Sejarah Penemuan Gunung Emas di Desa Panggong Kecamatan Krueng Sabee.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Sejarah Penemuan Gunung Emas di Desa Panggong Kecamatan Krueng Sabee.

Awalnya yang menemukan gunung emas di Desa Panggong adalah warga kebangsaan asing yaitu warga dari Belanda. Pada saat itu banyak galian-galian yang dibuat belanda dalam mengambil batu emas tersebut. Menurut cerita masyarakat desa Keude Krung sabee “Dulu disaat Belanda melakukan survey pertama kalinya untuk mengetahui apakah digunung tersebut terdapat emas. Belanda melihat induk emas seperti berbentuk bebek, setiap digali induk emas tersebut berpindah-pindah tempat, dan belanda menggali di tempat bebek itu berdiri, dan akhirnya galian tersebut menjadi anak sungai yang diberi nama Aly Talo.” Pada tahun 1990 masuklah orang yang berkebangsaan asing ke Desa Krueng Sabee. Mereka mendirikan sebuah PT yang di berinama PT.KTR Kuta raja Tembaga Rakyat. Sekitar tahun 1997 pengeboran di lakukan oleh PT.KTR, untuk melakukan pengeboran tersebut mereka memperkerjakan orang kampung. Beberapa tahun kemudian, sekitar tahun 2000 terjadilah konflik aceh, sehingga PT.KTR tersebut tutup dan mereka mundur karena terjadi konflik. Setelah kejadian konflik Aceh, pada pertengahan bulan mei 2008, setelah terjadinya tsunami, datanglah seorang pengusaha yang berinisial H.N berasal dari nagan raya, yang berpura-pura mensurvey emas di tempat tersebut. Dia mengambil batu yang mengandung kadar emas secara ilegal dengan mengupah masyarakat kampung untuk berkerja menggali yang batu di gunong ujen. Pada saat itu masyarakat kampung belum mengetahui bahwa batu tersebut mengandung kadar emas. H.N mengatakan kepada masyarakat bahwa dia ingin mensyurve batu itu, untuk mengetahui apakah batu tersebut menggandung emas atau tidak, dengan berjanji kepada warga kampung seandainya batu Universitas Sumatera Utara itu terkandung emas dia akan memberi tahu kepada mereka. Tetapi kenyataannya setelah dia mengetahui bahwa di dalam batu tersebut mengandung biji emas dia tidak memberitahukan ke pada masyarakat di kampung tersebut. Tidak lama setelah itu pada bulan agustus tahun 2008 H.N ditangkap oleh polisi karena tindakannya yang mengambil emas secara diam-diam dan telah membohongi warga kampung. Pada saat H.N ditangkap baru lah masyarakat mengetahui bahwa didalam batu tersebut terdapat biji emas, lalu barulah mereka mengambil batu tersebut bersama-sama. Saat itu masyarakat belum pandai dalam menggelola batu emas untuk dijadikan emas dengan menggunakan alat moderen, pada saat itu masyarakat masi menggunakan lesung besi untuk memecahkan batu gunung yang mengandung emas, mengayak halus dan mendulang secara manual. Tiga bulan kemudian datanglah orang bogor memperlihatkan cara pemakaian golondong dan memakai air raksa atau air perak yang disebut dengan kimia mekuri. Di dalam mengelola pertambangan emas masyarakat daerah sekitar dan masyarakat aceh lainnya berkerja sama dengan masyarakat dari luar kota. Dikarenakan masyarakat pribumi kurang berpengalaman dan mengerti tentang mengelola pertambanagan emas sehingga mereka berkerja sama dengan masyarakat luar kota, mereka harus menyatu dalam mengelola pertambangan emas agar mendapat hasil yang baik. Walaupun dalam berkerja sering terjadi konflik antara mereka, tetapi mereka tetap menahan emosi atau keegoisan dari diri mereka masing masing dan mencoba menyatukan pikiran walaupun sulit, semua itu di lakukan untuk kelancaran dalam mengelola pertambangan emas dan agar mendapatkan hasil. Orang-orang yang berkerja untuk menggali tambang emas tersebut berasal dari luar kota, seperti orang bogor, Bengkulu dan banten dikarenakan mereka lebih Universitas Sumatera Utara berpengalaman dalam mengambil tambang emas tersebut dan ada juga orang pribumi. System kerjan dan pembayarannya yaitu dengan bagi hasil dengan yang berkerja. Untuk toke 60 persen dan para pekerja 40 persen. Sekarang pengambilan emas sudah dikelola oleh koprasi gunong ujen. Area yang dikelola oleh koperasi ± 1000 hektar. Alat-alat dalam pengambilan emas di tambang emas yaitu menggunakan pahat dan bor beton, setelah diambil dengan bor lalu di pecahkanperti jagung dengan menggunakan palu, dan baru dimasukkan kedalam glondongan digiling sampai jadi tepung atau lumpur lalu dimasukkan mekuri atau air raksa dan baru kelihatan emas nya yang tertempel di air raksa. Lalu emas tersebut dijual di took-toko mas terdekat tetapi belum berbentuk perhiasan. Tetapi sangat disayangkan peran pemerintah belum ada atas pengambilan emas tersebut. Adapun cara yang digunakan masyarakat Desa Krueng Sabee ataupum masyarakat dari desa lainnya dalam mengelola batu emas menjadi emas adalah sebagai berikut : 1. Bongkahan batuan yang mengandung emas berbentuk bongkahan yang berdiameter 10 sd 20 cm dihancurkan dengan menggunakan palu menjadi bentuk seperti kerikil kira-kira berdiameter 1 cm. Universitas Sumatera Utara 2. Kemudian batu kerikil emas dimasukkan kedalam glondongan melalui lubang atas kira-kira setengah volume glondongan. 3. Kedalam glondongan dimasukkan juga batu yang berdiameter kira-kira 15 cm sebanyak 15 sd 20 buah batu. Batu sebaiknya dipilih yang keras tidak mudah pecah karena disini batu berfungsi untuk menghancurkan kerikil emas, bentuknya juga harus yang membentuk bulat dan padat, jangan yang bersudut dan bergelombang. 4. Kemudian tambahkan air kira-kira ¾ glondongan. 5. Selanjutnya glondongan ditutup dan di kencangkan dengan baut, antara tutup atas dan badan glondongan dilapisi dengan karet agar tidak bocor dan tutup glondongan bawah yang berupa baut juga dikencangkan. 6. Glondongan diputar dengan menggunakan mesin diesel selama kira-kira 7 jam sampai menjadi lumpur. Universitas Sumatera Utara 7. Setelah menjadi lumpur, glondongan dihentikan putarannya dan dimasukkan air mercury air raksa kedalam glondongan sebanyak 1 kg. Semakin banyak mercury yang masuk semakin baik karena mercury menjadi media untuk menangkap serbuk emas di dalam lumpur yang ada di dalam glondongan. 8. Setelah mercury dimasukkan, glondongan kembali di hidupkankan selama 1-2 jam. Sampai serbuk emas akan menempel dan bersenyawa dengan mercury. 9. Setelah 1-2 jam glondongan dihentikan, siapkan loyang karet atau loyang plastik yang kuat diletakkan dibawah tutup glondongan bawah, lalu siapkan air selang yang mengalir tidak boleh yang bertekanan tinggi yang penting mengalir karena grafitasi. 10. Keluarkan batu satu persatu dari tromol, bersihkan batu dengan air dan tumpahannya arahkan masuk kembali ke dalam tromol jangan sampai terbuang karena lumpur yang menempel di batu diperkirakan mengandung mercurydan butiran emas. 11. Buka tutup tromol bawah, alihkan lumpur dan mercury dalam tromol kedalam loyang, semprot bagian dalam tromol sampai bersih. 12. Setelah lumpur dan mercury semua tertampung dalam loyang, pisahkan mercury dari lumpur dengan cara menyemprot lumpur dalam loyang sehingga lumpur meluap keluar bersama air karena lumpur ringan, dan mercury tertinggal di loyang karena mercury berat. Universitas Sumatera Utara 13. Pindahkan mercury yang di loyang kewadah yang lebih kecil, siapkan saringan dari bahan kain payung yang memiliki lubang yang sangat kecil 14. Saring mercury dengan kain payung untuk memisahkan serbuk emas dari mercury. Serbuk emas tertahan di kain payung sedangkan mercury keluar melalui pori-pori atau lubang kain payung. 15. Selanjutnya serbuk emas yang masi berwarna abu-abu diletakkan di dalam kana wadah yang terbuat dari tanah liat sebesar baskomshall 6” ditaburi tawas dan dan dibakar dengan api bertekanan sampai cair. Tawas berfungsi untuk melindungi serbuk emas supaya tidakbeterbangan saat di semprot dengan api bertekanan. 16. Kemudian setelah serbuk emas cair, didinginkan kembali hingga mengeras dan berbentuk bulat pipihbulat gepeng diangkat dengan pinsetpenjepit di celupkan ke dalam air. 17. Proses pembuatan emas selesai dan kita lihat bentuk dan warana emas yang bulat pipih berwarna kuning mengkilat sangat indah.

5.2. Sejarah Berdirinya Koperasi Pertambangan Emas Pesahoe Rakan