semuanya sama. Karena toleransi baru dapat terwujud jika ada perbedaan yang mendasarinya.
Muhammad Legenhausen dalam karyanya Misgivings about the Religious Pluralism of Seyyed Hossein Nasr and John Hick menjelaskan
bahwa: “Toleransi agama yang sebenarnya hanya akan terwujud ketika
manusia belajar menghargai keyakinan-keyakinan agama yang mereka anggap salah, kunci toleransi bukanlah membuang atau
merelativisasi ketidaksepakatan, tapi kemauan untuk menerima ketidaksepakatan yang genuine.
51
d. Pluralitas Butuh Frame of Reference
Pandangan Islam yang realistis terhadap gagasan pluralitas agama harus memiliki sebuah rujukan yang bisa digunakan bersama. Isu
pluralitas agama dalam pandangan Islam adalah pengakuan adanya keberagaman dan menerima kenyataan ini serta mengakui hak untuk
berbeda agama tanpa berusaha mengeliminir perbedaannya dengan Islam. Islam mengukuhkan rujukan ini kepada Allah swt dan Rasulullah
saw, seperti yang tertuang dalam Piagam Madinah. Lain halnya dengan rujukan yang digunakan kaum Pluralis Barat
khususnya, yang menggunakan teori-teori pluralisme agama yang tampak netral tidak mengunggulkan satu agama di atas agama lain.
Namun pada
hakikatnya teori
pluralisme agama
ini telah
mengeksploitasi semua agama secara dahsyat dan menghilangkan dari karakteristiknya masing-masing agar mengarah kepada sistem sekular.
52
51
Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, h. 213.
52
Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, h. 216.
Dengan demikian tujuan perbedaan dan keragaman atau yang lebih dikenal dengan pluralitas, pada dasarnya sebuah sistem yang mampu
menghargai perbedaan tanpa menghilangkan karakteristik masing- masing perbedaan dan keragaman tersebut agar menjadi seragam.
Sehingga terwujudlah pluralitas yang sebenarnya sesuai kehendak Allah swt dalam penciptaan alam semesta ini. Hal ini terkandung dalam al-
Qur’an surat al-Hujurat ayat 13 yang menyatakan:
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. QS. Al-Hujurat :13
Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa Dia telah berkehandak untuk menciptakan manusia beragam. Keberagaman itu tidak lain dan
tidak bukan ditujukan untuk saling kenal, saling dialog, dan saling bekerja sama. Karena, dengan mengenal, berdialog, dan bekerja sama akan
tercipta keselarasan dan keharmonisan dalam kehidupan umat manusia.
4. Pluralitas di Indonesia
Indonesia telah memiliki keberagaman suku, agama, ras, dan antargolongan sejak masa silam. Hal ini merupakan salah satu kekayaan
yang layak dibanggakan oleh bangsa ini. Namun, di sisi lain pluralitas ini bagaikan pisau bermata dua. Apabila pluralitas tersebut dikelola dengan