Anggota Koperasi Pesahoe Rakan. 1. Jahidin.

Pak Nazar mengatakan “dari yang sebelum-sebelumnya pada awal tahun 2010 lah saya mendapatkan hasil yang sangat banyak yaitu mendapatkan emas sebanyak 50 kg dan saya terus menambah tenaga kerja dari delapan orang menjadi tiga puluh orang. Dan akhirnya sekarang saya mendapatkan hasil mencapai angka miliyaran. Sekarang saya sudah mempunyai tujuh puluh orang tenaga kerja. Hasil yang semulanya tidak pernah saya fikirkan”. Sekarang pak Nazar menjadi orang yang sangat sukses dan berhasil dalam menggelola pertambangan emas tersebut. Dari hasil tersebut pak Nazar telah membuat toko tiga pintu di Banda Aceh, membuat rumah seharga 1,8 miliyar, POM bensin yang hamper beroprasi, menyumbang untuk koperasi dan membangun sebuah pabrik emas bersama pengusaha lainnya yang bernama PT. Ujung Sumatra dengan dana 45 miliyar. Pabrik ini bias menggolah, Emas, Besi, perunggu dan timah. Menurut pak Nazar “pertambangan emas ini akan bertahan lama dikarenakan luasnya mencapai 1000 ha sedangkan lokasi yang sudah menjadi usaha koperasi untuk pertambangan rakyat hanya 30 ha. Selebihnya mungkin dapat digunakan untuk generasi selanjutnya, tetapi sekarang hasil yang saya dapatkan tidak seperti dulu lagi, dikarenakan sekarang hasil drai pertambangan mulai berkurang, sehingga POM bensin saya juga harus ditunda dulu”.

4.2.3. Anggota Koperasi Pesahoe Rakan. 1. Jahidin.

Bapak Jahidin adalah seorang pria yang berusia 49 tahun, Beliau lahir pada tahun 1965 di Suka Bumi, dan pada tahun 2010 pak Jahidin ikuti temannya pergi ke Aceh untuk menjadi seorang penamang emas di gunong ujen. Pada saat itu pertambangan emas di Aceh Jaya lagi sangat heboh dan banyak hasilnya, sehingga banyak toke-toke Aceh yang Universitas Sumatera Utara mencari pekerja di daerah jawa dikarenakan mereka lebih mengerti dalam hal mengambil dan menggelola emas. Bapak Jahidin hanya memperoleh pendidikan sampai SMA, beliau tidak melanjutkan keperguruan tinggi karena masalah keuangan. Orang tua pak Jahidin tidak mampu membiayai pak Jahidin sampai keperguruan tinggi. Padahal pak Jahidin ingin sekali menjadi seorang guru SD. Semenjak tamat SMA pak Jahidin membantu kedua orang tuanya di kebun milik swasta selain itu pak Jahidin juga berkerja sebagai kuli bangunan. Dan pada usia 25 tahun pak Jahidin mengambil keputusan untuk menikah, dari pernikahan tersebut pak Jahidin memiliki 2 orang anak, kedua anak pak Jahidin berjenis klamin perempuan. Sekrang anak pak Jahidin sudah kuliah dan satunya lagi masi SMP. Pak Jahidin ingin kedua anaknya mendapat pendidikan sampai sarjana Pekerjaan sehari-hari bapak jahidin adalah sebagai penambang emas. Selain dari itu pak Jahidin tidak ada perkerjaan sampingan, dikarenakan tidak ada waktu untuk mencari kerjaan sampingam. Dalam mengambil dan mengelola pertambangan emas di butuhkan waktu yang lumayan lama. Bisa sampai dua minggu di atas gunung. Jadi Pak Jahidin tidak sempat mencari perkerjaan sampingan. Selama berada di aceh pak Jahidin sangat jarang pulang kekampungnya. Bahkan disaat lebaranpun pak Jahidin jarang pulang. Pak jahidin hanya mengirimkan uang untuk istri dan anaknya. Uang yang dihasilkan pak Jahidin pun tidak menentu, tergantung dari hasil emas yang pak Jahidin dan teman-temannya peroleh. Di saat tidak untung batu emas yang sampai ratusan karung pun tidak mengandung emas, dan kalau kejadiannya seperti itu, pak Jahidin dan teman-temannya hanya dapat uang jajan, dan makan saja, tanpa gaji. Universitas Sumatera Utara

2. Ahmad.

Bapak Ahmad lahir pada tahun 1971 di Timpleng, dan menikah pada usia 28 tahun. Sebelum menikah pekerjaan sehari-hari pak Ahmad adalah sebagai petani dan mengerjakan apa yang bisa dilakukan, seperti menjadi tukang, menjual ikan. Setelah menikah pak Ahmadsemakin semangat untuk mencari penghasialan yang lebih, untuk membahagiakan istri dan anak-anaknya. Pada saat gunung emas di Aceh jaya lagi heboh-hebohnya di seluruh penjuru Aceh, pak Ahmad pun tertarik untuk mencoba keberuntungan itu. Tetapi pak Ahmad tidak punya modal untuk membiayai perkerja dan pak Ahmad takut untuk memulainya dengan modal seadanya. Biarpun ramai yang berhasil tetapi tidak sedikit juga yang gagal dan akhirnya harus menjual apa yang mereka punya. Dan pada suatu hari pak Ahmad mendengar cerita dari orang-orang yang duduk d kedai kopi, bahwa banyak toke-toke emas yang mencari seorang asisten untuk mengontrol para pekerja dari luar daerah dan kebanyakan toke-toke emas tidak ingin yang mengontrol orang dari luar daerah. Akhirnya pak Ahmad mencari tau tentang semua kabar tersebut dan akhirnya pak Ahmad berkerja sebagai asisten toke yang menggontrol semua kegiatan penambang melalui temannya yang berada di Desa Keude Krueng sabe. Pak Ahmad berharap dengan berkerja sebagai asisten toke bakal mendapat keuntukan atau gaji yang besar untuk anak dan istrinya. Pak Ahmad memiliki satu orang anak berjenis kelamin laki-laki yang saat ini masi duduk dikelas 3 SMA. Pak Ahmad memiliki satu unit kendaraan bermotor, 1 hektar sawah dan kebun. Pada awalnya Pak Ahmad banyak mendapat keuntungan dari perkerjaannya sebagai asisten toke, tetapi 2 tahun belakangan ini keuntungan pak Ahmad mulai berkurang di akibatkan hasil dari gunung emas yang berkurang.dampak dari kurangnya hasil dari gunung emas bukah hanya dirasakan oleh pak Ahmad tetapi juga dirasakan oleh Universitas Sumatera Utara para penambang dan toke2 gunung emas lainnya. Tetapi selain perkerjaan itu pak Ahmad tidak memiliki pekerjaan lain. Pak Ahmad dan semua para toke dan penambang masi berharap mendapatkan hasil yang besar dari gunung emas seperti tahun-tahun sebelumnya.

3. Bapak Rustandi.

Bapak Rustandi adalah seorang pria yang lahir pada tahun 1960, saat ini usia beliau 55 tahun. Keberadaan bapak Rustandi di Desa Keude Krueng Sabee, sudah sejak tahun 2011. Bapak Rustandi menikah ketika dia berusia 25 tahun, dari pernikahannya tersebut bapak Bandi dikaruniai 4 orang anak. Anak pertama sampai anak ketiga bapak Rustandi telah menikah, sedangkan anak keempat bapak Rustandi masi kuliah. Pekerjaan sehari-hari bapak Rustandi adalah sebagai penambang emas dengan naik keatas gunung untuk mengambil batu emas yang sampai mengginap diatas gunung selama berhari-hari. Dari pekerjaan tersebut, penghasilan bapak Rustandi tidak menentu, bahkan terkadang dia harus meminjam uang kepada tokenya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dikampung. Bapak Rustandi hanya tamatan SD, bapak Rutandi tidak melanjutkan sekolahnya karena malas dan juga kedua orang tuanya tidak mampu untuk membayar sekolah pak Rustandi kejenjang yang lebih tinggi lagi. Belajar dari pengalaman masa lalu, sekarang pak Rustandi tidak ingin amak-anaknya putus sekolah, biarpun begitu anak pertama sampai ketiga pak Rustandi hanya tanatan SMA, yang laki-laki tidak ingin melanjutkan kuliah karena ingin berkerja, yang perempuan tamata SMA langsung menikah. Sekarang pak Rustandi hanya berharap pada anak perempuan terakhirnya agar dapat menyelesaikan kuliahnya. Dikampung pak Rustandi memiliki kebun sawit seluas kurang lebih 2 hektar. Selama pak Rustandi di Aceh yang menggurus kebun kelapa sawit anak keduanya. Istri Universitas Sumatera Utara pak Rustandi hanya ibu rumah tangga biasa, tetapi dengan keahliannya membuat kue beliau membuat kue untuk di jual ke kedai-kedai dekat rumah agar mendapat tambahan penghasilan

4.2.4. Tokoh Adat. 1. Ushari.