rela. Apalagi simpanan suka rela, dimana kalau anggota koperasi tidak dapat hasil dari gunung ya mereka tidak memberikan sumbangan
sukarela untuk koperasi.”wawancara 10 juli 2014 c.
Dipergunakan untuk kepentingan anggota seperti pendidikansosial dan untuk kepentingan
umum misalnya
pembangunan disekitar
daerah kerjanya.Dipertegas oleh M.Yusuf Adet
“Dana yang sudah terkumpul tersebut dialokasikan untuk membantu perbaikan jalan menuju gunung emas, membantu pembangunan mesjid,
dan membangun yayasan bukit tursina di Desa Kabong.”wawancara, 28
juni 2014 Dipertegas lagi oleh Jahidin
“Yang dilakukan koperasi rakan dalam kemajuan desa ini dapat dilihat dari perbaikan akses jalan menuju gunung emas walaupun jalannya masi
belum beraspal, dan membantu pembangunan mesjid.”wawancara, 15 juli 2014
Jadi dari hasil sisa usaha koperasi pesahoe rakan digunakan untuk kepentingan umum untuk masyarakat desa Keude Krueng Sabee dan sisa hasil usahanya juga
dikembalikan kepada anggota koperasi sesuai dengan sumbangan dan simpanan mereka selama menjadi anggota koperasi.
Yang menjadi cadangan itulah yang merupakan sumber modal koperasi. Koperasi dapat mandiri dalam mengembangkan usaha-usahanya, dalam meningkatkan misi
sucinya, yaitu meningkatkan kesejahteraan hidup anggota-anggotanya, berperanserta meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat di daerah kerjanya, dan berperanserta
dalam pembangunan daerah.
5.5.2. Pendayagunaan Modal.
Modal yang diperoleh koperasi hendaknya didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan para anggota koperasi sesuai dengan bidang usaha yang dijalankan koperasi.
Universitas Sumatera Utara
Pada berbagai jenis koperasi, pendayagunaan modal dibedakan oleh kebutuhan, kemanfaatan, dan kegunaanya bagi para anggotanya.
- Pada koperasi-koperasi yang bergerak dibidang jasa, seperti
koperasi simpan pinjam, koperasi angkutan, dan lain-lain titik berat penggunaan modal yaitu untuk mempertinggi tingkat
pelayanan jasa-jasa kepada anggotanya. -
Pada koperasi-koperasi produksi, titik berat penggunaan modal yaitu untuk mempertinggi produktivitas para anggotanya.
- Pada koperasi-koperasi yang bergerak di bidang pemasaran, titik
berat pendayagunaan modal yaitu untuk mempertinggi kualitas hasilproduk para anggotanya agar para anggotanya dapat
memperoleh harga layak dari jeripayahnya. -
Pada koperasi-koperasi konsumsi, titik berat penggunaan modal tertuju pada pemenuhan kebutuhan para anggotanya, terutama
kebutiuhan sehari-hari. -
Pada koperasi-koperasi aneka usaha multypurpose modal koperasi didayagunakan untukberbagai kegiatan dengan titik berat
pada kebutuhan utama para anggotanya, bukan pada yang paling menguntungkan koperasi.
Dari uraian tersebut jelas bahwa pengurus dalam mendayagunakan modal koperasinya harus bertitik berat pada usaha-usaha pemuasan kebutuhankepentingan para
anggotanya, jadi berbeda dengan badan-badan usaha lain yang pendayagunaan modalnya dititik beratkan pada usaha yang paling menguntungkan, tidak peduli apakah dititik
beratkan pada usaha yang paling menguntungkan, tidak peduli apakah usahanya itu sesuai dengan kehendak para pembentuk modalnya. Dengan demikian juga bahwa jelas
Universitas Sumatera Utara
dalam pendayagunaan modal koperasi para pengurus dituntut untuk lebih mengarahkan kecerdasan, kejelian dan fleksibilitas mengutamakan usaha-usaha yang dapat
memuaskan pemenuhan kebutuhan kepentingan para anggotanya, yang mana usaha- usaha tersebut dapat pula mendatangkan usaha yang wajarlayak bukan usaha yang
merugi. Penggunaan modal dari simpanan sukarela secara giro sebaiknya digunakan
untuk cadangan, itupun sebaiknya dilakukan kesepakatan dulu dengan penyimpannya agar dapat dipakai untuk suatu putaran usaha, dengan demikian penarikan dana tersebut
secara mendadak sebelum putaran usaha selesai tidak akan terganti. Dalam pendayagunaan modal kerja terdapat 3 konsep yang sebaiknya diketahui
oleh para pengurus, yaitu: a.
Konsep kuantitatif. Disini mendasarkan pada kuantitatif daripada dana yang tertanam dalam unsur-
unsur aktiva lancar di mana aktiva tersebut merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau akan terbebas lagi dalam waktu yang pendek.
b Konsep kualitatif. Modal kerja disini dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancaryang segera
harus dikembalikan, dengan demikian maka setelah satu putaran usaha maka utang-utang itu segera harus disisihkan untuk dipersiapkan pengembalian bila ditagiholeh si pemberi
pinjaman, dengan demikian maka usaha selanjutnya akan dibiayai dengan aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan tanpa mengganggu likuiditasnya.
c Konsep Fungsional.
Universitas Sumatera Utara
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari pada dana dalam menghasilkan sesuatu pelayanan, Produk, pemasaran dan lain-lain yang memuaskan pemenuhan kepentingan
para anggota sambil mendatangkan pendataan yang wajar. Jika dalam mendayagunakan modal kerja yang menjadi pemikiran pengurus,
seharusnya kalau modal tersebut digunakan dalam pembiayaan operasi akan kembali utuh disertai tujuan pemuasan dalam pemenuhan kepentingan para anggotanya dapat
tercapai dan adanya perolehanpendapatan yang wajar guna membiayai operasi selanjutnya. Dalam hal menggunakan pinjaman untuk membiayai operasi maka setelah
putaran usaha selesai, dana dari pinjaman sedapat mungkin harus dijaga keutuhannya, sehingga sewaktu-waktu atau pada saat tertentu, pengembaliannya dapat dilakukan
dengan memuaskan, dan dengan cara demikian koperasi akan tenang dalam melakukan operasi-operasi selanjutnya menuju pada perkembangan yanng diharapkan.
Pengurus harus pula berpikiran dalam pendayagunaan modal tersebut, bahwa betapapun menariknya dan kadang-kadang tidak dapat dihindarkan penggunaan modal
ekstern, tetapi alangkah baik dan aman nya bagi tiap-tiap koperasi kalau menggunakan modal intern dengan berusaha memupuk modal ini dengan sebaik-baiknya sampai
mencapai kuantitas yang besar, dan hal ini memang memungkinkan kalu terdapat memberrelationship
yang sehat melalui segala simpanan seperti yang telah dikemukakan dan aktivitas serta pengelolaan usaha koperasi yang sehat pula. Dengan
demikian koperasi dapat menghindarkan diri dari ketergantungan dari pihak luar. Lagi pula bantuan dari pihak luar itu haruslah dianggap sekedar sebagai suplemen belaka.
Dalam jangkauan keadaan scope yang demikian maka dapat diharapkan koperasi akan menuju ke arah selffinancing, yang sekarang kita kenal dengan koperasi mandiri.
5.6. Pemanfaatan Sisa Hasil Usaha SHU.