Gambaran AlasanKondisi Yang Mempengaruhi Pilihan Hidup di Panti Partisipan II

Pada pertemuan ini Radi mengenakan baju kaus berwarna kuning dan celana pendek berwarna cokelat. Pada saat wawancara Radi tetap memelihara kontak mata dengan peneliti saat bercerita. Saat bercerita tentang bagian masa lalu Radi ketika partisipan masih bekerja dulu, nada suara Radi tinggi terlihat antusias dan bangga. Akan tetapi, ketika Radi menceritakan alasannya untuk tinggal di panti wredha nada suaranya menurun dan menunjukkan kesedihan. Hal ini dapat terlihat dengan berbicara terhenti sejenak dan berfikir panjang, lalu menarik nafas panjang. Pada wawancara pertama ini partisipan bercerita mengenai kehidupan partisipan sebelum tinggal di panti wredha, hubungan dengan keluarganya, perasaan partisipan terhadap keluarganya, alasan partisipan tinggal di panti wredha, perasaan partisipan setelah tinggal di panti wredha, kegiatan partisipan di panti wredha, masalah-masalah yang dihadapi partisipan, bentuk-bentuk penyesuaian diri yang digunakan partisipan untuk mengatasi masalah-masalah selama di panti wredha. Wawancara kedua dilakukan dengan jarak rentang waktu yang jauh setelah wawancara pertama selesai dilakukan. Wawancara kedua berlangsung pada tanggal 10 Februari 2010 pada pukul 14.00-16.00 WIB. Wawancara dilakukan di dalam kamar partisipan. Waktu peneliti datang, Radi sedang membaca buku di atas tempat tidurnya. Pada wawancara ini, Radi tetap memelihara kontak mata dengan peneliti dan partisipan pun tetap menjawab semua pertanyaan dengan jelas. Karena jarak antara wawancara pertama dan kedua rentang waktunya lama, maka partisipan banyak mempertanyakan kabar peneliti dan setelah itu partisipan mulai menceritakan tentang kehidupannya di panti. Wawancara yang kedua ini, peneliti memfokuskan pertanyaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, dan ciri-ciri penyesuaian diri.

3. Data wawancara partisipan II

a. Gambaran AlasanKondisi Yang Mempengaruhi Pilihan Hidup di Panti Partisipan II

Universitas Sumatera Utara Radi berada di dalam panti sejak tahun 2006, disebabkan karena partisipan menderita penyakit jantung yang mengakibatkan dirinya tidak dapat bekerja lagi, sehingga ia mengalami kesulitan ekonomi. Radi tidak memiliki keahlian lain selain pekerjaan kayu yang selama ini djalaninya. Akan tetapi karena penyakit yang dideritanya, Radi tidak sanggup untuk melakukan pekerjaannya. Oleh karena itu partisipan tidak memiliki penghasilan lagi. Radi tidak mampu lagi untuk membayar sewa rumah kontrakannya, listrik dan tidak dapat membiayai hidupnya sendiri lagi. Hal ini membuat partisipan memutuskan untuk tinggal di panti wredha. “Saya nyewa di Tandom. Di Tebing sini juga. Tinggal sendiri. Saya kontrak satu rumah. Waktu itu anak masih kumpul sama saya semua. Tapi semenjak saya nggak kerja lagi, sakit, penghasilan nggak ada, saya kemari. Listrik nggak saya bayar, saya tinggal disana. Habis nggak ada uang lagi saya. Tinggal tiga belas ribu kan nggak mungkin”. R2.W1b.107-116hal 4-5 “Gak ada kerjaan lagi, sakit. Orang mana bisa terima. Kita kronis badan. Saya keahlian saya mana ada. Ya di kayu aja. Saya pertama kerja, tamat sekolah. Saya dulu anak yang paling badung. Saya terang-terang aja sekarang. Saya badung. Saya orang Batak, ayah saya Batak, ibu saya Batak tinggal di surabaya. Berhubung ada masalah di Jawa, sampai sekarang saya gak mau pulang. Adek saya di sana semua. Semua saudara saya tiga-tiga. Ibu saya. Saya kalo gak kepepet kali, mulus aja. Gak akan minta uang, saya gak mau minta. Betul. Saya gak mau minta sama orang. Jadi saya bilang lebih baik saya kerja. Kebetulan tahun 2008 semalam sebelum Agustus ada penawaran kerja. Suruh bawa alat berat. Tapi kerjanya saya gak cocok. Jadi gak saya terima. Kalo gak cocok saya gak mau. Tapi kalo keadaan cocok ya saya mau”. R2.W1b. 147-169hal 6 Ketika ia masuk kedalam panti, istri dan anak-anak Radi tidak ada yang mengetahui bahwa Radi telah tinggal di panti wredha, hal ini dikarenakan Radi tidak ingin merepotkan anak-anaknya. Radi tidak ingin dirinya menjadi beban bagi anak-anaknya lagi, sebab istri Radi sudah tinggal dengan anaknya dan Radi tidak ingin hidup bersama istrinya tinggal bersama anak-anaknya, Radi ingin istrinya saja yang hidup bersama anaknya dan dirinya yang tinggal di panti wredha, sebab Radi tidak ingin lagi merepotkan anak-anaknya dalam hal ekonomi. Itu sebabnya partisipan mencari jalan keluar bagaimana cara partisipan dapat Universitas Sumatera Utara bertahan hidup dengan keadaan fisik dan ekonominya yang sekarang sehingga ia memutuskan cara dengan tinggal di panti wredha. “Ya nggak lah orang kita masak keluarga harus tau. Saya nggak mau ngerepotin orang-orang. Anak saya tiga. Satu laki-laki dua perempuan. Yang tua di Malaysia yang nomor dua di Riau, nomor tiga disini.” R2.W1b. 28-33hal. 2 “Ya nggak lah. Sebelah anak, sebelah kan menantu masak dua-dua kita ditampung sama dia kan nggak enaklah. Repot”. R2.W1b. 44-47hal. 2 “Ya saya maunya mau nenangkan diri sendiri. Biar tenang saya. Tetap saya mau kumpul sama keluarga. Nanti kalo kita pulang, kita nggak bisa kerja kan sama juga nokoh. Daripada buat repot anak ya bagus disini aja”. R2.W1b. 78-83hal. 3-4 “Gak ada. Tapi ada juga ngerasa takut nyusahin anak”. R2.W1b. 203-204hal. 7 Radi ingin mencari ketenangan hidup atas masalah ekonomi dan fisik yang ia hadapi, dengan cara beribadah. Radi merasa lebih tenang melaksanakan ibadah di dalam panti wredha. “Tenang, disini enaknya kita beribadah. Kalo kita Muslim ya ke masjid, kalo kita Nasrani ya ke gereja. Disini yang nasrani kegereja pun gak ada, yang muslim pun di bilang muslim KTP, saya gitu juga dulu masih muda”. R2.W1b.312-317hal. 11 “Disini dulu ada Nasrani, pas hari minggu dia gak gereja, jadi saya bilang, kamu pergi ke gereja sana. Paman saya Kristen. Dari keluarga bapak ya. Adik bapak saya tinggal dua lagi Kristen. Di bandung ada Muslim. Jakarta Muslim. Asal mula saya dari Kristen. Bapak saya Kristen dulu. Saya gak mau hina orang. Saya saja belum bersih”. R2.W1b.320-329hal. 11

b. Gambaran AkibatEfek Tinggal Di Panti Wredha Partisipan II