Tauhid Islam, Pluralisme dan Pluralitas

masyarakat Islami. Islam telah meletakkan dasar dan prinsip toleran dan kebebasan agama yang belum ada tandingannya sampai sekarang.

b. Pluralitas adalah Sunnatullah

Konsep dan pemahaman pluralitas seperti ini berdasarkan naql teks wahyu, akal, dan kenyataan. Menurut logika akal bahwa tidak ada pluralitas atau keberagaman antara beberapa hal, kecuali jika masing- masing memiliki karakteristik khusus yang membedakan satu dengan yang lainnya. Tanpa itu, tiada yang terwujud melainkan keseragaman uniformity bukan keragaman. 48 Begitu juga dalam hal adanya keberagaman agama karena masing-masing agama memiliki ciri atau karakteristik yang berbeda. Fakta-fakta riil kesejarahan menunjukkan adanya perbedaan yang sangat mendasar antar agama-agama. Sejarah mencatat terjadinya peperangan dan konflik berdarah yang bernuansa agama, suku, dan sebagainya. Contoh nyata adalah perang salib yang dikobarkan gereja Kristen selama hampir dua abad. 49 Ditambah perang peradaban yang melanda, yaitu perang antara peradaban Islam dan Kristen yang didukung sekularisme. Namun perlu diperhatikan bahwa mengakui eksistensi praktis agama-agama lain yang beragam, dalam pandangan Islam bukan berarti mengakui legalitas dan kebenarannya seperti yang diajarkan kaum pluralis. Dengan demikian, pluralitas dalam pandangan Islam sangat unik dan memiliki karakteristik dengan kemampuannya mengapresiasi, 48 Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, h. 209. 49 Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, h. 209. menghargai, dan menghormati perbedaan penting dan mendasar antar agama beserta karakteristiknya masing-masing.

c. Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Islam melihat keberagamaan sebagai pilihan, kemantapan dan keyakinan yang tidak boleh dipaksakan. Hal ini dijelaskan dengan tegas dalam QS. Al-Baqarah: 256. Pada ayat Al- Qur’an di atas merupakan pandangan Islam terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan yang merupakan hak asasi manusia yang paling utama.                             Artinya: Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam; Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Prinsip ini kemudian dikenal dengan istilah “tolerance” toleransi yang merupakan istilah modern produk Barat. Dalam Islam istilah ini diterjemahkan dengan menggunakan istilah “tasamuh”. 50 Namun perkembangan konsep toleransi dalam pemikiran politik dan keagamaan Barat telah bergeser seperti yang diungkapkan oleh kaum pluralis dengan mengedepankan persamaan. Jika persamaan yang dikedepankan oleh kaum pluralis, maka sebenarnya apa yang harus ditolerir jika 50 Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, h. 213. semuanya sama. Karena toleransi baru dapat terwujud jika ada perbedaan yang mendasarinya. Muhammad Legenhausen dalam karyanya Misgivings about the Religious Pluralism of Seyyed Hossein Nasr and John Hick menjelaskan bahwa: “Toleransi agama yang sebenarnya hanya akan terwujud ketika manusia belajar menghargai keyakinan-keyakinan agama yang mereka anggap salah, kunci toleransi bukanlah membuang atau merelativisasi ketidaksepakatan, tapi kemauan untuk menerima ketidaksepakatan yang genuine. 51

d. Pluralitas Butuh Frame of Reference

Pandangan Islam yang realistis terhadap gagasan pluralitas agama harus memiliki sebuah rujukan yang bisa digunakan bersama. Isu pluralitas agama dalam pandangan Islam adalah pengakuan adanya keberagaman dan menerima kenyataan ini serta mengakui hak untuk berbeda agama tanpa berusaha mengeliminir perbedaannya dengan Islam. Islam mengukuhkan rujukan ini kepada Allah swt dan Rasulullah saw, seperti yang tertuang dalam Piagam Madinah. Lain halnya dengan rujukan yang digunakan kaum Pluralis Barat khususnya, yang menggunakan teori-teori pluralisme agama yang tampak netral tidak mengunggulkan satu agama di atas agama lain. Namun pada hakikatnya teori pluralisme agama ini telah mengeksploitasi semua agama secara dahsyat dan menghilangkan dari karakteristiknya masing-masing agar mengarah kepada sistem sekular. 52 51 Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, h. 213. 52 Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama: Tinjauan Kritis, h. 216.