Karena sebenarn ; a dalam diri manusia ; ang beriman tidak terjadi putus asa. Reaksi-reaksi kompensasi dan mekanisme pertahanan diri ; ang sifatn ; a merugi. 17 Dengan demikian iman dan taqwa seseorang ; ang merupakan faktor penting ; ang dapat membimbing sehat atau tidakn ; a jiwa seseorang. Di samping itu sikap seseorang dalam menghadapi problem hidup dan kemampuan berfikir secara seimbang serta dapat mengantisipasi berbagai persoalan akan mampu menciptakan kondisi jiwa ; ang sehat. Untuk memperoleh kesehatan jiwa, Allah memerintahkan manusia lewat firman-N ; a: Artin ; a: Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”QS. ar-Rad: 28. 18 Ketenangan hati seseorang akan muncul karena mengingat hatin ; a dipenuhi keimanan, sehingga batinn ; a langsung berhubungan dengan Allah dan ia merasakan kedamaian, aman serta mendapatkan ketenangan dan kedamaian. 19 17 Kartini Kartono, Hygiene Jiwa dan Kesehatan jiwa Dalam Islam, Bandung: Maju Mundur, 1989, h. 305. 18 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan, Jakarta: PT. Pena Pundi Aksara, 2002, h. 584. 19 Sa id Abdul Hamid Mursi, Jiwa Yang Tenang, Malang: Al-Qa im,2004, h. 38. Dari a = at di atas dapat dipahami bahwa orang-orang = ang beriman akan diberikan ketenangan hati jiwa oleh Allah. Hal ini membuktikan bahwa iman merupakan titik pokok bagi kehidupan manusia, iman dapat mengendalikan sikap, ucapan, tindakan, dan perbuatan seseorang. Jadi iman kepada Allah akan membuat jiwa seseorang menjadi terang dan tenteram. Dengan men = erahkan diri kepada-N = a, maka kita akan mendapatkan ketenangan dan ketenteraman. Dengan ke = akinan dan keperca = aan dapat memperoleh keseimbangan jiwa. Kedua, faktor eksternal = aitu faktor = ang berasal dari luar diri seseorang, seperti kondisi lingkungan, keluarga, mas = arakat maupun lingkungan pendidikan seseorang, serta keadaan ekonomi, sosial dan faktor = ang lain. Sebagaimana pendapat = ang disampaikan bahwa sesungguhn = a ketenangan hidup, ketenangan jiwa atau kebahagiaan batin tergantung pada faktor-faktor ekonomi, sosial, politik, adat istiadat dan sebagain = a. Akan tetapi tergantung pada cara dan sikap dalam menghadapi faktor tersebut. 20 Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa faktor = ang men = ebabkan jiwa seseorang menjadi sehat = aitu faktor internal dan faktor eksternal. Dari kedua = a, faktor internal lebih dominan pengaruhn = a dari pada faktor eksternal. Sebab faktor internal me = angkut keadaan jiwa, ini sungguh sangat berpengaruh. Jika keadaan jiwa tidak stabil, maka komunikasi dengan orang lain dan lingkungan akan tergangggu. 20 Zakiah Draddjat, Kesehatan Jiwa, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung 1996, cet. Ke 23, h. 15.