Gambaran Bentuk-Bentuk Penyesuaian Diri Partisipan II Gambaran Penyesuaian Diri Partisipan II

Radi masih mengingat teman-teman lamanya ketika partisipan masih bekerja. Radi lebih menyukai teman-teman lamanya daripada teman di panti wredha. Hal ini dikarenakan Radi merasa dirinya tidak sebaya dan tidak sama status sosialnya dengan penghuni panti lainnya, sehingga Radi jarang melakukan komunikasi dengan teman-teman sesama penghuni panti wredha. Ia lebih menyukai menyendiri. “Masih bisa kerja orang itu. Ya ntah dimana aja kerjanya sekarang. Kadang kalo ingat kawan-kawan dulu ya sedih kakek, kenapa kakek kayak gini gak bisa kerja lagi, gak kuat lagi kerja. Kadang kakek suka tanya kenapa bisa aku disini? Kenapa? Apa penyebabnya? Tapi ya udahlah. Tapi nanti kalo kakek udah sehat, udah kuat kerja, mau kerja lagi kakek. Mau keluarlah dari sini. Masih kangen kakek sama kawan- kawan dulu. Maulah sama-sama mereka lagi. Kalo kawan-kawan disini, ya seperti yang kakek bilang mereka entah dari mana-mana aja asalnya, banyak pengemis, malas kakek gabung-gabung sama mereka. Daripada sama orang itu lebih baik kakek sendiri.” R2.W2b. 34-52hal. 2-3 “Jarang komunikasi. Tidak perlu ngomong. Saya gak peduli soal orang, bagi kerja saya dulu. Urusan orang ya orang. Saya dulu mau menjilat. Kalo swasta menjilat besar ngaji. Kita boleh menjilat jangan bantai kawan. Saya samapai sekarang walaupun gak kerja, teman-teman saya dulu kalo jumpa sering kasih saya uang. Kadang seratus ribu, dua ratus ribu, sebab saya gak peduli urusan orang lain. Orang mau jungkir balik masa bodoh”. R2.W1b.188-199hal. 7 Faktor-faktor lainnya yaitu pengalaman masa lampau, kepuasan dari kebutuhan, anak- anak yang telah dewasa, sikap sosial, sikap pribadi, dan metode penyesuaian diri tidak terlalu menonjol pada kasus ini.

d. Gambaran Bentuk-Bentuk Penyesuaian Diri Partisipan II

Ketika Radi pertama kali tinggal di panti wredha, dirinya merasa sangat sedih dan sering menangis sendiri di dalam kamarnya. Oleh karena itu untuk menghilangkan perasaan sedihnya, maka Radi biasanya akan duduk di luar panti, termenung dan berjalan-jalan keliling panti, lalu kembali pulang ke panti untuk tidur. “Saya duduk aja di luar. Terdiam termenung. Tidur gak bisa. Jalan saya keluar sebentar-sebentar. Keliling-keliling kalo udah hilang suntuk, masuk tidur. Kalo mau ngomong sama orang, banyak gak nyambung. Ya rata-rata mereka ini ada yang tidak Universitas Sumatera Utara berpendidikan, jadi model-model keras semua, khan gak cocok. Nanti kamu bisa cek. Tapi ada juga dua orang kawan saya. Dia bekas dosen di Banda Aceh, sama ada satu marga sebayang. Diajak ngomong nyambung. Yang lain mana saya tahu”. R2.W1b.216-229hal. 8 Untuk menghilangkan perasaan bosan di dalam panti wredha dan untuk melupakan permasalahan yang sedang dihadapinya, Radi pergi keluar panti wredha untuk berjalan-jalan, setelah merasa lebih tenang maka partisipan kembali lagi ke panti wredha. “Keluyuran, kemana saya mau pergi. Nanti pulangnya suka hati, kadang-kadang mau sholat zuhur pulang, mandi. Kalo cocok saya, saya pergi main-main. Ada pekan, putar-putar habis itu pulang saya. Saya gitu aja. Saya masih muda 61 tahun. Mungkin ayah kamu sama saya satu umur, panggil saya bapak jangan kakek”. R2.W1b.285-293hal. 10 Bentuk penyesuaian diri yang lainnya yaitu perilaku kompensatoris, perilaku menarik perhatian orang, memperkuat diri melalui kritik, identifikasi, sikap proyeksi, rasionalisasi dan sublimasi tidak terlihat pada kasus ini.

e. Gambaran Penyesuaian Diri Partisipan II

Dalam kehidupan sehari-hari di dalam panti wredha, Radi kurang mampu menjalin hubungan yang baik dengan penghuni panti lainnya. Radi merasa dirinya tidak memiliki kecocokkan dengan teman-teman di panti wredha, sehingga tidak ingin berbincang-bincang dengan teman-teman yang berada di panti wredha dan lebih menyukai menyendiri. “Ya buat apa sama orang itu. Kan udah saya bilang tadi, payah sama orang-orang disini, gak ada yang berpendidikan, gak sekolah itu. Jadi suka gak cocok ngomongnya sama mereka. Mereka suka bilang ayo pak tompul, cerita-cerita kita. Tapi saya gak jawab. Langsung buang muka saya, pigi aja. Pernah saya dengar orang-orang ini ada bilang saya sombong karena gak mau gabung-gabung. Ya biarin aja. Lebih enak sendiri.” R2.W2b. 72-84hal. 3-4 Radi mengalami ketakutan untuk menjalin hubungan dengan penghuni panti wredha lainnya sehingga partisipan berusaha menghindari komunikasi. Hal ini dikarenakan partisipan merasa malu karena umurnya yang lebih muda dari yang lainnya sehingga belum pantas berada di panti wredha. Universitas Sumatera Utara “Ya itu sebenarnya karena kakek malu. Kan umur kakek paling muda disini, kalo dipikir-pikir sebenarnya belum pantaslah kakek disini. Tenggok aja, disini udah tua- tua kali semua. Saya paling muda. kalo bukan karena saya sakit, ya udah saya pergi dari panti ini. Ya malu lah sama orang-orang, saya masih muda tapi udah di panti jompo. Ya kan nak? Sama kamu aja kakek sebenarnya malu lah.” R2.W2b. 90-100hal. 4 Radi sering marah tanpa sebab yang jelas kepada teman-temannya di panti wredha. Ketika teman-temannya sedang mengobrol, Radi membentak mereka dan mengatakan bahwa dirinyalah yang sedang diperbincangkan oleh teman-temannya, sehingga mengakibatkan Radi adu mulut dengan teman-temannya tersebut. Akibatnya sampai sekarang Radi tidak berbicara lagi dengan teman-temannya tersebut. “Malas ngomong. Udah gak ngomongan lagi. Pernah waktu itu saya dengar mereka nyebut-nyebut nama saya. Mereka lagi ngobrol. Ya terus saya marahi aja mereka, saya bentak-bentak. Saya bilang kalian bicarakan saya ya? Gak kata orang itu. Tapi saya dengar ada nama saya tadi, gak kata mereka. Ya saya marah-marah gak jelas gitu. Saya pun sadar, saya itu marah-marah gak jelas. Gak tau apa sebabnya. Sensitif saya ini ya nak? Habis itu, yang kurang baiklah gitu hubungan saya sama mereka. Ya saya gak peduli, cuek aja.” R2.W2b. 108-122hal. 4-5

4. Pembahasan Data Partisipan II