Gambaran Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri Partisipan I Gambaran Penyesuaian Diri Partisipan I

“Ya paling empat, lima hari ya udah. Tiga hari udah. Udah senang sini. Itulah orang tua ini.” R1. W1b. 160-162hal. 6 Faktor-faktor lainnya yaitu persiapan untuk hari tua, pengalaman masa lampau, kenangan akan persahabatan lama, sikap sosial, sikap pribadi, metode penyesuaian diri, kondisi, kondisi hidup dan kondisi ekonomi tidak terlalu menonjol pada kasus ini.

d. Gambaran Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri Partisipan I

Selama berada di panti wredha, Hj. Amanah merasa tidak menemukan masalah- masalah karena partisipan berusaha menerima segala perbedaan-perbedaan seseorang terutama sesama penghuni panti wredha. Sebab menurut partisipan, didalam panti wredha terdapat penghuni dari segala macam kalangan. “Gak ada. Tapi ya namanya tinggal di panti, orangnya campur aduk segala macam. Ya udahlah, ga papalah. Namanya tinggal rame-rame.” R1. W1b. 193-196hal 7 Hj. Amanah melakukan penyesuaian diri dengan cara membina komunikasi yang baik dengan sesama penghuni panti wredha dan mengikuti setiap aturan-aturan dan kegiatan- kegiatan yang ada di panti wredha. “Ya macam manalah kita nyesuaikan diri sama kawan-kawan ini. Ya baik-baik. Ikutilah cemana disini orang ini. Misalnya orang ini ntah ada apa khan ikut, ya itulah nyesuaikan cemana sama kawan-kawan.” R1. W1b. 220-225hal 8 Partisipan mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya selama tinggal di panti wredha dengan melakukan ibadah yaitu berdoa dan beraktifitas di panti wredha dengan ikut dalam kegiatan gotong-royong dan pengajian yang dilakukan setiap dua kali dalam seminggu. “Ya ngatasi sendirilah. berdoa aja. Ya gitulah. Masalah-masalah sikit aja nggak usah di besar-besarin. Ya diam ajalah nenek di kamar ini. Namanya serumah khan kapan- kapan kita minta tolong nanti. Kadang gotong royong. Bersihkan paret. Gitu ajalah kerja sini. Gak ada yang lain. Gotong royong setiap senin, kamis. Ngaji dua kali juga seminggu jumat sama rabu. Ikut pengajian.” R1. W1b. 281-291hal 10 Universitas Sumatera Utara Bentuk penyesuaian diri yang lainnya yaitu perilaku kompensatoris, perilaku menarik perhatian orang, memperkuat diri melalui kritik, identifikasi, sikap proyeksi, melamun dan represi tidak terlihat pada kasus ini.

e. Gambaran Penyesuaian Diri Partisipan I

Hj. Amanah telah menempati panti wredha selama 6 tahun, dan setelah Hj. Amanah memutuskan untuk tinggal di panti wredha, partisipan mendapat pertentangan dari anak-anak partisipan yang kurang menyetujui partisipan untuk tinggal di panti wredha, tetapi hal ini tidak mengubah keputusan Hj. Amanah untuk tetap tinggal di panti wredha. Sehingga Hj. Amanah menerima segala risiko yang partisipan hadapi selama tinggal di panti wredha, sebab partisipan merasa dirinya harus bertanggung jawab atas keputusan yang telah diambil oleh partisipan tersebut. “Ya karena nenek sendiri yang mau tinggal disini, ya harus terimalah semua nanti akibatnya. Ini aja udah keliatan anak-anak nenek gak mau liat nenek disini, ya mereka maunya nenek jangan tinggal disini tapi ya namanya nenek yang mau disini ya nenek terima aja semua mau itu dari anak nenek yang gak setuju, apapun yang di panti ya semuanyalah nak.” R1.W2b. 63-72hal. 3 Untuk menghadapi anak-anaknya yang kurang menyetujui Hj. Amanah tinggal di panti wredha, maka Hj. Amanah pertama sekali tidak terlalu memikirkannya sebab partisipan merasa bahwa setelah waktu berlalu anak-anak partisipan akan mengerti atas keputusannya untuk tinggal di panti wredha. Hj. Amanah mengerti atas ketidaksetujuan anak-anak partisipan tersebut karena Hj. Amanah menyadari bahwa anak-anaknya sangat mencintai dan menyayanginya. Setelah itu Hj. Amanah memberikan pengertian kepada anak-anaknya dengan mengatakan bahwa partisipan ingin mencari ketenangan dan telah merasa bahagia tinggal di panti wredha dan itu telah menjadi keputusannya. “Pertama-tama ya marah semua anak nenek. Ya nenek biarin ajalah nanti lama-lama mereka semua ngertinya, tapi ya mereka kayak gitu karena sayangnya sama nenek. Universitas Sumatera Utara Mereka mau nenek senang. Ya namanya juga mencari ketenangan nenek disini ya gak maunya nenek anak-anak nenek jadi marah sama nenek tapi ginilah cara nenek. “ R1.W2b. 77-86hal. 3-4 Hj. Amanah sudah pernah mengatakan kepada anak-anaknya bahwa partisipan telah bahagia tinggal di panti wredha dan tetap menjadi keputusannya. Tetapi Hj. Amanah masih akan menginap di rumah anak-anaknya jika diinginkan. “Pernah, waktu disuruh pulang sama anak-anak nenek itu nenek bilang udah senang tinggal disini. Nenek bilang, lagian nenek udah mutusin tinggal disini, tapi kan nanti kalau nenek mau nginep dirumah anak nenek ya bisa sekali-sekali kalau diajak jalan- jalan ya bisa. Tapi nenek gak mau lama-lama dirumah anak ya namanya udah betah disini, gimana ya, udah senang gitu.” R1.W2b. 104-114hal. 4-5 Sekarang Hj. Amanah memandang dirinya sebagai seseorang yang telah lanjut usia yang hanya mempunyai harapan agar anak-anak dan seluruh keluarga partisipan merasa senang dan tidak ingin anak-anaknya saling adu argumentasi atas diri partisipan, sebab Hj. Amanah sudah merasa bahagia dengan hidupnya dan hanya mengangap bahwa kebahagiaan anak-anak partisipan yang terpenting. “Nenek udah tua, ya sekarang tinggal liat anak-anak nenek senang, cucu-cucu semua. Ya itu maunya nenek, gak mau nenek mereka malah berantem karena nenek, nenek sekarang ya mau tenang aja, namanya udah tua ya tinggal nunggu apalagi yang penting anak-anak semua senang kalo nenek ya gak papa, gini aja nenek udah senang.” R1.W2b. 91-100hal. 4 Hubungan Hj. Rumaianah dengan penghuni panti wredha lainnya tidak mengalami permasalahan. Sebab Hj. Amanah memandang hidup tinggal di panti wredha harus saling mengerti, saling membantu sehingga akan tercipta hubungan yang baik. Hal ini disebabkan karena Hj. Amanah hanya mencari ketenangan hidup dipanti wredha dan tidak ingin ada masalah. “Ya baik-baik kayak yang nenek bilang itu, namanya juga tinggal rame-rame, ya harus saling ngerti. Bantu-bantu ya baiklah nenek disini. Ada juga teman yang cocok sama nenek, ya itulah yang paling sering teman nenek cerita-cerita. Namanya sama- sama tinggal di panti ya harus baik-baiklah sama semuanya. Buat apa ada masalah- masalah, lebih enak tenang kan disini emang buat cari tenang nenek.” R1.W2b. 117-127hal. 5 Universitas Sumatera Utara

4. Pembahasan Data Partisipan I