Wujud Perilaku Performance Perilaku Peran
secara profesional, sekaligus memberi arah perubahan trendsetter dengan menyediakan dan menyebarluaskan informasi yang terpercaya.
13
Wujud perilaku harian Kompas dalam perannya memberikan informasi terkait pentingnya memelihara pluralitas sudah direalisasikan.
Hal ini dapat terlihat dari beberapa artikel pemberitaan terkait pluralitas yang telah diterbitkan harian Kompas. Bahkan sejak awal harian ini
didirikan dengan menyadari posisi pluralitas Indonesia, dan dengan pluralitas itulah kita bangun bersama menemukan kelebihan dan
kekurangan dalam sebuah bangunan kerja sama sinergik.
14
“Acara selamatan diawali dengan persembahan musik hadrah. Ketua Pengurus Cabang GP Ansor Magelang Habibullah
mengungkapkan, kehadiran para tokoh agama menunjukkan komitmen kebersamaan dan kemanusiaan di daerah Magelang
tanpa memandang latar belakang agama, suku, bahkan te- ritorial.
”15
Harian Kompas memandang realitas plural ini merupakan sesuatu yang sudah taken for granted dan kita syukuri sebagai anugerah Allah.
Kita bersatu Indonesia maju. Itulah semboyan harian Kompas, karena dengan keberagaman itulah tersimpul dalam upaya kebersamaan berbagai
kelebihan dan kekurangan orang, mosaik dari kemajemukan.
16
”Syair lagu berjudul ”Ayo Rukun Bersatu” karangan D Martama ini dinyanyikan pemimpin umat dari berbagai agama dan tokoh
masyarakat di Magelang saat menghadiri acara Selamatan dan Doa Bersama Lintas Agama untuk Keselamatan Bangsa, Umat
Beragama, Manusia, dan Alam, Sabtu 122 pagi di Posko
13
Wawancara via email dengan Wakil Pemimpin Umum Kompas - St. Sularto pada 26 Juni 2011.
14
Wawancara via email dengan Wakil Pemimpin Umum Kompas - St. Sularto pada 26 Juni 2011.
15
Kerukunan, Belajarlah di Kaki Merapi, Harian Kompas, Rabu 16 Februari 2011.
16
Wawancara via email dengan Wakil Pemimpin Umum Kompas - St. Sularto pada 26 Juni 2011.
Bersama Gerakan Pemuda Ansor untuk Korban Merapi di Jalan Raya Magelang-Yogyakarta.
”
17
Pluralitas merupakan pengakuan akan eksistensi yang beragam dengan seluruh karakteristik dan kekhususannya masing-masing.
18
Dengan demikian pluralitas merupakan sebuah kondisi yang menyadari akan
keberagaman atau kemajemukan dalam menjalani kehidupan bersama dengan sikap saling menghargai dan menghormati serta memahami
berbagai perbedaan dan karakteristik masing-masing baik suku, agama,
ras, dan antar golongan SARA. Pluralitas atau keberagaman tersebut layak dijadikan kebanggaan
karena merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Namun sebaliknya, keberagaman tersebut bisa menimbulkan percikan-
percikan dalam kehidupan di masyarakat. Hal ini biasanya disebabkan adanya perbedaan yang terdapat dalam setiap suku, agama, ras, dan antar
golongan SARA tersebut. Untuk mengatasi perbedaan tersebut, harian Kompas mengangkat
isu pluralitas dengan memberitakannya dalam konteks damai atau jurnalisme damai. Khususnya ketika terjadi konflik atas nama agama atau
dalam konteks masalah pluralitas vs minoritas. Harian Kompas tidak ingin memperbesar dengan memberi bensin.
19
Tetapi dengan merangkul kelompok minoritas yang tertindas.
“Serangkaian perusakan, kekerasan, dan penangkapan terhadap kelompok-
kelompok yang dianggap “sesat” dan kelompok agama
17
Kerukunan, Belajarlah di Kaki Merapi, Harian Kompas, Rabu 16 Februari 2011.
18
Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, Jakarta: Perspektif, 2005, Cet. Ke-1, h. 207.
19
Wawancara via email dengan Wakil Pemimpin Umum Kompas - St. Sularto pada 26 Juni 2011.
lain terjadi dan dipertontonkan kepada publik sepanjang tahun 2010 dan mengalami eskalasi yang menyedihkan. Minoritas
semakin tidak mendapatkan tempat di negeri ”Bhineka Tunggal Ika” ini dengan beragam alasan.”
20
“Jakarta, Kompas - Pemerintah harus meminta jaminan dari organisasi kemasyarakatan yang dianggap bergaris keras untuk
mempertahankan Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, dan tidak melakukan kekerasan. Jika
ormas meng- abaikan jaminan itu dan melakukan kekerasan, pemerintah perlu menindak ormas tersebut.
”
21
Menurut wakil pemimpin umum Kompas, mayoritas dan minoritas sama-sama punya hak. Hubungan antara keduanya secara ideal mestinya
sinergik, artinya saling mengakui keberadaan masing-masing. Minoritas berhak secara legal memperoleh tempat dan pengakuan, tetapi dalam
kenyataan, ketika yang mayoritas menang ada kecenderungan untuk menguasai. Prinsip bahwa setiap kekuasaan itu koruptif seperti
disampaikan Lord Acton memperoleh kebenaran soal hubungan minoritas dan mayoritas dan menjadi sifat dasar kekuasaan atau yang memiliki
kekuasan di antaranya berkat posisinya sebagai mayoritas.
22
“Persoalan perbedaan akidah dan keyakinan, lanjutnya, bukan halangan bagi NU untuk melindungi kelompok minoritas. Menurut
dia, karena komitmen atas kebinekaan Indonesia, NU siap menjadi garda depan dalam melindungi kelompok minoritas. Bahkan dalam
Islam pun mereka yang minoritas, terpinggirkan, termarjinalkan,
dan tertindas atau mustad’afin harus diberi prioritas. Mereka harus mendapatkan perlindungan. Akidah yang berbeda bukan persoalan,
katanya. ”
23
“Untuk menjaga keutuhan negara-bangsa Indonesia, Ciciek menyebutkan pentingnya tanggung jawab bersama. Kelompok
20
Agama, Kekerasan, Dan Negara, Harian Kompas, Selasa 4 Januari 2011.
21
Kebinekaan, Pemerintah Harus Minta Jaminan Ormas, Harian Kompas, Rabu 16 Februari 2011.
22
Wawancara via email dengan Wakil Pemimpin Umum Kompas - St. Sularto pada 26 Juni 2011.
23
Kebinekaan, Pemerintah Harus Minta Jaminan Ormas, Harian Kompas, Rabu 16 Februari 2011.
yang minoritas harus membuka diri, sementara kelompok mayoritas harus merangkul.
”
24
Andi Faisal Bakti mengklasifikasikan hal-hal yang terkait pluralitas ke dalam 7 tujuh bagian, yaitu proselitisasi, sentralisasi, militerisasi,
sinocization, sekularisasi, modernisasi, dan maskulinasi.
25
Proselitisasi merupakan pluralitas terkait agama. Sentralisasi pusat
– daerah dan sinocization pribumi
– pendatang merupakan pluralitas terkait suku dan ras. Militerisasi militer
– sipil, sekularisasi sekular – religius, modernisasi modern
– tradisional, dan maskulinasi laki-laki – perempuan merupakan pluralitas terkait antargolongan.
Proselitisasi atau pluralitas agama terdapat dalam pemberitaan pada harian Kompas. Adapun isi pemberitaan tersebut yaitu harian Kompas
menginformasikan tindak kekerasan bernuansa agama selama tahun 2010. Harian Kompas mengatakan bahwa negara tidak mampu menjamin
kebebasan beragama warga negaranya. “Berbagai tindak kekerasan bernuansa agama sepanjang 2010
merupakan catatan hitam bagi pemerintah saat ini. Kita berhadapan dengan fakta semakin meningkatnya jumlah kekerasan ini dari
tahun ke tahun di satu sisi, juga menemukan peran pemerintah yang semakin minimal sebagai otoritas untuk meredakan kekerasan
di sisi lain. Kekerasan merupakan pengingkaran terhadap martabat kemanusiaan. Kekerasan merupakan wajah bopeng yang merusak
peradaban. Negara gagal menjaga rasa aman yang sudah diamanatkan konstitusi.
26
“Selama 10 hari terakhir, kerukunan hidup beragama di Indonesia mengalami ujian. Kekerasan terjadi di Cikeusik, Kabupaten
Pandeglang, Banten, yang mengakibatkan tiga warga Ahmadiyah
24
Membangun Toleransi sejak Dini, Harian Kompas , Jum’at 18 Februari 2011.
25
Andi Faisal Bakti, “Identity, Culture and Politics an afro-asian dialogue; Communication and Violence: Communicating Human Integrity Characteristics is Necessary for
Horizontal Conflict Resolution in Indonesia,” h. 76.
26
Agama, Kekerasan, Dan Negara, Harian Kompas, Selasa 4 Januari 2011.
tewas serta perusakan gereja di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
”
27
Dalam pemberitaan yang lain, harian Kompas menginformasikan bahwa negara harus menjamin kebebasan beragama. Narasumber
pemberitaan tersebut yaitu Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia ICMI. ICMI menegaskan pentingnya menghormati keanekaragaman dan
pluralitas masyarakat Indonesia. “Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia menegaskan, negara harus
menjamin kebebasan berkeyakinan dan beragama yang dijamin konstitusi. ICMI juga menegaskan, tidak boleh siapa pun bertindak
ayas nama apa pun bertindak di luar koridor hukum. Di sisi lain negara harus menegaskan posisinya sebagai pelindung bagi warga
Negara dalam menjalankan hak-haknya yang dijamin konstitusi. Menurut Ilham, ICMI menghormati keanekaragaman dan pluralitas
masyarakat Indonesia. ICMI ada dalam posisi menghormati
kebinekaan Indonesia.”
28
Dalam pemberitaannya, harian Kompas juga mengajak masyarakat, khususnya pembaca untuk menjaga kerukunan antar umat beragama.
Harian Kompas menggambarkan kerukunan hidup antar umat beragama dengan mencontohkan kehidupan masyarakat di suatu daerah tertentu. Hal
ini dapat dijadikan sebagai cerminan masyarakat di daerah lain untuk hidup rukun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Di daerah yang mayoritas penduduknya beragama Katolik dan Protestan, sebuah masjid berdiri kokoh di Jalan Kelimutu,
Kabupaten Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur NTT, Selasa 152. Di NTT terjalin kerukunan yang baik antarumat
beragama.
Umat dapat
beribadah menurut
agama dan
keyakinannya masing-masing dengan leluasa tanpa gangguan pihak mana pun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS
NTT tahun 2009, dari total penduduk NTT sebanyak 4.619.655 jiwa, mayoritas beragama Kristen Katolik dan Kristen Protestan
27
Presiden Ajak Hidup Rukun, Harian Kompas, Rabu 16 Februari 2011.
28
ICMI, Negara Harus Menjamin Kebebasan Beragama, Harian Kompas, Kamis 3 Maret 2011.
mencapai 89,96 persen dan yang 10,04 persen beragama Islam, Hindu, Buddha, dan kepercayaan lainnya. Sampai saat ini di antara
umat beragama tersebut dapat hidup rukun dan berdampingan dengan dilandasi sikap saling menghargai dan menghormati.
”
29
“Secara substansial, sikap tegar sangat diperlukan agar tetap memegang teguh pada prinsip dan nilai, tidak mudah diombang-
ambingkan oleh berbagai hasutan yang dapat merusak kehidupan bersama. Jelas pula hidup rukun merupakan keniscayaan dalam
mengelola kehidupan bersama, lebih-lebih bagi bangsa Indonesia yang bersifat majemuk. Upaya menjaga kerukunan merupakan
bagian dari tekad hidup bersama sebagai bangsa.
”
30
“Pertemuan pemimpin lintas agama tersebut hanyalah salah satu potret kecil keberagaman di Magelang. Sejak dulu, relasi antarumat
beragama di daerah yang memiliki candi terkenal, seperti Candi Borobudur dan Candi Mendut, itu sudah terjalin erat. Saling
memahami tanpa berusaha menyamakan apa yang diyakini dan saling menghormati tanpa ada ke- inginan untuk memaksakan
ideologi sendiri. Kerukunan antarumat ber- agama di kaki Merapi ini juga dirasakan umat Buddha. Setiap perayaan Waisak, puluhan
rumah warga di Kelurahan Mendut, di sekitar Candi Mendut, disewakan kepada umat Buddha yang mengikuti perayaan. Ini
dikatakan Wakil Kepala Wihara Mendut Biku Joti-
dhammo.”
31
Selain CRCS, di Yogyakarta muncul pula kelompok-kelompok lintas agama yang bersama-sama menggelar aksi kemanusiaan.
Contohnya, erupsi Gunung Merapi yang mengakibatkan 379 orang meninggal dan kerugian triliunan rupiah ternyata mampu
menggerakkan hati masyarakat lintas golongan dan agama. Hanya dalam hitungan hari, sebanyak 47 elemen yang tergabung dalam
Konsorsium Penghijauan Area Lereng Merapi PALM tergerak untuk menghijaukan kembali lereng Merapi.
”
32
Selain itu,
dalam pemberitannya
harian Kompas
juga mengingatkan pentingnya memelihara toleransi dalam kehidupan yang
serba plural, khususnya kehidupan antar umat beragama. Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan
perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-
29
Kehidupan Beragama di NTT, Kerukunan Terpelihara Baik, Harian Kompas, Kamis 17 Februari 2011.
30
Tajuk Rencana, Ajakan Hidup Rukun, Harian Kompas, Rabu 16 Februari 2011.
31
Kerukunan, Belajarlah di Kaki Merapi, Harian Kompas, Rabu 16 Februari 2011.
32
Keberagaman, Belajarlah dari Mereka yang mampu Berempati, Harian Kompas, Jum’at 18 Februari 2011.
kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.
33
Bagi umat Islam, semangat toleransi menjadi sebuah anjuran dalam aspek sosial kemasyarakatan seperti saling menolong, dan bekerja
sama, dengan semua orang termasuk non Islam. Akan tetapi dalam soal aqidah sama sekali tidak dibenarkan adanya toleransi antara umat Islam
dengan orang-orang non Islam.
34
“Di Jakarta, Senin, Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars ICIS KH Hasyim Muzadi, saat bertemu tokoh
agama, mengingatkan, keseimbangan antara keyakinan dan toleransi menjadi sangat penting dalam menjaga kerukunan
kehidupan beragama dan beribadah. Toleransi tanpa iman akan membuat orang menjadi liberal. Namun, keyakinan atau iman
tanpa toleransi akan membuat orang menjadi fundamentalis, keras, dan kasar.
”
35
“Bayangkan bila setiap perbedaan penafsiran pada ayat-ayat dhanniy harus berujung pada bentrokan, berapa ribu kali
kekerasan harus terjadi. Bukankah para pendiri lima mazhab besar Syiah, Hanafi, Maliki, Hambali, dan Syafii saling berkomunikasi
dan menghormati meski mereka berbeda dalam ushul fiqih hukum agama?
Demi menghormati perbedaan, Imam Syafi’i paling banyak pengikutnya di Indonesia tidak membaca doa qunut ketika
shalat di dekat kuburan Nukman Abu Hanifah pendiri mazhab Hanafi karena ia tahu Abu Hanifah tidak men-sunnah-kan
qunut. ”
36
Kemudian sentralisasi pusat – daerah merupakan pluralitas suku
dan ras yang patut untuk dipelihara. Harian Kompas tidak menjelaskan pluralitas suku dan ras atau pusat dan daerah sentralisasi secara detail
dan langsung dalam pemberitannya. Tetapi harian Kompas hanya menginformasikan secara umum bahwa kebinekaan bangsa patut dijaga
33
Toleransi, diakses pada 11 Juli 2011 dari http:id.wikipedia.orgwikiToleransi.
34
Meluruskan Makna Toleransi, diakses pada 11 Juli 2011 dari http:langitan.net?p=26.
35
Presiden Ajak Hidup Rukun, Harian Kompas, Rabu 16 Februari 2011.
36
Komunikasi dalam Islam yang Toleran, Harian Kompas , Jum’at 18 Februari 2011.
dan dipelihara. Tentunya kebinekaan ini meliputi suka dan ras atau pusat dan daerah. Dalam pemberitaannya, harian Kompas mengambil
narasumber dari organisasi massa Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama NU.
”Sementara itu, Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Masdar Farid Mas’udi mengatakan, sudah menjadi komitmen
warga nahdliyin untuk menjaga kebinekaan bangsa Indonesia. Visi itu tetap ada di NU dan menjadi komitmen kami untuk tetap
menjaga bangsa yang berbineka, ujar Masdar di Jakarta, Selasa.
”
37
“Untuk menjaga Indonesia yang kodratnya adalah keberagaman, Ciciek berkeyakinan komunikasi terbuka harus diajarkan sejak
anak-anak. Para pendamping informal maupun guru di sekolah perlu
mendapat bekal
cara membangun
pemahaman keberagaman.
”
38
Selanjutnya sinocization pribumi – pendatang juga terdapat
dalam pemberitaan terkait pluralitas pada harian Kompas. Adapun isi pemberitaan yang disajikan oleh harian Kompas terkait pluralitas tersebut
yaitu mengenai warga keturunan Cina yang mulai tampil dalam berbagai aspek sejak reformasi yang didukung oleh kebijakan politik pemerintahan
Abdurrahman Wahid.
Jakarta, Kompas - Sejalan dengan gerakan reformasi dan didukung kebijakan politik dari Presiden Abdurrahman Wahid, warga
keturunan China kini tak lagi hanya terfokus pada bidang ekonomi. Mereka mulai memasuki pula bidang politik yang selama ini
seperti ditabukan.
Selain mulai mencalonkan diri sebagai anggota parlemen, sejumlah warga keturunan China menjelang Pemilu 1999 memunculkan
partai sendiri, seperti Partai Reformasi Tionghoa Indonesia, Partai Pembauran Indonesia, dan Partai Bhinneka Tunggal Ika. Partai
37
Kebinekaan, Pemerintah Harus Minta Jaminan Ormas, Harian Kompas, Rabu 16 Februari 2011.
38
Membangun Toleransi sejak Dini, Harian Kompas , Jum’at 18 Februari 2011.
Bhinneka Tunggal Ika bisa menempatkan wakilnya di DPR, yakni L Sutanto dari Kalimantan Barat Kalbar.
Di Jakarta, praktisi hukum Frans Hendra Winarta meminta pemerintah perlu membuka keran atau peluang lebih luas bagi
warga keturunan China agar dapat bekerja dan berperan di lembaga pemerintah. Dengan demikian, warga keturunan China dapat lebih
berperan dalam pembangunan di segala bidang.
Selama ini warga keturunan China sangat terbatas untuk bisa menduduki jabatan strategis di pemerintahan karena politik pecah
belah dan perlakuan diskriminatif. Ini yang mendorong banyak warga keturunan China lebih memilih berkecimpung di dunia
usaha atau sektor swasta.
39
Dalam pemberitaan yang lain juga disebutkan bahwa perayaan imlek etnis Cina telah terintegrasi dalam agenda nasional sebagai hari
libur. Dengan perayaan imlek yang begitu meriah diharapkan mampu menghilangkan diskriminatif yang ditujukan kepada etnis Cina. Namun
dengan kebebasan yang diberikan pemerintah Indonesia tersebut juga diharapkan dapat mengatasi kesenjangan sosial antara pribumi dan
pendatang. “Dengan perayaan Imlek, peta kusam yang bernuansa diskriminatif
terasa semakin jauh disingkirkan dan dicampakkan. Seiring dengan itu,
masyarakat keturunan
Tionghoa semakin
leluasa mengekspresikan diri dalam bidang sosial, kebudayaan, dan
politik.
Kiprah masyarakat keturunan tidak lagi sebatas bidang ekonomi, berdagang, tetapi juga mulai merambah bidang lain. Perkembangan
ini tidak hanya memberikan kehormatan dan kepercayaan, tetapi sekaligus memperteguh posisi masyarakat keturunan Tionghoa
sebagai warga negara yang penuh. Bukan hanya hak yang penuh, melainkan juga penuh kewajiban dan tanggung jawabnya.
Melalui perayaan Imlek, kiprah masyarakat keturunan Tionghoa memperteguh amanat konstitusi yang menekankan Bhinneka
Tunggal Ika. Bangsa Indonesia bersifat majemuk dalam latar
39
Keturunan China Mulai Tampil, Harian Kompas, Senin 31 Januari 2011.
belakang suku, budaya, bahasa, dan agama, tetapi satu sebagai negara-bangsa.
Perayaan Imlek 2011 diharapkan akan menggerakkan masyarakat keturunan Tionghoa dan elemen bangsa lain untuk bersama-sama
mengatasi berbagai persoalan bangsa dalam bidang ekonomi, politik, keamanan, dan budaya.”
40
Selanjutnya pluralitas antargolongan yang terdiri atas militerisasi militer
– sipil, sekularisasi sekular – religius, modernisasi modern – tradsional, dan maskulinasi laki-laki
– perempuan tidak dijelaskan secara detail satu persatu dalam pemberitaan terkait pluralitas pada harian
Kompas. Namun hanya dijelaskan secara umum mengenai pluralitas antargolongan. Berikut pemberitaan yang terkait pluralitas antargolongan
pada harian Kompas. Direktur Eksekutif Yayasan Prasasti Perdamaian Noor Huda Ismail
mengungkapkan, kekerasan yang dilakukan sekelompok orang mengatasnamakan Islam terjadi karena pemahaman yang salah atas
ajaran Islam.
Kondisi ini, lanjutnya, diperparah ketika Islam dipahami hanya sebagai sebuah organisasi. Kalau organisasi, ujung-ujungnya kan
politik. Kalau sudah politik, ya berarti kepentingan.
Menurut Masdar, akar dari kekerasan yang dilakukan sekelompok orang terhadap kelompok minoritas di Indonesia adalah
pertarungan ideologi antara Islam transnasional dan Islam kebangsaan.
41
Bagi perempuan, kekerasan juga berdampak dalam. Bila pada berbagai kejadian kekerasan laki-laki dapat melarikan diri dari
kejaran musuh, perempuan biasanya tinggal karena harus bertanggung jawab terhadap anak-anak dan anggota keluarga lain.
“Perempuan harus menyembuhkan trauma anak-anak dan dirinya sendiri dan menghadapi stigma yang dilekatkan pada korban. Bila
40
Tajuk Rencana, Imlek dan Tekad Bersama, Harian Kompas, Jum’at 4 Februari 2011.
41
Kebinekaan, Pemerintah Harus Minta Jaminan Ormas, Harian Kompas, Rabu, 16 Februaru 2011.
suami meninggal dalam peristiwa kekerasan, beban ekonomi otomatis akan jatuh pada perempuan,” tambah Maria.
Perilaku organisasi kemasyarakatan besar saat ini, yang cenderung lebih berpolitik, tidak banyak membantu merekat persatuan bangsa.
Organisasi-organisasi besar,
demikian Ciciek,
cenderung melupakan pendidikan kebangsaan pada akar rumput.
42
Penyerangan terhadap komunitas tertentu karena agama dan keyakinannya selalu berimbas pada perempuan dan anak dalam
bentuk marjinalisasi dan kekerasan, seperti terjadi khususnya pada kelompok Ahmadiyah di Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat.
Menurut Neng Dara, mereka menjadi obyek kekerasan seksual, pengucilan, kehilangan akses ekonomi dan status kependudukan,
serta mengalami gangguan kesehatan. Reproduksi kebencian terjadi di antara sesama anak yang juga didiskriminasi dalam
pendidikan dan berpotensi menyimpan trauma akibat pelabelan.
43
Namun harian Kompas masih sering mencampurkan istilah pluralitas dengan pluralisme. Harian Kompas memandang pluralisme dan
pluralitas adalah realitas dan cara berpikir melihat kenyataan yang beragam. Padahal pada perkembangannya, pluralisme dan pluralitas
berbeda. Pluralisme merupakan keberagaman yang tampak secara formal pada tataran luar belaka, tetapi pada tataran esensi atau hakikatnya
berupaya untuk diseragamkan dengan jalan menghilangkan perbedaan tersebut. Sedangkan pluralitas adalah pengakuan akan keberagaman suku,
agama, ras, dan antargolongan SARA dengan menghormati dan menghargai seluruh karaktersitik masing-masing.
“Walaupun wacana pluralisme dan toleransi antaragama ini sudah sering dikemukakan dalam berbagai wacana publik, praktiknya
tidaklah semudah yang dipikirkan dan dibicarakan.”
44
42
Membangun Toleransi sejak Dini, Harian Kompas, Ju m’at 18 Februari 2011.
43
Toleransi, Membela Hak atas Kerukunan, Harian Kompas, Jum’at 18 Februari 2011.
44
Agama, Kekerasan, Dan Negara, Harian Kompas, Selasa 4 Januari 2011.
“Menurut Musdah, pemahaman tentang pluralitas dan pluralisme Indonesia juga masih terbatas di kalangan guru pendidikan
kewarganeg araan.”
45
Dengan demikian inilah perwujudan perilaku pada peran harian Kompas dalam turut serta memelihara pluralitas di Indonesia. Harian
Kompas selalu konsen dalam memberitakan isu pluralitas yang ada di Indonesia. Pesan yang disampaikan dalam pemberitaan terkait pluralitas
pada harian Kompas yaitu Indonesia bisa maju kalau keberagaman atau pluralitas itu dikembangkan secara produktif, dan Indonesia memiliki ini
bukan hanya agama tetapi juga realitas geografis, sosial, budaya, dan sebagainya yang serba plural beragam.
46