lebih tegasnya lagi koperasi Indonesia adalah perkumpulan orang-orang dan bukan perkumpulan modal.
Kadang-kadang karena tidak sedikit koperasi yang bubar atau tidak berfungsi, atau tidak sehat, koperasi yang tumbuh dan berkembang dengan mulus di tengah masyarakkat
mendapat pula sorotan atau penilaian yang tidakk mengembirakan dari kalangan masyarakat sehingga koperasi kurang mendapatkan anggota. Sekali lagi perlu diulangi
bahwa anggota koperasi sangat penting dan berarti bagi koperasi. Dalam keadaan demikian maka pengurus harus mampu melakukan pembinaan anggota, agar:
a. Para anggota yang telah ada mempunyai rasa memiliki dan adanya rasa
keikutsertaan dalam tiap kegiatan usaha koperasi dan adanya rasa-rasa yang demikian disertai dengan keberhasilan koperasi meninggkatkan kesejahteraan
anggota maka para anggota masyarakat akan tertarik pula untuk bergabung secara suka rela dalam koperasi.
b. Para anggota pengurus berada lebih dekat lagi dengan para anggota koperasi
sehingga dengandemikian mengetahui dam mengerti segala aspirasi, gagasan, bahkan saran-saran dari para anggota dan dengan demikian dapat dilakukan
tindakan dan langkah-langkah untuk melancarkan perkembangan koperasi, c.
Pengurus mampu meningkatkan keanggotaan, baik kualitas maupun kuantitasnya, dengan demikian maka koperasi menjadi lebih kuat dalam
perkembangannya.
5.4.1. Kebijakan Pengurus Yang Berorientasi Pada Pengembangan Keanggotaan.
Dalam organisasi koperasi terdapat misi yang suci, mensejahterakan masyarakat, para anggota masyarakat, para anggota masyarakat yang banyak. Dengan sedikitnya
anmggota masyarakat yang bergabung, dengan sendirinya misi yang suci itu tidak dapat terlaksanakan sepenuhnya. Percayalah bahwa misi suci yang dikandungnya itu suatu saat
Universitas Sumatera Utara
koperasi akan menjadi tulang punggung usaha ekonomi masyarakat di segala pelosok tanah air, sebagian besar anggota masyarakat tingkat kehidupannya masih lemah, dan
masih mementingkan kegotong-royongan dalam memadu kehidupannya. Hal-hal inilah yang menjadikan koperasi sangat dibutuhkan mereka dan menjadikannya sebagai tulang
punggung usaha koperasi mereka. Kenyataan sekarang, masih sedikit para anggota masyarakat yang bergabung dalam
koperasi. Hal demikian dapat langsung kita lihat penyebab-penyebabnya, yaitu: a.
Para pengurus koperasi tidak melakukan kampanye untuk menarik anggota lebih banyak dari anggota masyarakat, padahal diketahui sebagian besar dari
mereka tingkat kehidupannya lemah. b.
Ada kalanya para pendiri koperasi terdiri dari orang-orang yang mempunyai kepentingan usaha pribadi.
c. Tidak adanya perhatian pengurus koperasi untuk menarikmenambah anggota
dari masyarakat yang sekira 40. d.
Mekanisme untuk masuk menjadi anggota tidak diketahui atau tidak digunakan pengurus koperasi, terbukti dari tidak tersedianya formulir keanggotaan dan
kurangtidak diperhatikan tersedianya buku-buku Anggaran Dasar. Hal ini juga dipertegas oleh wawancara dengan Ahmad:
“mekanisme untuk masuk sebagai anggota koperasi sih ada, yaitu dengan membayar kartu anggota, dan datanya ya di isi di kartu
itu, tetapi tidak ada formulir keanggotaan dan buku anggaran dasarnya.”wawancara 30 juli 2014
e. Secara praktis tidak ada pendidikan keanggotaan sehingga para anggota
tidakkurang mengerti akan sifat-sifat maupun tata kerja koperasi. Hal ini terungkap pada saat wawancara Jefriansyah:
Universitas Sumatera Utara
“di koperasi pesahoe rakan ini tidak ada mengadakan pendidikan untuk anggota koperasi maupun pengurus. Dikarenakan dana
juga tidak mencukupi dan waktunya juga susah diatur atau di sesuaikan dengan anggota koperasi walaupun dalam buku akta
pendirian koperasi tertulis tentang pemberian pendidikan kepada anggota dan pengurus koperasi, tetapi sejauh ini koperasi belum
pernah melakukan pendi dikan apapun”. Wawancara 25 juli
2014 f.
Tidak sedikit koperasi yang belum melakukan aktivitas penyuluhan kepada para anggota masyarakat, sehingga anggota masyarakat banyak yang tidak
mengetahui manfaat berkoperasi, tidak mengetahui tugas fungsi koperasi sebagai alat usaha ekonomi bagi para anggota masyarakat yang lemah
ekonominya. g.
Tidak sedikit koperasi yang mengalami kegagalan dalam usahanya, jatuh dan bubar, hal seperti ini menjadikan pula para anggota masyarakat tidak tertarik
untuk bergabung dalam koperasi atau kepercayaan mereka terhadap koperasi menjadi luntur. Hal ini dipertegas oleh Amrizal:
“sebelum dibangunnya koperasi Pesahoe Rakan sudah pernah ada koperasi yang bernama komaksa, yaitu
koperasi simpan-pinjam. Tetapi koperasi itu sudah ditutup dikarenakan banyak yang tidak membayar iyuran
wajib.”wawancara, 2 agustus 2014 Selain itu, dari hasil observasi di lapangan, peneliti melihat bahwa koperasi
komaksa memang benar adanya, di karenakan nama koperasi komaksa masi ada di atas nama koperasi pesahoe rakan. Menurut informasi yang peneliti dapatkan dari masyarakat
sekitar, bahwa koperasi komaksa memang pernah ada. Dan sudah ditutup pada tahun 2012 dikarenakan masyarakatnya tidak membayar cicilan atas pinjamannya, walaupun
para pengurus dan petugas dari koperasi komaksa datang kerumah untuk menagih
Universitas Sumatera Utara
iurannya tetap saja sebagian besar anggotanya tidak membayar. Koperasi komaksa bergerak di bidang simpan-pinjam dan koperasi konsumsi, tetapi yang di sediakan oleh
pihak koperasi bukanlah kebutuhan sehari-hari, melaikan kebutuhan usaha para anggota seperti meja dan kursi untuk warung, TV, papan dan alat-alat dapur sendok, gelas, kuali,
piring dan lain-lain. Usaha meningkatkan kuantitas anggota koperasi dengan menarik perhatian dan
kesukarelaan para anggota masyarakat perlu dilakukan dengan pendekatan-pendekatan dalam lingkup pembinaan oleh pengurus beserta para pembantunya, baik melalui
aktivitas khusus pengurus dengan pembantunya maupun melalui aktivitas terpadu antara mereka dengan para anggota koperasi yang telah ada. Pembinaan dengan pendekatan
tersebut antara lain sebagai berikut: a.
Menggiatkan penerapan dan penyuluhan tentang perkoperasian kepada masyarakat.
b. Membentuk kader-kader koperasi dengan memanfaatkan karangtaruna dan
kaum remaja lainnya, dengan membekali mereka dengan beberapa keterampilan pengolahan sumber-sumber setempat sehingga mereka
menunjukan kemampuannya berwiraswasta dan menempatkan usaha wiraswasta mereka di bawah usaha koperasi.
c. Menggilirkan tempat Rapat Anggota tidak selalu di kantor koperasi tetapi juga
dengan meminjamkan dan manfaatkan Balai Desa, Gedung Serba Guna, dan lain-lain yang merupakan tempat yang selalu menjadi perhatian masyarakat,
dan pelaksanaan rapat agar dibantu dengan pengawas, suara, sehingga masyarakat di sekeliling tempat rapat anggota koperasi tersebut dapat juga
mengikuti. 1.
Jalanya rapat yang praktis dan tidak bertele-tele.
Universitas Sumatera Utara
2. Jalannya pembagian sisa hasil usaha yang adil, merata sesuai dengan peran
serta anggota dalam kegiatan usaha koperasi. 3.
Jalannya pemberian penghargaan dan hadiah kepada para anggota yang berprestasi dan mereka yang non anggota yang besar jasanya dalam
pengembangan koperasi. 4.
Jalannya penentuan perluasan uasah koperasi yang ditunjang dengan besarnya kekayaan dan kesanggupan koperasi yang kesemuanya dalam rangka
peningkatan kesejahteraan hidup para anggota masyarakat. d.
Mendatangi pesantren-pesantren yang ada dilingkungan daerah kerja koperasi untuk meningkatkan kerja sama dalam mengembangkan koperasi. Dengan cara
demikian para santri yang potensial dalam menggerakkan masyarakat akan merasa terakui diri dan kemampuanya sehingga mereka dengan sukarela mau
berperan serta lebih-lebih kalau dengan terjalinnya usaha kerjasana ini pihak koperasi selalu menyediakan dana yang disisihkan dari sisa usaha untuk
menunjang pembangunanpengembangan pesantren dan tempat-tempat ibadah. Adanya kemauan dari pengurus koperasi dan secara keterpaduan dengan para
anggotanya untuk melakukan pendekatan-pendekatan seperti tersebut diatas, maka pembinaan dalam rangka peningkatan kuantitas anggotanya akan memperoleh sambutan
yang memuaskan dari para anggota masyarakat. Sasaran pendekatan lainnya dapat dilakukan dengan memperhatikan kepentingan organisasi PKK atau melakukan
kerjasama dengan organisasi tersebut karena cikal bakal berkoperasi telah ditunjikan pula dalam tubuh organisasi, yaitu dengan teraturnya pelaksanaan arisan uang, barang, bahkan
perumahan. Koperasi pesahoe rakan tidak pernah mengadakan penyuluhan terhadap
masyarakat mengenai perkoperasian, ataupun membentuk kader-kader dari kum remaja,
Universitas Sumatera Utara
tidak pernah mengadakan rapat diluar lingkup kantor koperasi dan koperasi tidak menjalin kerjasama dengan prasantren yang ada di daerahnya, melainkan dengan
koperasi-koperasi yang berada diluar daerahnya.
5.5. Pengelolaan Modal Usaha Koperasi