Gambaran AkibatEfek Tinggal Di Panti Wredha pada Partisipan I

“Anak udah tenang. Biar jangan recok karena nenek.” R1. W1b. 118-120hal 5 Selain itu alasan lain partisipan memutuskan untuk tinggal di panti wredha karena masalah ekonomi. Uang pensiunan suami partisipan telah diberhentikan oleh perusahaannya, sehingga partisipan dibiayai oleh anak-anaknya. Karena, itu Hj. Amanah merasa telah menyusahkan anak-anaknya. Dan merasa lebih baik jika hidup di panti tanpa dibiayai anak- anaknya lagi. “Kerja. Kerja di perkebunan. Aturan nenek dapat pensiun tapi karena di tebas tahun 70-90 harus di tebas. Dapat rumah sakit di putri hijau. Kerjaan kakek dari PTP 1-9 kakek yang ngelola.” R1.W1b. 170-175hal 6-7 “Itu karena pensiunan kakek udah gak dapat lagi udah ditebas. Biasanya dapatlah pensiunan nenek, sukuplah buat nenek aja, tapi udah gak ada lagi.” R1.W2b. 5-8hal 1 “Pas pensiunan itu gak ada lagi, ya anak neneklah yang ngasih nenek uang. Pas nenek tinggal dirumah anak nenek itu ya dia yang biayai nenek. Kasihan nenek liat anak nenek, dia juga kan ada isteri dan anak-anaknya yang mau dibiayainya, masa tambah nenek pula, lebih baik nenek pergi, disini kan nenek gak perlu bayar apa-apa.” R1.W2b. 11-20hal 1-2

b. Gambaran AkibatEfek Tinggal Di Panti Wredha pada Partisipan I

Hj. Amanah merasa lebih tenang berada di panti, sebab Hj. Amanah dapat beribadah dengan tenang dan dapat menenangkan fikirannya dari masalah-masalahnya dengan anak- anak partisipan. Hj. Amanah merasa setiap aktivitas yang akan partisipan lakukan tidak akan terganggu oleh orang lain, seperti ketika akan melaksanakan ibadah, partisipan merasa lebih tenang. “Lebih enak disini, lebih tenang, lebih eceknya tenanglah pokoknya disini. Mau ibadah nenek, mau ngapain, mau ngapain ya gak terganggu. Mau nenangkan pikiran. Ya udah tua ya kan? menenangkan pikiran aja. Ya itulah udah tenang pikiran mau apa lagi udah tenang awak sini, masak gak payah masak ya khan, makan tinggal makan, minum tinggal minum ambil kedapur.” R1.W1b. 105-115hal 4-5 Universitas Sumatera Utara Selain merasa tenang. Hj. Amanah merasa nyaman tinggal di panti wredha. Hal ini disebabkan karena di panti wredha ini, Hj. Amanah memiliki satu buah kamar sendiri sehingga partisipan merasa nyaman untuk tinggal di panti wredha bersama penghuni panti wredha yang lainnya. “Nyaman. Biasanya satu rumah selama ini tujuh. Tapi kalo udah padat satu kamar dua orang. Sebenarnya seharusnya dua satu kamar.” R1. W1b. 271-274hal 10 Hj. Amanah merasa perubahan yang ia rasakan setelah tinggal di panti itu berupa makanan yang partisipan peroleh di panti, sebab saat pertama kali tinggal di panti wredha, Hj. Amanah belum terbiasa dengan menu makanan yang ada di panti. Karena Hj. Amanah merasa menu makanan di panti setiap hari hampir sama, sehingga terkadang membuat ia bosan tetapi Hj. Amanah mulai terbiasa dengan menu makanan di panti. “Ya gimana ya, namanya juga panti, ya gak bayar lagi. Ya makanannya ya gitulah enak sih enak, tapi kadang gitu-gitu aja, bosan. Tapi ya nenek terima-terima ajalah namanya nenek yang pilih disini, jadi ya enak-enak aja.” R1.W2b. 31-37hal. 2 Setelah berada di panti wredha, Hj. Amanah merasa memiliki teman-teman yang senasib dengan diri partisipan sehingga Hj. Amanah tidak merasa kesepian seperti yang partisipan alami di rumah anak partisipan yang memiliki aktivitas-aktivitas lain seperti bekerja dan cucu partisipan yang bersekolah. Di panti Hj. Amanah dapat bercerita-cerita dengan sesama penghuni panti lainnya dan dapat tertawa bersama-sama. “Ya senang, tenang. Disini banyak juga teman-teman yang sama kayak nenek. Jadi nenek gak kesepian. Kalo di rumah kan kadang ya anak kerja, cucu sekolah sepi juga rasanya, tapi disini banyak teman. Cerita-cerita sama, kadang ketawa pun sama-sama. Ya gitulah nak.” R1.W2b. 42-49hal. 2

c. Gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Partisipan I